Sukses

Bukan Sekadar Lucu, Ternyata Ini Alasan Mengapa Bayi Selalu Tertawa

Ternyata ada banyak makna di balik bayi yang sering tertawa.

Liputan6.com, Jakarta - Humor merupakan suatu hal yang subjektif. 

Hal ini ternyata juga berlaku bagi bayi, walaupun mereka mungkin saja belum mengerti apa yang orang tuanya ucapkan. 

Membuat wajah konyol, menggelitik kaki mereka, atau berpura-pura menghilang adalah cara-cara untuk membuat bayi maupun anak kecil tertawa.

Tapi mengapa sebenarnya mereka tertawa? Apakah karena mereka menganggap orang tua mereka lucu atau karena refleks? Apakah mereka memproses humor atau hanya sebagai cara untuk bersosialisasi? Apakah tawa bayi adalah cara untuk menarik perhatian orang dewasa?

Mengutip laman Mental Floss, Kamis (27/8/2020), sejumlah peneliti telah mengeksplorasi topik tentang apa yang menurut bayi lucu secara mendalam. 

“Hampir semua bayi tertawa saat mereka berusia 4 bulan,” ujar Gina Mireault, profesor psikologi di departemen ilmu perilaku di Northern Vermont University.

Tapi, Mireault menambahkan, baik pada orang dewasa maupun bayi, "salah satu kesalahpahaman terbesar tentang humor adalah bahwa itu tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang lucu."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bentuk Respons

Di awal kehidupan mereka, bayi bersifat nonverbal. Mereka bersungut-sungut dan mengucapkan omong kosong yang tidak koheren. Tersenyum, tertawa dan menangis karenanya sangat penting untuk berinteraksi dengan dunia luar. 

Anda mungkin tidak akan melihat bayi tertawa sendirian. 

“Ini adalah respons sosial,” kata Mireault. Sedangkan yang dibutuhkan adalah kehadiran orang lain.

Bayi biasanya mulai tersenyum pada usia 6 hingga 12 minggu. 

Pada usia 3 hingga 4 bulan, bayi akan menertawakan tindakan yang melibatkan rangsangan fisik, seperti menggelitik atau terlonjak di atas lutut pengasuh mereka. 

Pada usia 5 hingga 6 bulan, mereka telah belajar cukup banyak tentang dunia di sekitar mereka untuk memahami prinsip dasar humor. Begitu mereka memahami penampilan perilaku manusia normal, mereka akan tertawa jika melihat mata yang besar hingga suara-suara bernada tinggi.

"Ini cenderung melibatkan perilaku yang oleh rekan saya digambarkan sebagai 'badut'," kata Mireault. 

Bisa jadi topi raksasa, dasi kupu-kupu besar, suara yang tidak biasa, atau berjalan dengan cara yang lucu. Dalam mengamati pelanggaran aturan sosial ini, bayi terhibur karena memiliki ekspektasi terhadap perilaku normal orang. 

“Kejutan adalah salah satu elemen kunci humor,” kata Mireault. “Ada dua teori. Salah satunya disebut hipotesis Keselamatan-Gairah , dan yang lainnya disebut Teori Pelanggaran Jinak. Mereka sama saja. Idenya adalah bahwa humor yang melibatkan kejutan dianggap tidak mengancam."

Jika Anda memberikan boneka binatang kepada anak Anda, mereka akan mengharapkan boneka itu. Jika Anda tiba-tiba melemparkannya ke lantai, perkembangan baru ini mungkin akan membuat mereka tertawa. 

Kuncinya adalah keakraban dan rasa suka bermain. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini