Sukses

Penjaga Kebun Binatang Tewas Diterkam Harimau Siberia di Swiss

Kebun binatang ini baru dibuka setelah tutup akibat pandemi Virus Corona (COVID-19). Namun, serangan harimau terjadi.

Liputan6.com, Zurich - Wanita berusia 55 tahun yang bekerja di kebun binatang tewas diterkam harimau Siberia. Peristiwa terjadi di kebun binatang Zurich pada Sabtu 4 Juli kemarin.

Dilansir AP News, Minggu (7/5/2020), pengunjung kebun binatang berkata wanita itu diterkam sekitar pukul 13.00. Pegawai itu sedang berada di dalam area harimau.

Harimau Siberia yang menyerang pegawai itu merupakan seekor betina bernama Irina. Ia lahir pada 2015 di Denmark pada 2015, kemudian ditransfer ke Zurich.

Pengunjung yang ketakutan langsung meminta pertolongan dan staf kebun binatang berhasil memancing Irina agar menjauhi korban. Namun, nyawa korban tak bisa diselamatkan.

"Sayangnya semua bantuan datang terlalu terlambat. Wanita itu meninggal di TKP," ujar jubir kepolisian Zurich, Judith Hoedl.

Hoedl berkata investigasi telah dilakukan, termasuk untuk mencari tahu mengapa penjaga kebun binatang itu bisa berada di area harimau ketika hewan itu masih berkeliaran.

Pihak kebun binatang Zurich menyebut harimau tersebut berperilaku seperti biasa. Korban sendiri sudah lama bekerja di kebun binatang itu.

"Simpati penuh kami untuk kerabat dari korban," ujar direktur kebun binatang, Severin Dressen.

Dressen juga berkata pengunjung dan staf kebun binatang yang menyaksikan serangan harimau itu diberikan pendampingan konseling.

Kebun binatang Zurich itu baru saja dibuka setelah ditutup akibat pandemi Virus Corona. Namun, kebun binatang itu kembali tutup sementara akibat serangan yang terjadi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Di Aceh, Kematian Harimau Akibat Diracun Jadi Sorotan

Kematian seekor harimau sumatra di Trumon Timur, Aceh Selatan, menjadi misteri. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menggandeng pihak kepolisian untuk menyelidiki datuk belang bernama latin (panthera tigris sumatrae) itu.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto, pada 1 Juli kemarin mengatakan, dari hasil nekropsi (pemeriksaan kematian) satwa dilindungi tersebut, penyebab kematiannya karena diduga keracunan.

"Penyelidikan ini untuk mengetahui harimau sumatera tersebut diracun karena unsur kesengajaan atau tidak. Jika ada unsur kesengajaan, tentu ada pihak yang terlibat," kata Agus Arianto.

Agus Arianto mengatakan, harimau betina dengan perkiraan umur dua hingga tiga tahun tersebut ditemukan mati di perkebunan masyarakat di Desa Kapa Seusak, Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan Senin 29 Juni pukul 06.35 WIB.

Berdasarkan hasil nekropsi, kondisi bangkai harimau sudah mengalami pembusukan. Ada pendarahan dari lubang hidung dan bulu gampang rontok, jaringan bawah kulit sebagian memar.

Kemudian, ada luka diduga akibat kawat duri di bagian perut. Lidah sebagian mengalami sianosis (kondisi tampak berwarna kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah). Saluran pencernaan dan lambung mengalami pendarahan.

"Ada ditemukan zat diduga racun insektisida pada kulit kambing yang sebelumnya dimangsa harimau tersebut. Hasil nekropsi disimpulkan bahwa kematian harimau diduga karena keracunan," kata Agus Arianto.

Agus Arianto menyebutkan tim nekropsi mengambil sampel di antara hati, jantung serta organ vital harimau lainnya termasuk isi lambung, kulit kambing diduga dilumuri racun untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

"Tujuan pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan penyebab kematian harimau sumatera serta bahan penyelidikan kepolisian," kata Agus Arianto.

Agus Arianto menegaskan harimau sumatra merupakan satwa dilindungi. Satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera tersebut masuk dalam spesies terancam dan berisiko tinggi punah di alam liar.

"Kami mengajak masyarakat menjaga kelestarian harimau sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat alami. Serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa dilindungi tersebut," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.