Sukses

Madu Lebih Efektif Sembuhkan Batuk dan Flu dari Obat? Ini Kata Ahli

Madu telah lama digunakan sebagai obat rumahan untuk batuk. Benarkah efektif?

Liputan6.com, Jakarta - Madu mungkin bisa jadi pengobatan untuk batuk dan flu lebih baik daripada obat lainnya.

Seperti dikutip dari CNN, Kamis, (27/8/2020), para peneliti mengatakan madu lebih efektif dalam meredakan gejala penyakit seperti flu dan pilek daripada pengobatan komersial pada umumnya. Selain itu juga bisa jadi alternatif sebagai antibiotik yang lebih aman, murah dan mudah tersedia.

Mereka juga menekankan para dokter untuk menganjurkan madu kepada para pasien daripada antibiotik, yang kemungkinan memiliki efek samping dan resistensi antibiotik bila digunakan secara berlebihan.

Madu telah lama digunakan sebagai obat rumahan untuk batuk, namun efektivitasnya dalam mengobati penyakit umum belum banyak diteliti.

Saksikan Juga Video Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelitian Madu Belum Ditindaklanjuti Lebih Lanjut

Dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Oxford dan Departemen Ilmu Kesehatan Perawatan Primer Nuffield menganalisis bukti yang ada untuk menentukan bagaimana gejala infeksi upper respiratory tract infections (URTIs) atau saluran pernapasan atas menanggapi madu.

URTI adalah penyakit mirip flu biasa yang menyerang hidung, sinus, faring, atau laring.

"Madu lebih unggul dari perawatan biasa untuk perbaikan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas," tulis mereka dalam jurnal BMJ Evidence-Based Medicine.

"Ini memberikan alternatif yang tersedia secara luas dan murah untuk antibiotik. Madu dapat membantu upaya untuk memperlambat penyebaran resistensi antimikroba, tetapi uji coba terkontrol plasebo berkualitas tinggi lebih lanjut diperlukan."

3 dari 3 halaman

Terkumpul 14 Jurnal Penelitian

Peneliti mengumpulkan hasil dari 14 studi, sembilan di antaranya hanya melibatkan anak-anak. Madu paling banyak dibandingkan dengan perawatan yang lebih konvensional seperti obat-obatan yang dijual bebas.

Namun, ketika mereka melihat penelitian yang membandingkan madu dengan plasebo, penulis tidak dapat mencapai kesimpulan yang sama seperti yang mereka lakukan saat melihat penelitian perbandingan lainnya. Mereka mengatakan lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk perbandingan itu.

Badan kesehatan masyarakat Inggris telah berulang kali memperingatkan tentang bahaya penggunaan antibiotik yang berlebih.

Pada 2018, ada jutaan efek dari antibiotik yang dapat mengancam jiwa ketika ada proses pembedahan ketika efek antiobtik berkurang setelah resep antibiotik berlebih.

"Karena sebagian besar URTI adalah virus, resep antibiotik menjadi tidak efektif dan tidak tepat,”seperti yang dituliskan oleh tim peneliti.

"Namun, kurangnya alternatif yang efektif, serta keinginan untuk menjaga hubungan pasien-dokter, keduanya berkontribusi pada antibiotik yang diresepkan secara berlebih."

Katalog besar penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa madu dapat membunuh bakteri. Penelitian telah menunjukkan bahwa itu efektif melawan lusinan strain, termasuk E. coli dan salmonella.

Madu jenis tertentu dari Selandia Baru, yang disebut manuka, dan madu tualang Malaysia telah terbukti melawan Staph dan bakteri pencernaan yang bertanggung jawab atas tukak lambung, H. pylori.

Dan studi lain terhadap 139 anak-anak ditemukan bahwa madu lebih efektif dalam meredakan batuk di malam hari dan meningkatkan kualitas tidur, daripada dekstrometorfan penekan batuk yang populer dan antihistamin diphenhydramine (sering dijual dengan merek Benadryl).

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.