Sukses

Arab Saudi Tangkap Pembaca Al-Qur'an Ternama Abdullah Basfar, Ada Apa?

Otoritas Saudi baru-baru ini menangkap Syekh Abdullah Basfar, salah satu pembaca Al-Qur'an terkenal di seluruh dunia Muslim.

Liputan6.com, Riyadh - Otoritas Arab Saudi baru-baru ini menangkap Syekh Abdullah Basfar, salah satu pembaca Al-Qur'an terkenal di seluruh dunia Muslim.

Kabar tersebut terungkap dari unggahan akun Twitter Prisoners of Conscience pada hari Jumat.

Akun Twitter Prisoners of Conscience menyampaikan bahwa Syekh Abdullah Basfar ditangkap pada bulan Agustus, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang bagaimana dan di mana dia ditangkap.

"Kami mengonfirmasi penahanan Syekh Dr Abdullah Basfar sejak Agustus 2020," tulis akun Prisoners of Conscience seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (8/9/2020).

Basfar adalah seorang profesor di Departemen Syariah dan Islamic Studies di King Abdul Aziz University di Jeddah, Arab Saudi. Ia juga mantan Sekretaris Jenderal World Book and Sunnah Organisation.

Saksikan Juga Video Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dikritik Warga

Laporan tentang penahanan Syekh Basfar bertepatan dengan laporan terkait penahanan Syekh Saud Al-Funaisan, yang ditangkap pada bulan Maret.

Al-Funaisan adalah seorang profesor universitas dan mantan dekan fakultas Syariah di Universitas Al-Imam di Riyadh. Namun, beberapa orang memuji penahanan ini sebagai bagian dari tindakan keras terhadap ekstremisme di kerajaan itu, berdasarkan rencana Putra Mahkota Saudi Mohamed Bin Salman (MBS) untuk menghapus identitas agama Arab Saudi.

Tetapi sejumlah besar orang Saudi mengungkapkan kemarahan mereka atas penahanan tersebut, surat kabar online Rai Al Youm mengungkapkan, mengutip seorang warga Saudi di Twitter: "Elit yang kita butuhkan ada di penjara."

Akun Twitter warga Saudi lainnya yang dilaporkan oleh Rai Al Youm memposting: "Ulama kami ditahan secara sewenang-wenang, sementara orang-orang sepele menikmati kebebasan dan menyebarkan korupsi di negara itu. Ini adalah kampanye terbuka untuk menyingkirkan Islam dan menyebarkan kejahatan di tanah Haramin. "

Sejak 2017, ketika putra mahkota mengambil alih kekuasaan, dia telah menindak ulama, jurnalis, akademisi, dan aktivis dunia maya atas pandangan kritis mereka tentang cara dia memerintah negara dan rencananya untuk mensekulerkannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.