Sukses

Korban Tewas Banjir dan Tanah Longsor di Kyushu Jepang Bertambah 35 Orang

Sekitar 35 orang dipastikan atau diperkirakan tewas dalam bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Kyushu, di Jepang.

Liputan6.com, Tokyo- Sekitar 35 orang dipastikan atau diperkirakan tewas pada Minggu 5 Juli 2020, dalam bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Kyushu, di barat daya Jepang. 

Banjir dan tanah longsor terjadi dipicu oleh hujan lebat yang awalnya mengguyur wilayah tersebut. 

Kedalaman genangan air dan lumpur dari tanah longsor itu juga menghambat proses pencarian dan evakuasi, dimana salah satunya melanda pusat perawatan lansia. 

Selain itu, ada lebih dari 12 orang tewas dan banyak yang masih terdampar di pusat perawatan tersebut. 

Hingga Minggu malam, 18 orang telah dipastikan tewas, dan setidaknya 17 lainnya juga diperkirakan meninggal dalam bencana banjir di Prefektur Kumamoto, menurut pernyataan pemerintah prefektur.

Di sepanjang Sungai Kuma, tim penyelamat  berjuang untuk mencapai daerah-daerah yang paling terdampak, dimana area tepiannya mengalami kerusakan. 

Sementara 14 orang dinyatakan hilang, dan beberapa penduduk di bagian tengah dan selatan prefektur, termasuk di Kota Yatsushiro dan Hitoyoshi. 

Hujan lebat diperkirakan akan masih melanda wilayah barat Jepang hingga Selasa 7 Juli mendatang. Maka dari itu, Badan Meteorologi Jepang meminta warga setempat untuk tetap waspada. 

Dari 18 kematian yang dikonfirmasi, 9 berada di Hitoyoshi, 8 dari Kota Ashikita dan 1 lainnya di Tsunagi.

Tak hanya itu, 14 orang juga dikhawatirkan tewas di Desa Kuma, termasuk 14 lainnya dari panti jompo di dekat sungai, yang mengalir melalui bagian tengah desa.

Menurut pemerintah setempat, sekitar 50 orang diselamatkan dari Senjuen, yang merupakan tempat panti jompo terdampak banjir. 

Para pejabat juga mengatakan bahwa ada sekitar 60 orang terjebak ketika genangan banjir dan lumpur mengenai fasilitas tersebut, demikian seperti dikutip dari Japan Times, Senin (6/7/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengerahan Pasukan Militer untuk Upaya Bantuan

Di Hitoyoshi, Jepang, satu orang dilaporkan tengah dalam kondisi "cardiopulmonary arrest", yang menggambarkan sebagai kondisi jantung dalam detik-detik sebelum pemberitahuan resmi kematian.

Sementara itu, tanda besar "SOS" juga dilaporkan tampak tertera di suatu sekolah dasar di Yatsushiro, di mana sekitar 10 orang melambaikan handuk putih pada helikopter penyelamat dan media.

Sebagai bagian dari upaya bantuan, Anggota Japan Self-Defense Force (SDF) telah dikirim ke wilayah tersebut. Anggota SDF yang akan dikerahkan itu pun mencapai sekitar 10.000, menurut Perdana Menteri Shinzo Abe. 

Menurut laporan dari Prefektur Kumamoto, lebih dari 2.000 rumah di sekitar 120 permukiman warga di delapan kota, termasuk Kuma, Hitoyoshi dan Ashikita, terlantar akibat hujan deras pada Minggu pagi 5 Juli. 

Di Hitoyoshi, banjir melanda rumah-rumah di dekat stasiun kereta utama.

Narumi Kawano (78 tahun), seorang warga Desa Kuma, menceritakan pengalaman yang ia alami bersama suaminya yang merupakan penyandang disabilitas, saat mereka nyaris tidak selamat setelah kedalaman air banjir telah mencapai lantai dua rumah mereka.

Tetapi karena keberanian dan niat kuatnya untuk selamat, ia berjuang untuk suaminya dan menyelam sekitar 2 meter ke dalam air untuk meraih akses keluar melalui jendela.

Cerita pengalaman menegangkan lainnya pun didapat dari seorang perempuan berusia 55 tahun. "Air naik ke lantai dua begitu cepat dan saya tidak bisa berhenti menggigil," katanya kepada harian Asahi Shimbun.

Perempuan itu dan kerabatnya pun dengan segera bergegas ke medan tertinggi, dan  berenang keluar jendela hingga akhirnya berlindung di atap untuk menunggu penyelamatan mereka.

3 dari 3 halaman

Perintah Evakuasi

Perintah evakuasi telah dikeluarkan oleh badan meteorologi di Negeri Sakura itu, untuk total 203.200 penduduk di Kumamoto dan wilayah tetangganya, Prefektur Kagoshima, dimana lebih dari 100 tempat perlindungan didirikan.

Tetapi evakuasi itu disebut tidak wajib dengan banyaknya warga yang memilih untuk tetap tinggal di rumah karena khawatir akan risiko penyebaran Virus Corona, meskipun para pejabat mengatakan tempat pengungsian dilengkapi dengan partisi dan langkah-langkah keamanan lainnya.

Banjir juga dilaporkan memutus jaringan listrik dan komunikasi, yang selanjutnya menunda pencarian dan penyelamatan.

Menurut Kyushu Electric Power Co, ada sekitar 4.650 rumah di Kumamoto dan Kagoshima yang listriknya sudah tidak menyala.

Curah hujan yang mencapai 100 milimeter (4 inci) per jam telah mereda, tetapi Badan Meteorologi Jepang tetap memberi peringatan untuk tanah longsor di seluruh Kumamoto.

Menteri Manajemen Bencana Ryota Takeda mengatakan kepada wartawan, "Kami akan melakukan yang terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi dan membuat hidup para warga yang harus meninggalkan rumah mereka senyaman mungkin."

Pernyataan itu pun datang setelah kunjungannya ke suatu gimnasium di kota Hitoyoshi, yang merupakan tempat perlindungan bagi 600 penduduk. 

Selain itu, Badan Meteorologi Jepang juga menyampaikan bahwa curah hujan lebat yang terjadi pada 3 Juli dan 4 Juli di Kumamoto mencapai 500 milimeter di area Minamata dan lebih dari 400 milimeter di Kuma, Yunomae dan Amakusa. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.