Sukses

13 Penumpang Bus Disandera, Pelaku Dibekuk Usai Bicara ke Presiden Ukraina

Pria bersenjata menyandera sebuah bus yang berisikan 13 orang penumpang bus di Ukraina. Ia sempat berkomunikasi dengan presiden untuk membuat kesepakatan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perselisihan di Ukraina berakhir dengan keberhasilan pasukan keamanan membebaskan 10 sandera, dari sebuah bus di kota Lutsk dan menahan pria bersenjata itu setelah intervensi aneh dari presiden.

Pria tersebut menyandera sebuah bus yang berisikan 13 orang penumpang. Dalam sebuah gambar yang beredar luas menunjukkan pelaku terbaring di tanah setelah penangkapannya, demikian dikutip dari laman BBC.com, Rabu (22/7/2020).

Semua sandera tidak terluka. Pria itu disebut oleh polisi bernama Maksym Kryvosh (44). Dia awalnya menahan 13 orang tetapi membebaskan tiga orang setelah berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

"Semua orang baik-baik saja," ujar Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mentweet (dalam bahasa Rusia) setelah pengepungan berakhir.

Avakov berada di Lutsk untuk memimpin negosiasi dengan pria bersenjata itu.

Apa Peran Presiden dalam Peristiwa Ini?

Zelensky berbicara dengan penyandera, yang juru bicaranya Yuliya Mendel katakan telah menyebabkan pembebasan tiga sandera pertama.

Presiden kemudian memposting video singkat di halaman Facebook-nya di mana dia mengatakan dalam bahasa Rusia: "Semua orang harus menonton film Earthlings 2005."

Salah satu tuntutan dari penyandera adalah agar presiden Ukraina mendorong orang untuk menonton film dokumenter tentang hak-hak binatang yang dibuat di Hollywood tahun 2005.

Tak lama setelah itu, Avakov mengumumkan akhir pengepungan, dan Zelensky menghapus video itu.

Film ini, diriwayatkan oleh bintang Hollywood Joaquin Phoenix yang pernah memenangkan beberapa penghargaan festival.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ancaman Bom

Pengepungan dimulai sekitar pukul 09.00 waktu setempat (06.00 GMT). Pada satu titik, penyandera melepaskan tembakan dan melemparkan bahan peledak yang kemudian tidak meledak.

Tuntutannya termasuk untuk politisi senior yang menyatakan di depan umum bahwa mereka adalah teroris.

Petugas layanan keamanan SBU kontra-terorisme mengepung bus, beberapa jam bersitegang dan negosiasi.

Menurut kantor jaksa penuntut umum, pria bersenjata itu mengatakan dia telah meletakkan alat peledak di tempat umum di kota yang bisa diledakkan dari jarak jauh.

Polisi menutup pusat kota dan mengatakan kepada penduduk agar tidak meninggalkan rumah atau kantor mereka. Tidak jelas apakah ada perangkat yang ditemukan.

Namun, Avakov kemudian mengkonfirmasi bahwa Kryvosh memiliki beberapa senjata api yang berfungsi dan benar-benar menjadi ancaman.

"Hukuman penjara yang panjang menunggu dia," katanya kepada wartawan.

Para pejabat mengatakan Kryvosh sebelumnya menghabiskan sekitar 10 tahun di penjara, terkait sejumlah tuduhan termasuk penipuan dan kepemilikan senjata secara ilegal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.