Sukses

17-9-1978: Presiden Mesir Anwar Sadat Berdamai dengan Israel di Camp David

Perdamaian Mesir dan Israel terjadi di Camp David setelah negosiasi rahasia.

Liputan6.com, Camp David - Dunia sedang ramai menyorot perdamaian Israel dengan negara-negara Arab: Uni Emirat Arab dan Bahrain. Ini adalah pertama kalinya negara Jazirah Arab menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Perdamaian tersebut tertuang dalam Perjanjian Abraham yang diresmikan di Gedung Putih. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan meraih nominasi Nobel Perdamaian karena dianggap ikut berjasa.

Ini bukan pertama kali AS terlibat mendamaikan Israel dengan negara Arab. Jauh-jauh hari sebelum ada Perjanjian Abraham, ada yang namanya Perjanjian Camp David.

Perjanjian tersebut berisi landasan perdamaian antara Mesir dan Israel. Kesepakatan terjadi usai ada negosiasi antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin di Camp David. 

Berdasarkan catatan situs Kementerian Luar Negeri AS state.gov, Presiden AS Jimmy Carter menjadi penengah antara kedua negara. Presiden Carter sangat instens membantu jalannya negosiasi.

Pertemuan itu juga merupakan inisiatif Presiden Carter dan berlangsung selama 5 September sampai 17 September 1978.

Isu yang dibahas mulai dari pemukiman Israel hingga pangkalan udara di Semenanjung Sinai. Diskusi menjadi berat ketika menyentuh isu Tepi Barat dan Gaza. 

Perjanjian Camp David akhirnya disetujui pada 17 September 1978 yang berisi dua kerangka perdamaian di Timur Tengah.

Isi perjanjiannya memang tidak langsung memberi efek damai, tetapi perjanjian ini menjadi landasan perdamaian antara Mesir dan Israel yang diresmikan pada 26 Maret 1979.

Berkat perdamaian tersebut, Anwar Sadat dan Menachem Begin mendapat Nobel Perdamaian 1979.

Pada 2021 mendatang, sejarah akan mencatat apakah Donald Trump bakal meraih Nobel Perdamaian berkat Perjanjian Abraham.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump Yakin Palestina Akan Damai dengan Israel

Israel resmi berdamai dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Ketiga negara itu telah menandatangani Perjanjian Abraham untuk meresmikan perdamaian mereka. 

Donald Trump berkata perdamaian ini sebagai prestasi yang terjadi tanpa pertumpahan darah. 

"Perdamaian di Timur Tengah ini tanpa darah di pasir. Saya katakan: Saat ini, darah telah tumpah di pasir selama berpuluh-puluh dan puluh-puluh, dan puluh-puluh tahun," ujar Donald Trump di Gedung Putih seperti dikutip pada Rabu (16/9/2020).  

Acara perdamaian itu dilaksanakan di Gedung Putih dan dihadiri Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, serta menteri luar negeri UEA dan Bahrain. Presiden AS Donald Trump ikut tanda tangan sebagai saksi. 

Dalam konferensi persnya, Presiden Trump menyebut ada negara-negara lain yang siap berdamai dengan Israel. Donald Trump masih merahasiakan negara mana yang akan bergabung ke dalam Perjanjian Abraham.

"Kita akan memiliki setidaknya lima atau enam negara yang akan bergabung secepatnya, dan kita sudah berbicara dengan mereka," ujar Donald Trump.

Donald Trump juga berkata yakin Palestina akan ikut berdamai dengan Israel. Trump berkata sudah berbicara dengan Palestina. 

"Palestina tentunya akan menjadi anggota. Saya tidak mengatakannya sebagai besar mulut. Saya hanya memberitahumu bahwa Palestina akan menjadi anggota pada saat yang tepat. Pada saat yang tepat," ujar Trump.

Donald Trump mengaku sudah berbicara dengan Raja Salman dan Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi. 

"Saya sudah berbicara dengan Raja Arab Saudi. Kita melakukan pembicaraan yang hebat, dan saya percaya hal-hal positif akan terjadi di sana juga. Beliau adalah orang hebat," ujar Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.