Sukses

Warga Turun ke Jalan Serukan Penghapusan Monarki Spanyol

Mantan Raja Spanyol Juan Carlos, yang turun takhta pada 2014 demi putranya Felipe, tiba-tiba mengumumkan keputusannya untuk pergi pada Senin minggu lalu. Hal itu memicu lalu memicu protes.

Liputan6.com, Jakarta - Para pengunjuk rasa pada Minggu, 9 Agustus 2020 menyerukan diakhirinya monarki Spanyol setelah kepergian mendadak mantan raja Juan Carlos dari negara itu di tengah skandal korupsi.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (10/8/2020) Juan Carlos, yang turun takhta pada 2014 demi putranya Felipe, tiba-tiba mengumumkan keputusannya untuk pergi pada Senin minggu lalu.

Tetapi belum ada konfirmasi resmi ke mana dia pergi, memicu permainan tebak-tebakan pihak internasional.

"Kami harus membersihkan sistem korupsi dan kami harus mulai dengan mahkota," kata Jose Emilio Martin, seorang sopir bus, yang berada di antara sekitar seratus pengunjuk rasa di Madrid pada hari Minggu.

Protes terhadap keluarga kerajaan telah menyebar ke seluruh Spanyol sejak kepergian dramatis mantan raja itu, dengan sekitar 100 republik berdemonstrasi di Valencia pada hari Minggu dan lebih banyak protes direncanakan di Mallorca minggu ini selama kunjungan Raja Felipe VI ke pulau itu.

Sebuah jajak pendapat oleh SigmaDos yang diterbitkan pada hari Minggu di surat kabar konservatif El Mundo menemukan 63,3 persen dari mereka yang ditanyai merasa itu adalah ide yang buruk bagi mantan raja untuk pergi, sementara 27,2 persen setuju dengan kepergiannya.

80,3 persen mengatakan, mereka mengira Juan Carlos harus menghadapi kemungkinan proses hukum. Jajak pendapat, yang dilakukan antara 4-6 Agustus setelah dia pergi, menemukan 12,4 persen mengatakan dia tidak punya jawaban dan 7,3 persen tidak menyuarakan pendapat.

Terlepas dari ketidaksetujuan tersebut, mencerminkan popularitas Juan Carlos yang tenggelam dalam beberapa tahun terakhir.

Sekitar 69,2 persen dari mereka yang ditanyai dalam jajak pendapat hari Minggu mengatakan dia memainkan peran penting dalam transisi dari kediktatoran ke demokrasi setelah kematian Francisco Franco pada tahun 1975, sementara 24,4 persen mengatakan dia memainkan peran "kecil atau tidak sama sekali".

Pada bulan Juni, Mahkamah Agung Spanyol membuka penyelidikan awal atas keterlibatan Juan Carlos dalam kontrak kereta api berkecepatan tinggi di Arab Saudi, setelah surat kabar Swiss La Tribune de Geneve melaporkan bahwa dia telah menerima US$ 100 juta dari mendiang raja Saudi. Swiss juga telah membuka penyelidikan.

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengasingan ke UEA?

Mantan raja itu tidak secara resmi dalam penyelidikan dan berulang kali menolak mengomentari tuduhan tersebut.

Pengacara Juan Carlos mengatakan pada hari Senin bahwa kliennya ada di tangan jaksa Spanyol meskipun dia memutuskan untuk pergi.

Surat kabar pro-monarki ABC melaporkan pada hari Jumat bahwa Juan Carlos telah melakukan perjalanan dengan pesawat pribadi dari Spanyol ke Uni Emirat Arab pada hari Senin.

Media lain mengatakan dia ada di Republik Dominika atau di Portugal. Pejabat di sana mengatakan mereka tidak mengetahui kedatangannya.

Seorang juru bicara pemerintah Spanyol pada Minggu menolak untuk mengomentari keberadaannya. Pengacaranya dan istana kerajaan selama ini menolak mengatakan di mana Juan Carlos berada.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.