Sukses

Pecah Rekor, Kematian Akibat Corona COVID-19 di Iran Capai 235 Pasien dalam Sehari

Kematian 235 pasien ini merupakan yang tertinggi di Iran dalam sehari semasa pandemi Virus Corona (COVID-19).

Liputan6.com, Tehran- Pemerintah Iran melaporkan adanya 235 kematian baru akibat Virus Corona COVID-19 pada Selasa (28/7/2020). Penambahan itu adalah yang tertinggi semasa pandemi.

"Kita kehilangan 235 kompatriot akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir," ujar jubir Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadar Lari, seperti dikutip Arab News. 

Total kematian di Iran kini 16.147. Jumlah itu adalah yang tertinggi di Timur Tengah.

Berdasarkan data Coronatracker, kasus di Iran mencapai 296.273. Total ada tambahan 2.667 kasus baru.

Pasien sembuh di Iran mencapai 257.019 atau 86,8 persen dari total kasus. Angka kematian di Iran cukup tinggi, yakni 5,5 persen. Selain itu, ada 3.902 kasus yang dirawat di ruang ICU.

Jumlah kematian akibat corona di Iran mulai tembus 200 sejak pertengahan Juli kemarin. Angka itu merupakan kenaikan dari Juni yang kasus kematiannya sering di bawah 100.

Iran tidak melaksanakan lockdown total. Bisnis-bisnis sudah kembali dibuka dengan melaksanakan protokol kesehatan.

Angka kasus baru di Iran lebih rendah ketimbang Juni lalu yang sempat mencatat di atas 6.000 kasus sehari. Namun, pemerintah Iran mulai waspada adanya gelombang kedua virus corona pada musim dingin mendatang.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Waspada Gelombang Kedua

Sebelumnya dilaporkan, Iran mulai mewaspadai datangnya gelombang kedua dari Virus Corona (COVID-19). Gelombang berikutnya diperkirakan datang pada musim dingin. 

Presiden Hassan Rouhani sejauh ini menghindari lockdown total di Iran. Namun, pemerintah fokus mengedukasi masyarakat agar siap menyambut ancaman gelombang 2. 

"Sebentar lagi kami masuk musim dingin. Musim ini membawa kekhawatiran gelombang 2 COVID-19 dan Kementerian Kesehatan Iran telah memperingatkan kepada masyarakat bahwa sangat mungkin gelombang kedua terjadi pada musim dingin," ucap Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad, saat berbincang dengan Liputan6.com secara virtual pada 10 Juli lalu.

Saat ini Iran masih berada dalam musim panas. Kekhawatiran gelombang 2 dari pandemi corona dikhawatirkan terjadi ketika suhu mulai mendingin di musim gugur (September) hingga musim salju (Desember). 

Total kasus Virus Corona COVID-19 di Iran ada sekitar 250 ribu, mayoritas sudah sembuh. Masyarakat juga sudah boleh pergi ke tempat seperti kafe dan gym, namun pemakaian masker diwajibkan, bahkan di dalam ruangan. 

Dubes Azad berkata Iran percaya diri dengan kemampuan infrastruktur kesehatan di negaranya. Iran didukung sektor startup dalam melawan Virus Corona COVID-19. Faktor-faktor tersebut membantu Iran melawan pandemi meski sedang kena sanksi dari Amerika Serikat.

"Infrastruktur kesehatan di Iran sangatlah baik. Kami memiliki tenaga kesehatan yang sangat baik dan tersohor di Eropa dan Amerika, maka dari itu kita bisa menekan penyebaran," jelas Dubes Azad. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.