Sukses

Kim Jong-un Dikabarkan Koma, Ini Jejak Hubungan Indonesia dan Korut Sejak Dahulu

Berikut ini jejak hubungan antara Korea Utara dan Indonesia yang telah terjalin sejak lama, jauh sebelum era Kim Jong-un.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah diterpa kabar meninggal dunia beberapa bulan lalu, kini Kim Jong-un dikabarkan tengah koma. Isu tersebut merebak tatkala santer diberitakan sang pemimpin Korea Utara memberikan tanggung jawab lebih kepada sang adik, Kom Yo-jong.

Seorang mantan pejabat Korea Selatan mengatakan kepada penyiar lokal bahwa pihak Korea Utara memberi Kim Yo-jong -- adik dari Kim Jong-un -- wewenang dan 'kekuatan' atas kepemimpinan lantaran kondisi kesehatan sang diktator yang menurun.

Chang Song-min, mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, menyebut Kim dalam keadaan koma.

"Saya menilai dia sedang koma, tapi hidupnya belum berakhir," katanya kepada media Korea Selatan seperti dikutip dari News.com.au.

CNN melaporkan bahwa Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan memberi tahu politikus negara itu bahwa saudara perempuan Kim sekarang "de facto second in command".

Hingga saat ini pihak Korea Utara belum memberikan klarifikasi atau mengeluarkan pernyataan apapun terkait isu Kim Jong-un dalam kondisi koma. Padahal belum lama ini, saat HUT ke-75 Republik Indonesia, ia diketahui mengirimkan pesan.

Pesan Kim Jong-un juga disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

"Setelah kemerdekaan, negara Anda telah membuat kemajuan besar dalam mengembangkan ekonomi dan budaya nasional serta membangun masyarakat yang sejahtera di bawah panji kedaulatan, kemerdekaan, dan non-blok yang ditinggikan," demikian disebutkan dalam situs resmi Kementerian Luar Negeri Korea Utara mfa.gov.kp pada Selasa 18 Agustus 2020.

"Kesempatan ini saya gunakan untuk mengutarakan keyakinan saya bahwa tradisi berharga tentang persahabatan dan kerjasama yang sangat baik antara kedua negara akan terus terkonsolidasi dan berkembang sesuai dengan tuntutan era baru," pesan Kim Jong-un setelah mengucapkan selamat dan memuji kemajuan Indonesia.

Pesan itu mengisyaratkan bahwa sejatinya Indonesia memiliki hubungan baik dengan Korea Utara. Hal tersebut bahkan terjadi jauh sebelum era kepemimpinan Kim Jong-un.

Berikut ini jejak hubungan antara Korea Utara dan Indonesia yang telah terjalin sejak lama, Liputan6.com rangkun dari beragam sumber, Selasa (25/8/2020): 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Hubungan Baik Sejak Zaman Presiden Soekarno

Persahabatan kedua negara ini sudah dimulai sejak zaman Presiden Pertama RI Soekarno dengan Presiden Korea Utara Kim Il-Sung, kakek pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-un.

Hingga kini, hubungan yang terjalin semakin harmonis. Masyarakat kedua negara juga ingin hubungan kedua negara terus ditingkatkan dan mempererat persahabatan.

Hal ini disampaikan Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea An Kwang Il pada 24 November 2017 lalu, dalam upacara penyematan Bintang Kehormatan Persahabatan di Universitas Bung Karno (UBK).

Bintang Kehormatan Persahabatan disematkan kepada Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Ristiyanto, seperti dikutip dari Jawapos.com, Selasa 12 Juni 2018.

Sebetulnya penyematan dilakukan pada bulan Agustus tahun itu di Pyongyang. Namun, saat itu Ristiyanto berhalangan hadir.

Hadir dalam upacara penyematan itu Rektor UBK Soenarto dan beberapa pejabat UBK, juga Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea yang juga Wakil Rektor UBK Teguh Santosa.

Seperti Ristiyanto, Wakil Rektor UBK Teguh Santosa juga mendapat Bintang Kehormatan Persahabatan dari pemerintah Korea Utara. Bintang untuk Teguh disematkan di Pyongyang Agustus.

"Ini adalah tanda terima kasih kami atas bakti Bapak Ristiyanto dalam menjalin persahabatan dengan bangsa Korea," ujar Dubes An.

3 dari 6 halaman

2. Berbalas Kujungan Kenegaraan

Eratnya hubungan Soekarno dan Kim Il Sung dimulai sejak 1964 ketika Proklamator Indonesia itu berkunjung resmi ke Pyongyang, yang dibalas dengan kunjungan Kim senior, dan anaknya Kim Jong Il, ke Indonesia pada April 1965.

"Selain untuk mempererat hubungan bilateral, kunjungan Kim Jong Il saat itu sekaligus untuk menghadiri peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika yang pertama kali diadakan pada 1955 di Bandung," kata Duta Besar Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK/Korea Utara) untuk Indonesia, Ri Jong Ryul, dilansir Antara, 10 April 2015.

