Sukses

Bos FBI Waspadai Intervensi China di Pilpres AS 2020

FBI mewaspadai intervensi China di pilpres AS pada November mendatang.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Direktur FBI Christopher Wray membahas ancaman China kepada Amerika Serikat dalam pidato terbarunya. Target dari FBI adalah kelakuan China di dunia digital terhadap hak kekayaan intelektual dan ekonomi AS.

FBI berkata AS adalah korban dari pencurian informasi yang dilakukan pemerintah China, mulai dari pencurian data pribadi, penelitian, hingga inovasi perusahaan teknologi.

"Hal itu adalah ancaman kepada keamanan ekonomi serta kemudian keamanan nasional kita," ujar Christoper Wray seperti dikutip Kamis (9/7/2020).

Direktur FBI juga membahas ancaman China terhadap pilpres AS tahun ini. China dianggap memiliki preferensi terkait siapa yang menang. FBI mengaku tetap siaga sepanjang waktu.

"Saya bilang tentunya pengaruh asing yang buruk dari China menarget kebijakan kita, posisi kita, 24 jam sehari, 365 hari setahun, ini bukan spesifik pemilu, melainkan ancaman yang ada sepanjang waktu," ujar Wray dalam diskusi usai pidato.

"Tetapi tentunya ada implikasi terhadap pemilu dan mereka tentunya memiliki preferensi-preferensi," tambah Wray tanpa menjelaskan siapa politisi yang disukai China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, telah membantah ucapan direktur FBI, namun ia tidak spesifik membalas tudingan pencurian HAKI atau intervensi pemilu.

Masalah pencurian HAKI oleh China merupakan salah satu alasan Presiden Donald Trump melancarkan perang dagang pada tahun lalu. Presiden Trump menaksir AS rugi triliunan dolar akibat pencurian teknologi China.

"Negara kita dengan bodohnya kehilangan triliunan dolar akibat China selama bertahun-tahun. Mereka telah mencuri Hak Kekayaan Intelektual kita dalam tingkat miliaran dolar per tahun dan mereka ingin melanjutkannya. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi!" ujar Donald Trump pada Agustus lalu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masalah HAKI, AS Serang Huawei

Narasi melawan kelakuan digital China semakin gencar dikerahkan pemerintah AS. Pada akhir Juni lalu, Huawei bahkan masuk daftar ke daftar hitam.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat merilis dokumen yang berisi daftar perusahaan China yang dikendalikan militer. Huawei disebut sebagai salah satunya.

Saat ini, Huawei adalah vendor smartphone terbesar di dunia mengalahkan Samsung dan Apple. Huawei juga masih memimpin dalam pengembangan 5G.

Dilansir CNBC, Kementerian Pertahanan memiliki kewenangan hukum untuk membuat daftar perusahaan-perusahaan militer China yang beroperasi di AS. Hal itu termasuk merinci perusahaan yang dikontrol militer.

Sebelumnya, Partai Republik maupun Partai Demokrat kompak meminta Menteri Pertahanan Mark Esper untuk merilis daftar perusahaan China tersebut. 

Tudingan negatif pemerintah AS ke Huawei bukanlah hal yang baru, sebab intelijen AS dan senator sudah lama sering menyerang Huawei.

Tidak ada penalti bagi perusahaan yang masuk daftar tersebut, tetapi ini membuka jalan bagi presiden AS untuk memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang masuk daftar, termasuk memblokir semua properti yang mereka punya.

Perusahaan China lain yang masuk daftar adalah Hikvision yang berada di bidang kamera pengintai, China Mobile Communications Group, China Telecommunications Corp, serta Aviation Industry Corp of China.

Pihak Huawei belum buka suara mengenai hal ini. Sementara, Hikvision menolak mentah-mentah tudingan AS yang dianggap tidak berdasar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • FBI