Sukses

Perubahan Iklim Jadi Bahan Debat Baru Donald Trump Vs Joe Biden Jelang Pilpres 2020

Masalah perubahan iklim menjadi bahan serangan baru antara capres Trump dan Joe Biden.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim menjadi pusat perhatian baru dalam kampanye pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020.

Saat mengunjungi California yang dilanda kebakaran, Donald Trump meremehkan kondisi alam yang memanas dalam kehancuran. Bahkan ia menyatakan bahwa suhu akan "mulai menjadi lebih dingin" dan kebakaran baru-baru ini disebabkan oleh kurangnya pengelolaan hutan yang tepat, seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (15/9/2020).

"Saya kira sains sebenarnya tidak tahu," katanya saat diberi tahu bahwa sains tidak sesuai dengan kesimpulannya.

Sementara itu, di sisi lain Joe Biden melakukan serangan terhadapnya dan menuduh Trump mengabaikan "krisis sentral" yang dihadapi bangsa.

"Jika Anda memberi seorang pelaku pembakaran iklim waktu empat tahun lagi di Gedung Putih, mengapa ada orang yang terkejut jika kita memiliki lebih banyak wilayah Amerika yang terbakar?" katanya. 

"Jika Anda memberi penyangkal iklim waktu empat tahun lagi di Gedung Putih, mengapa ada orang yang terkejut ketika lebih banyak bagian Amerika yang berada di bawah air?"

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masalah Lingkungan di Gedung Putih

Permasalahan soal lingkungan sebagian besar telah menjadi masalah sampingan dalam perebutan posisi di Gedung Putih. Masalah ini mendapatkan sedikit perhatian bahkan selama kampanye utama Demokrat, pertanyaan tentang topik tersebut sangat jarang diangkat selama debat kandidat .

Gubernur Washington Jay Inslee, yang menjadikan perubahan iklim sebagai fokus dari pencalonannya sebagai presiden, adalah salah satu orang pertama yang mengundurkan diri. Tom Steyer, seorang miliarder yang mendanai kampanyenya sendiri, juga menjadikan masalah ini sebagai prioritas, tetapi kampanyenya juga tidak pernah mendapatkan daya tarik yang signifikan.

Namun, topiknya adalah tentang perbedaan pendapat antara Trump dan Biden yang tajam dan substantif.

Trump sebelumnya telah menolak gagasan perubahan iklim buatan manusia sebagai "tipuan" yang dilakukan oleh China dan, sementara dia mundur dari retorika semacam itu, komentarnya pada hari Senin mencerminkan kurangnya perhatian yang dia curahkan untuk masalah tersebut.

Sebaliknya, pemerintahannya berfokus pada promosi manufaktur AS dan industri energi, membatalkan lebih dari 70 peraturan lingkungan - banyak di antaranya menangani perubahan iklim.

Dia mengurangi peraturan tentang metana yang dihasilkan oleh sumur minyak dan gas, mengurangi standar penghematan bahan bakar untuk kendaraan penumpang dan membatalkan aturan era Obama tentang emisi gas rumah kaca oleh pembangkit listrik.

Trump juga menindaklanjuti janji kampanye untuk menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris di bulan keenam masa kepresidenannya.

"Perjanjian Paris menghambat ekonomi Amerika Serikat untuk mendapatkan pujian dari ibu kota asing dan aktivis global yang telah lama berusaha mendapatkan kekayaan dengan biaya negara kami," katanya saat itu.

Biden, di sisi lain, mengatakan dia akan bergabung kembali dengan Perjanjian Paris pada hari pertama masa kepresidenannya dan memulihkan banyak peraturan lingkungan yang telah dicabut Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.