Sukses

Melbourne Lockdown Jilid 2 Terkait Corona COVID-19, Warga Merasa Mulai dari Nol

Kota di Australia kembali lockdown terkait Virus Corona COVID-19. Apa pelajaran yang bisa dipetik?

Melbourne - Kota Melbourne di Australia kembali lockdown. Premier Daniel Andrews, kepala negara bagian Victoria mengumumkan kebijakan ini, setelah ada 191 kasus penularan baru Virus Corona COVID-19 yang Selasa malam, yang menjadi kasus harian tertinggi.

'Lockdown' akan dilakukan selama enam minggu ke depan, warga di kawasan metropolitan Melbourne dan Micthell Shire hanya boleh meninggalkan rumah untuk satu dari empat alasan:

- belanja makanan dan keperluan penting

- merawat orang lain

- berolaharaga, atau

- belajar atau bekerja, jika tidak bisa melakukannya di rumah

Premier Daniel mengatakan orang tidak dapat meninggalkan kawasan Melbourne metropolitan untuk berolahraga setiap hari (jadi, tidak bisa untuk jalan-jalan atau memancing di luar kota) dan warga harus tinggal di rumah utama, bukan di rumah liburan.

Liburan sekolah akan diperpanjang untuk banyak siswa, meskipun beberapa, seperti murid di kelas 11 dan 12, atau murid sekolah kejuruan, akan kembali ke sekolah setelah liburan berakhir.

Anak-anak yang orangtuanya bekerja di sektor penting boleh mengikuti program liburan yang diawasi.

Setidaknya sembilan blok perumahan di Melbourne berada di hari kelima dari 'lockdown' yang ketat, di mana mereka tidak diizinkan pergi dengan alasan apa pun.

Bagi warga Victoria, kondisi lockdown ibarat memulai segalanya kembali dari nol.

Sementara, bagi kawasan Australia lainnya, lockdown  menjadi berita yang meresahkan dan bukti jika situasi ini dapat terjadi kapan saja di negara bagian manapun.

Dua anggota COVID Evidence Taskforce Steering Committee, yakni Pakar kesehatan Philip Russo dari Monash University dan Brett Mitchell dari seorang profesor keperawatan di University of Newcastle menyebut sulit untuk selalu bersikap waspada hingga vaksin ditemukan.

Russo dan Mitchell menyebut semua orang ingin kembali ke "kehidupan normal", namun kenyataannya, tidak akan ada kehidupan normal di tahun 2020.

Aturan pembatasan sosial akan diperketat atau dilonggarkan dari waktu ke waktu sebagai cara penanganan penularan Virus Corona COVID-19.

Tidak berarti pula dengan melakukan satu kali lockdown, segalanya dapat kembali berjalan 'normal', bahkan setelah angka kasus menurun.

Masyarakat pastinya sudah merasa lelah. Kembali ke nol bagaikan sebuah kelemahan dan pemerintah harus memikirkan bagaimana caranya menghadapi rasa frustasi mereka.

Namun, masyarakat tetap harus selalu siap untuk bertindak singkap dan fleksibel dalam menghadapi kenaikan atau penurunan jumlah kasus.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbatasan Tutup

Perbatasan antara Victoria dan New South Wales juga tutup. Pengumuman yang dilakukan Selasa kemarin, dilakukan Kepolisian New South Wales (NSW) dan Angkatan Pertahanan Australia berkumpul untuk menutup perbatasan NSW-Victoria yang diumumkan awal pekan ini.

Polisi telah memperingatkan "konsekuensi berat", termasuk penjara atau denda yang besar, bagi mereka yang berusaha menyeberang tanpa izin.

Philip Russo dan Brett Mitchell berkata waktunya untuk menerima jika naik turunnya tingkat aturan pembatasan adalah bagian dari kehidupan kita di tahun 2020 dan mungkin di tahun 2021.

Kembalinya 'lockdown' di seluruh kawasan Melbourne meresahkan, tetapi kabar baiknya adalah mengetahui pembatasan aturan berhasil, setelah kita mematuhinya.

Penularan COVID-19 dapat dilakukan selama masyarakat mengikuti aturan utama: mencuci tangan dengan baik, menjaga jarak fisik, tinggal di rumah saat tidak sehat, dan dites saat memiliki gejala COVID-19.

Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, kembalinya lockdown di seluruh kawasan metropolitan Melbourne adalah hal yang logis untuk dilakukan saat ini.

3 dari 3 halaman

Belajar dari Kesulitan

Kesulitan telah dipelajari selama ini, seperti pelanggaran yang dilaporkan dalam pedoman pengendalian penularan di hotel-hotel yang menjadi tempat karantina untuk pendatang masuk Australia.

Ini menunjukkan bahkan jika 99 persen dari sistem berjalan sekalipun, kesalahan satu saja dalam upaya pengendalian penularan sudah cukup menyebabkan kembali meningkatnya kasus.

Di satu sisi, banyaknya kasus yang terdeteksi adalah tanda jika sistem deteksi dan pelacakan kontak berfungsi. Ini jadi hal yang meyakinkan.

Tetapi ada kembalinya wabah ditemukan juga dalam pandemi virus corona selama ini. Yang penting adalah bagaimana penanganannya dan kembali ke aturan pembatasan menjadi diperlukan.

Dan, seperti biasa, pesan utama adalah dites jika merasa tidak sehat, mencuci tangan dengan benar, mengikuti anjuran diam di rumah, tidak bergaul dengan orang lain, dan memahami jika menjaga jarak fisik masih jadi cara terbaik untuk mencegahnya.

Masker sendiri tidak cukup untuk membuat Anda tetap aman, tetapi orang-orang yang tinggal di "hot spot" di Victoria mungkin sebaiknya mempertimbangkan untuk memakainya, saat jarak fisik tidak dapat dilakukan, seperti supermarket.

Tetapi untuk bagian Australia lainnya di luar 'hot spot', pemakaian masker di tempat umum belum direkomendasikan.

Intinya adalah kita semua memiliki peran untuk berperan dalam membendung penularan COVID-19 dan mencegah kemungkinan kita akan mengalami lockdown di masa depan.

Jelas, ini tidak semuanya terjadi di Victoria dan sekarang konseskuensinya terlihat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.