Sukses

Tolak Sekolah Buka Saat Pandemi COVID-19, Guru di New York Demo Bawa Peti Mati

Guru di New York menolak rencana pembukaan sekolah di tengah pandemi Virus Corona (COVID-19).

Liputan6.com, New York City - Sekelompok guru di New York City turun ke jalan untuk memprotes keputusan Wali Kota Bill de Blasio untuk kembali membuka sekolah. Guru menyebut keputusan itu tidak aman.

Para guru juga membawa alat peraga seperti peti mati dan alat penggal kepala (guillotine) buatan sendiri.

Dilaporkan New York Post, Selasa (4/8/2020), demo itu diikuti sekitar 200 orang yang terdiri atas guru, orang tua, dan murid. Mereka memulai aksi dari Markas Federasi Guru AS.

"Kami menuntut sekolah yang aman," ujar para pendemo.

Selain membawa replika peti mati, para guru juga membawa kantong jenazah dan tengkorak buatan. Salah satu pendemo membawa tulisan "Kami tak mau mati demi Kementerian Pendidikan."

Peserta lain membawa tulisan "Sekolah: risiko tertinggi."

"Anak-anak tidak bisa fokus mengerjakan tugas sekolah jika anggota keluarga atau guru mereka berada di rumah sakit atau sekarat," ujar Franki Cook, guru TK di Brooklyn.

"Anak-anak tak bisa belajar jika mereka meninggal," tambahnya.

Wali Kota New York, Bill de Blasio, berkata akan membuka sekolah pada tahun ajaran baru pada September mendatang. Pertimbangannya adalah tingkat positif corona di kotanya sudah berada di 1 persen.

Ia menyebut online learning tak bisa menggantikan pelajaran tatap muka, Selain itu, ia berkata sudah membuat roadmap dengan jelas mengenai program ini, meski perserikatan guru di New York City menolak rencana itu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump Juga Dukung Sekolah Dibuka

Presiden AS Donald Trump adalah salah satu yang mendorong pembukaan sekolah. Ia juga menyebut online learning tak bisa menggantikan pelajaran tatap muka.

"Untungnya data menunjukan anak-anak secara substansi memiliki risiko yang lebih rendah dari Virus China," ujar Presiden Donald Trump pada konferensi pers di Gedung Putih seperti dikutip pada Jumat 24 Juli 2020.

"Ketika anak-anak terpapar virusnya, mereka mendapat gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali. Komplikasi sangatlah langka. Mereka yang terkena komplikasi seringnya memiliki kondisi medis penyerta," ujar Trump.

Akan tetapi, Donald Trump tidak membahas risiko anak-anak membawa penyakit itu pulang ke rumah. Anggota Satgas Virus Corona di Gedung Putih, Dr. Deborah Birx, pernah berkata ada risiko wabah dibawa pulang oleh murid sekolah dan membahayakan anggota keluarga yang lebih rentan.

Presiden Trump belakangan ini juga sering menyebut Virus Corona sebagai "Virus China". Hal itu mengundang kontroversi karena dianggap rasis dan tak sesuai panduan WHO.

Hingga kini, Donald Trump terus mendukung pembukaan sekolah. Di Twitter, ia menulis dengan huruf kapital agar sekolah dibuka. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.