Sukses

Studi Baru: Air Mata Burung dan Reptil Serupa dengan Manusia

Burung dan reptil mungkin tidak menyerupai manusia dalam banyak hal, tetapi ternyata air mata burung dengan manusia serupa.

Liputan6.com, Jakarta Burung dan reptil tidak menyerupai manusia dalam banyak hal. Tetapi ternyata air mata burung dan reptil memiliki kesamaan dengan manusia.

Komposisi air mata manusia sudah diketahui dengan baik, namun hingga saat ini, hanya ada sedikit penelitian yang membahas tentang komposisi dan struktur air mata pada reptil, burung, dan mamalia lainnya.

Kurangnya penelitian tersebut dianggap memalukan. Hal ini dikarenakan menurut sebuah studi baru di Frontiers dalam Ilmu Kedokteran Hewan, memahami susunan air mata pada berbagai spesies dapat memberikan wawasan tentang perawatan mata yang lebih baik bagi manusia dan hewan, serta meningkatkan pemahaman kita tentang adaptasi perkembanagan hewan.

Para peneliti di Brasil berhasil mengumpulkan sampel air mata hewan sehat dari tujuh spesies burung dan reptil, termasuk macaw, elang, burung hantu dan beo, serta kura-kura, caiman, dan penyu laut.

"Penting untuk meneliti hewan yang sehat yang berguna nantinya untuk mengobati hewan yang sakit, karena spesies sesungguhnya bergantung pada penglihatan mereka," kata penulis utama studi Arianne Oriá, seorang profesor kedokteran hewan klinis di Universitas Federal Bahia di Salvador, Brasil, seperti dikutip dari CNN, Jumat (14/8/2020).

"Hewan tidak bisa hidup tanpa penglihatan di alam liar. Contohnya, seekor penyu tanpa penglihatan akan mati."

Manusia juga perlu memiliki mata yang sehat, mulai dari lapisan luar mata, kornea, air mata, hingga tepi kelopak mata. Jika tidak, mereka manusia akan mengalami banyak ketidaknyamanan, kemerahan dan gatal, atau mungkin masalah penglihatan lainnya yang lebih parah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Persamaan dan Perbedaan Air Mata Manusia dengan Hewan

Meskipun diketahui air mata mamalia seperti anjing dan kuda lebih mirip dengan manusia, namun ada jumlah cairan elektrolit dalam air mata burung, reptil, yang juga sama dengan manusia. Hanya saja burung dan reptil memiliki konsentrasi yang sedikit lebih tinggi dari manusia.

Para peneliti juga mengamati pola kristalisasi yang terbentuk saat air mata mengering, yang dapat memberikan pengetahuan tentang variasi jenis air mata yang bahkan bisa mengungkap jenis penyakit mata tertentu.

"Meskipun burung dan reptil memiliki struktur berbeda pada bagian yang bertanggung jawab untuk produksi air mata, beberapa komponen cairan elektrolit berada pada konsentrasi yang sama seperti milik manusia," tambah Oriá.

"Tetapi struktur kristal diatur dengan cara yang berbeda sehingga menjamin kesehatan mata dan keseimbangan dengan berbagai lingkungan."

Tetapi meskipun komposisi air mata serupa di seluruh spesies, secara mengejutkan struktur kristal menunjukkan variasi yang lebih besar. Struktur kristal pada penyu laut dan air mata caiman adalah yang paling khas, kemungkinan besar merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan akuatik mereka.

3 dari 3 halaman

Lingkungan Mempengaruhi Air Mata

Penelitian air mata juga memberi para ilmuwan pengetahuan penting tentang kesehatan habitat hewan dan tingkat polusi. Oriá menjelaskan bahwa itu karena hewan dengan habitat serupa akan memiliki air mata yang serupa yang artinya lingkungan sekitarnya berdampak besar pada komposisi air mata.

"Air mata adalah cairan yang paling banyak terpapar lingkungan. Jadi, dengan perubahan sedikit pada lingkungan, air mata akan berubah," Oriá menjelaskan. "Misalnya, pada manusia, kita tahu bahwa orang yang merokok akan mengalami perubahan air mata."

Oriá menambahkan jika kita merubah habitat kita dengan polusi atau hal lain, kita akan menciptakan habitat yang tidak sehat untuk selaput air mata kita. Jadi hewan, serta manusia, harus memiliki waktu bertahun-tahun untuk beradaptasi kembali dengan habitatnya.

Dia mengatakan harus lebih banyak penelitian yang dilakukan untuk memperluas pemahaman tentang lebih banyak air mata spesies dan untuk menganalisis temuan tersebut menjadi perawatan bagi masalah mata pada hewan dan manusia.

"Pengetahuan ini membantu dalam memahami evolusi dan adaptasi spesies ini, serta dalam konservasi mereka," kata Oriá.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.