Sukses

WHO Cari Pasien Pertama Corona COVID-19 di China

WHO mencari pasien pertama Virus Corona (COVID-19) di China.

Beijing - WHO menjalankan misi di China untuk mencari pasien pertama Virus Corona (COVID-19). Selama ini China menolak ujaran bahwa virus pandemi ini berasal dari negaranya. 

Namun, WHO dan pemerintah China sama-sama tidak mau berbicara banyak tentang misi ini. 

Dilaporkan ABC Australia, Kamis (9/7/2020), pekan lalu WHO dan pemerintah China membenarkan rencana kedatangan misi ini. Namun WHO yang dihubungi ABC tidak bersedia memberikan rincian begitu pula Kementerian Luar Negeri China.

WHO telah meminta akses ke China sejak Mei lalu. Saat itu, seorang pejabat WHO menyebutkan tujuannya untuk mengetahui "apa yang terjadi di awal sehubungan dengan paparan virus dari hewan yang berbeda".

Namun sejumlah pakar meragukan hal itu bisa dilakukan.

"Mereka tidak akan menemukan pasien pertama," ujar John Nicholls, pakar patologi di Universitas Hong Kong."Situasi ini sudah terlambat enam bulan. Mungkin ada peluang untuk menemukannya pada awal Desember."

Kedatangan tim peneliti WHO juga menghadirkan masalah baru bagi Pemerintah China: akan timbul lebih banyak pertanyaan mengenai asal muasal virus corona ini.

Sejumlah teori telah bermunculan, namun ada tiga yang menonjol dalam beberapa bulan terakhir.

Selama berbulan-bulan pejabat Cina berusaha menyatakan jika virus corona berasal dari luar negeri.

"Para pakar China percaya tim (WHO) harus berdiskusi dengan pihak China mengenai cara kerja secara global dan adil, dengan pertimbangan kunjungan [WHO] tidak berarti virus ini berasal dari China," demikian ditulis Global Times, media yang dikendalikan Pemerintah China.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perihal Ikan Salmon?

Ketika muncul wabah terbaru belum lama ini di Beijing yang diperkirakan berasal dari pasar dan pasar hewan, pihak berwenang langsung mempublikasikan sampel dari talenan yang telah diuji positif.

Pelakunya? "Salmon impor", kata para pejabat setempat.

Hanya dalam beberapa hari, ikan salmon yang diimpor dari luar negeri telah ditarik dari pasar dan restoran-restoran di Beijing.

Namun belakangan para pejabat setempat mengklarifikasi ada 40 sampel berbeda dari seluruh pasar yang telah diuji positif virus corona.

Artinya, para pejabat ini menganulir "teori salmon" dan memastikan penyebabnya kemungkinan besar adalah penularan dari manusia ke manusia dengan jenis strain yang diidentifikasi berasal dari Eropa. Bukan seperti tipe virus yang ditemukan di Wuhan.

"Setiap kritik terhadap China terkait dengan virus corona sangat sensitif secara politis," ujar komentator politik Wu Qiang di Beijing.Setiap kali muncul pertanyaan tentang asal-usul virus, para pejabat, mulai dari Presiden Xi Jinping ke bawahannya, selalu senada.

Mereka selalu menyatakan, "China percaya asal muasal virus corona merupakan masalah ilmiah yang harus dipelajari para ilmuwan dan profesional medis."

Namun pejabat Kemenlu China sebelumnya pernah mengunggah teori konspirasi yang menyebutkan virus dibawa ke China oleh militer AS.

Media pemerintah juga langsung memberitakan berbagai teori yang menyebutkan keberadaan kasus COVID-19 sebelum menjadi wabah di Wuhan pada Desember tahun lalu, termasuk penelitian terbaru dari Spanyol.

Para peneliti mengatakan berhasil mendeteksi virus dalam tingkat rendah pada sampel air limbah di Barcelona yang diambil pada Maret tahun lalu.

Sampel lain yang dikumpulkan secara rutin tersebut tidak menunjukkan adanya virus corona sampai Januari 2020.

Seorang pakar dari Universitas Oxford menyatakan, temuan ini menunjukkan virus corona telah beredar secara internasional sejak lama dan berubah menjadi pandemi ketika kondisinya sesuai.

3 dari 4 halaman

Kelelawar di Gua

Teori kedua yang banyak beredar yaitu, bahwa virus ini bersumber dari gua kelelawar dan Institut Virologi di Wuhan.

Pada bulan Februari lalu, seorang ahli virologi terkenal dari China, Shi Zhengli menyebutkan virus SARS yang baru itu 96,2 persen mirip dengan virus yang ditemukan di gua kelelawar di Provinsi Yunnan pada 2013.

Tiga dari enam pria yang membersihkan kotoran kelelawar di gua tersebut telah meninggal dunia setelah menderita pneumonia parah.

Menurut laporan terbaru di suratkabar British Times, sampel beku virus tersebut, bernama RaTG13, telah dikirim ke Institut Virologi Wuhan pada 2013.

Tapi direktur institut itu sebelumnya membantah jika virus COVID-19 telah bocor secara tidak sengaja dari laboratorium. Ia bersikukuh jika tidak ada sampel RaTG13 yang disimpan di laboratoriumnya.

4 dari 4 halaman

Pasar Wuhan

Teori ketiga yang lebih luas beredar yaitu bahwa pasar makanan laut dan hewan di Kota Wuhan merupakan tempat virus ini berpindah dari inang hewan ke manusia.

Hal itu didasari oleh faktar adanya ada korelasi yang tinggi dari pasien yang pernah ke pasar itu dibawa ke RS Wuhan dengan gejala pneumonia pada bulan Desember 2019.

Namun perlu diingat dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet, pasien pertama yang dilaporkan di RS Wuhan tidak memiliki kaitan dengan pasar tersebut.

Hanya sekitar dua pertiga dari pasien paling awal yang jelas memiliki kaitan, sehingga sejumlah pakar menjelaskan pasar ini lebih mungkin sebagai tempat kejadian penyebar utama daripada sebagai sumber wabah.

"Kelelawar adalah asal muasal yang paling mungkin berdasarkan kasus terdahulu dan kesamaan susunan (DNA)," jelas Profesor Nicholls."Kecuali bila mereka (WHO) dapat melakukan pengambilan sampel hewan liar yang ada di pasar itu enam bulan sebelumnya, semua teori ini masih hipotesis," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.