Sukses

5 Kasus Kekerasan Polisi AS Terhadap Warga Kulit Hitam Berujung Kerusuhan

Kekerasan terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat yang dilakukan oleh polisi berulang kali terjadi. Protes pun pecah menuntut keadilan atas insiden tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian Amerika Serikat terhadap warga kulit hitam kembali terjadi. 

Kali ini, Jacob Blake merupakan seorang warga kota Kenosha menjadi korban penembakan yang dilakukan oleh polisi setempat. 

Polisi menembak Jacob Blake ketika pria 29 tahun itu masuk ke dalam mobilnya. Kejadian itu terjadi pada Minggu 23 Agustus 2020 waktu setempat di Kenosha County, negara bagian Wisconsin.

Aksi kekerasan oleh polisi AS yang menimpa warga kulit hitam di Amerika Serikat sudah beberapa kali terjadi, berikut 5 di antaranya Liputan6.com rangkum dari beragam sumber, Selasa (25/8/2020):

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. George Floyd

Aksi kekerasan yang menimpa George Floyd terjadi belum lama ini. Pasca kejadian tersebut, demonstrasi pecah di berbagai tempat bahkan hingga di luar Amerika Serikat. 

Kala itu, sebuah video yang diambil di tempat kejadian tidak menunjukkan bagaimana konfrontasi dimulai. Demikian seperti melansir laman BBC, Selasa (25/8/2020). 

Video tersebut hanya menunjukkan seorang petugas kulit putih yang menggunakan lututnya untuk menjepit leher Floyd ke tanah.

Dalam video tersebut, terdengar Floyd mengeluh, "tolong, aku tidak bisa bernapas" dan "jangan bunuh aku" karena orang-orang di sekitarnya mendesak petugas untuk membiarkannya pergi.

Dia berhenti bergerak dan ambulans datang untuk membawanya ke rumah sakit, tempat dia kemudian meninggal.

Usai kejadian tersebut, tagar #BlackLivesMatter pun muncul di berbagai platform media sosial.

3 dari 6 halaman

2. Rayshard Brooks

Kematian Rayshard Brooks seakan menjadi pemantik usai kasus George Floyd. 

Pasalnya, ia juga merupakan pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi AS. Bahkan, insiden kematiannya terjadi tak lama setelah kasus George Floyd terjadi. Demikian seperti mengutip laman BBC

Demonstrasi akan kematian Floyd yang belum sepenuhnya usai pun kembali membara, terlebih setelah kejadian ini.

 

4 dari 6 halaman

3. Eric Garner

Nama Eric Garner ikut digaungkan dalam aksi demonstrasi pasca kejadian yang menimpa George Floyd. 

Mengutip laman BBC, Garner ditangkap karena dicurigai menjual rokok lepas secara ilegal pada 17 Juli 2014.

Dalam video penangkapan yang direkam oleh seorang pengamat, Pantaleo, yang berkulit putih, terlihat dengan lengan melingkari leher Garner saat mereka berpatroli di jalan di wilayah kota Staten Island.

Pengacara petugas tersebut berpendapat bahwa kliennya menggunakan taktik yang disetujui untuk menangkap Garner. 

Saat petugas terus menahan Garner, ia yang kebetulan menderita asma dan berulang kali terdengar berkata: "Saya tidak bisa bernapas."

Kematian Eric Garner kemudian memicu demonstrasi.

5 dari 6 halaman

4. Michael Brown

Pada tanggal 9 Agustus 2014, dia diduga mencuri sebungkus cerutu dari sebuah toko, mendorong petugas toko ke dalam etalase saat dihadang polisi.

Tak lama setelah kejadian ini, tertangkap di CCTV, petugas polisi Darren Wilson menerima peringatan di dalam mobil patrolinya. Demikian seperti melansir laman BBC

Ketika Brown dan temannya Dorian Johnson berjalan di tengah jalan, polisi itu curiga bahwa dia yang melakukan perampokan.

Wilson melepaskan lebih banyak tembakan, dan mengenai Brown yang tidak bersenjata sebanyak enam kali di kepala dan lengan kanan.

Tubuh Wilson pun tergeletak di jalan selama empat jam dalam genangan darah sebelum akhirnya dipindahkan.

Tewasnya pemuda kulit hitam itu, Michael Brown, telah menyulut unjuk rasa dan kerusuhan lebih dari seminggu lamanya.

6 dari 6 halaman

5. Tamir Rice

Rekaman video yang menunjukkan penembakan fatal terhadap seorang anak berusia 12 tahun di Cleveland, menunjukkan dia ditembak dalam waktu dua detik setelah polisi tiba.

Tamir Rice ditembak dan dibunuh oleh polisi karena mereka yakin dia memiliki senjata, ternyata yang dia bawa itu palsu.

Mengutip VOA Indonesia, pada tragedi Sabtu 22 November 2014 itu ia berada di sebuah trotoar sambil memainkan sebuah senjata mainan.

Video pengawasan, yang dirilis Rabu 26 November, menunjukkan, Tamir Rice – remaja kulit hitam berusia 12 tahun – sedang berjalan hilir mudik di sebuah trotoar jalan pada hari Sabtu 22 November, sambil memainkan sebuah senjata mainan dan berbicara di ponselnya.

Sebuah mobil polisi datang mendekat dan kemudian penembakan berlangsung dalam hitungan detik. Tidak ada rekaman suara sehingga tidak jelas apa yang dikatakan polisi dan remaja itu terhadap satu sama lain.

Rice kemudian meninggal di rumah sakit pada hari Minggu karena luka parah akibat tembakan itu.

Polisi yang menembak remaja itu datang ke lokasi itu untuk menanggapi panggilan darurat 911 dari seseorang yang kebetulan ada di sekitar lokasi, yang mengatakan kepada petugas penanganan darurat bahwa senjata yang dipegang remaja itu kemungkinan mainan. Namun, laporan-laporan mengatakan petugas penanganan darurat itu tidak menginformasikan hal tersebut ke polisi itu.

Para pejabat kepolisian merilis video itu atas permohonan keluarga korban. Keluarga korban mengatakan, video menunjukkan sesuatu yang jelas, yakni polisi bereaksi tergesa terhadap remaja dan senjata mainannya itu.

Kedua polisi yang terlibat dirumahkan untuk sementara waktu. Jaksa wilayah sedang menyelidiki insiden itu.

Kasus Tamir Rice adalah salah satu dari serangkaian penembakan kontroversial di Amerika yang melibatkan penembak kulit putih atau hispanik dengan korban warga kulit hitam.

Sejumlah demonstrasi menuntut keadilan atas kematian Tamir Rice pun sempat terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.