Sukses

Tingkat Pengangguran di Inggris Meningkat Akibat Lockdown Corona COVID-19

Corona COVID-19 menyebabkan banyak masalah. Salah satunya tingkat pengangguran di Inggris meningkat.

Liputan6.com, London - Akibat karantina wilayah (lockdown), tingkat pengangguran di Inggris meningkat untuk pertama kalinya, demikian data resmi menunjukkan pada Selasa (15/9/2020).

"Tingkat pengangguran di negara tersebut meningkat menjadi 4,1 persen dalam periode Mei-Juli dari 3,9 persen dalam periode April-Juni," kata Kantor Statistik Nasional.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan tingkat pengangguran naik menjadi 4,1 persen, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia.

Namun, penurunan jumlah pengangguran hanya 12 ribu, dibandingkan estimasi penurunan yang dilakukan dalam jajak pendapat Reuters di angka 125 ribu.

Sementara itu waralaba Inggris, Grup Pizza Domino, mengatakan pada hari Selasa 15 September bahwa pihaknya berhasil menciptakan 5.000 pekerjaan baru di Inggris. Pekerjaan tersebut termasuk koki dan kurir.

Jaringan pengiriman pizza terbesar di Inggris itu juga mengatakan akan meluncurkan lebih dari 1.000 penempatan kerja untuk kaum muda di toko-toko di seluruh Inggris, Skotlandia, dan Wales.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Angka Perceraian

Selain angka pengangguran, tingginya angka perceraian yang dialami oleh sebuah negara lantaran pandemi Corona COVID-19 juga menjadi masalah.

China yang menjadi lokasi pertama penyebaran telah meminimalkan penyebaran wabah. Meski demikian, tampaknya China menghadapi masalah yang berbeda.

Dikutip dari laman HindustanTimes, beberapa laporan berita muncul yang mengutip pernyataan pejabat pendaftaran perkawinan China yang mengatakan bahwa tingkat perceraian di sana telah meningkat.

Hal ini karena banyak pasangan di negara tersebut yang menghabiskan terlalu banyak waktu sendiri akibat isolasi Virus Corona.

"Tingkat perceraian telah melonjak dibandingkan dengan sebelumnya," demikian menurut Lu Shijun, manajer pendaftaran pernikahan di Dazhou, Provinsi Sichuan di China.

"Kaum muda menghabiskan banyak waktu di rumah. Mereka cenderung masuk ke perdebatan sengit karena sesuatu yang kecil dan terburu-buru untuk bercerai," lanjut Lu.

Dia menambahkan bahwa lebih dari 300 pasangan telah menjadwalkan rencana untuk bercerai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.