Sukarno saat itu memberikan bunga anggrek kepada Kim il-Sung. Bunga itu sekaligus kado ulang tahun dari Sukarno kepada pimpinan tertinggi Korea Utara tersebut. Anggrek tersebut diberi nama Dendrobium Kimilsungia.

4 dari 6 halaman

3. Festival Bunga Pemberian Sukarno

Bunga anggrek genus Dendrobium ini, yang menjadi salah satu bunga paling terkenal di DPRK, adalah simbol ikatan persahabatan antara Korea Utara dan Indonesia.

Kimilsungia hingga saat ini menjadi festival tahunan di Korea Utara sejak 1999. Anggrek pemberian Bung Karno menjadi ikon festival sekaligus perayaan ulang tahun Kim il-Sung.

5 dari 6 halaman

4. Penghargaan RI untuk Pemimpin Korut

Di tahun 2001, bersamaan dengan peringatan hari lahir Bung Karno yang ke-100, Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) yang didirikan Rachmawati Soekarnoputri menyerahkan Star of Soekarno kepada sejumlah tokoh dunia, di antaranya Kim Il Sung sang pendiri Korea Utara.

Tokoh dunia lain yang menerima Star of Soekarno di tahun 2001 itu adalah Ho Chi Min dari Vietnam, Jawaharlal Nehru (India), Sun Yat Sen (China Taipei), Norodom Sihanouk (Kamboja), George Washington (Amerika Serikat), Josep Broz Tito (Yugoslavia), Ahmed Ben Bella (Aljazair), Charles De Gaulle (Prancis), Yaser Arafat (Palestina), Nelson Mandela (Afrika Selatan), Saddam Hussein (Irak), dan Ki Hajar Dewantara (Indonesia).

Di tahun 2015, YPS kembali menyerahkan Star of Soekarno. Kali ini hanya kepada empat tokoh dunia. Mereka adalah Mahathir Mohamad (Malaysia), Hugo Chavez (Venezuela), Fidel Castro (Kuba), dan Kim Jong Un (Korea Utara).

Dari keempat tokoh itu, hanya Mahathir Mohamad yang menerima Star of Soekarno secara langsung dalam upacara penganugerahan di Hotel Borobudur Jakarta, bulan September 2015. Tiga tokoh lainnya diwakili oleh Kedutaan Besar negara masing-masing di Indonesia.

Setelah penyerahan di Jakarta, Rachma mengutus Sekjen PPIK, Teguh Santosa, mengantar Star of Soekarno untuk Kim Jong Un ke Pyongyang. Di Pyongyang, Star of Soekarno itu diterima Presiden Korea Utara Kim Yong Nam dalam sebuah upacara resmi di Istana Presidium Tertinggi Rakyat Korea.

"Waktu kami memutuskan menyerahkan Star of Soekarno kepada Kim Jong Un banyak yang mencemooh kami. Saya dihujat banyak orang, disebut sudah hilang akal karena menyerahkan penghargaan yang menggunakan nama proklamator kemerdekaan Indonesia untuk seorang diktator seperti Kim Jong Un," cerita Rachmawati dalam keterangan pers yang dikirim Humas UBK, Senin (18/6).

Menurut Rachma, dirinya tidak mundur karena dia yakin hujatan seperti itu hanya datang dari kalangan yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengetahui apa yang sedang terjadi di Semenanjung Korea.

Pada tahun 2000 Rachma mengunjungi Pyongyang, ibukota Korea Utara, dan selanjutnya mendirikan dan memimpin Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara.

"Mereka yang menghujat hanya mendapatkan informasi sepihak dari media Barat yang sarat kepentingan Barat, tanpa memiliki pengalaman berinteraksi dengan publik Korea Utara dan pemimpin-pemimpin Korea Utara," sambung Rachma lagi.

Rachma jalan terus. Dia dan PPIK terus menjalin hubungan baik dengan pihak Korea hingga kini. Bulan April lalu, bersama budayawan Jaya Suprana, Rachma mengundang pianis muda Korea Utara untuk tampil dalam konser perdamaian di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).

6 dari 6 halaman

5. Undang Musisi Korut

Rabu malam 11 April 2018, pianis muda kelas dunia dari Korea Utara, Choe Jang Hung tampil dalam Konser Perdamaian di Gedung Kesenian Jakarta.

Ia memukau penonton yang memadati gedung berkapasitas 450 orang itu. Penampilan Jang Hung berhasil memberikan kesan yang lebih positif mengenai negeri yang dipimpin Kim Jong-un ini.

Pemandu konser, Jaya Suprana, mengakui bahwa kemampuan Jang Hung lebih tinggi dari kemampuannya. Tepuk tangan meriah dan standing ovation membahana sebagai tanda kekaguman atas kemampuan Jang Hung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.