Sukses

Roket Kargo Swasta dari AS Hilang Kontak, Diduga Hancur Saat Terbang

Rocket Lab mengatakan, wahana roket Electron-nya gagal dalam penerbangannya ke angkasa luar dari Semenanjung Mahia di Pulau Utara, Selandia Baru.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan swasta Amerika Serikat yang menerbangkan roket antariksa dari Selandia Baru telah kehilangan wahana terbarunya dalam misi terkini, Sabtu 5 Juli 2020.

Rocket Lab mengatakan, kendaraan Electron-nya gagal dalam penerbangannya ke angkasa luar dari Semenanjung Mahia di Pulau Utara, Selandia Baru.

Semua muatan satelit diasumsikan telah hancur, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/7/2020).

Muatan mereka termasuk pesawat ruang angkasa pencitraan dari Canon Electronics Jepang dan Planet Labs Inc of California, serta platform demonstrasi teknologi dari start-up Inggris yang disebut In-Space Missions.

CEO Rocket Lab Peter Beck meminta maaf kepada pelanggannya.

"Saya sangat menyesal bahwa kami gagal mengirimkan satelit pelanggan kami hari ini. Yakinlah kami akan menemukan masalah, memperbaiki, dan akan segera kembali ke pad," katanya di Twitter.

Rocket Lab telah membuat semua orang di sektor ruang angkasa terjaga sejak debut kendaraan Electron pada 2017, menyajikan jasa peluncuran satelit dan muatan untuk pasar swasta.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyebab Kegagalan di Misi ke-13

Kegagalan misi pada hari Sabtu adalah misi peluncuran Electron yang ke-13. Semua peluncuran sebelumnya telah sukses total, kecuali yang pertama yang gagal mencapai orbit yang dimaksud.

Apa yang salah kali ini tidak jelas. Rekaman video menunjukkan mesin tahap kedua roket beroperasi secara normal lima menit dan 40 detik dalam penerbangan, pada ketinggian 192 km, dan pada kecepatan 3,8 km / s.

Lalu, umpan video kemudian membeku.

Muatan utama di atas adalah satelit dari Canon Electronics --bagian dari seri yang diproduksi perusahaan untuk fitur gambar di tanah yang lebih kecil dari satu meter.

Perusahaan Planet Labs Inc, yang mengoperasikan jaringan pesawat luar angkasa pencitraan terbesar di orbit, sedang mencoba mengangkat lima iterasi satelit terbarunya. Karena perusahaan itu memproduksi dan meluncurkan begitu banyak pesawat ruang angkasa, mereka diperkirakan akan lebih mudah bangkit kembali dari kegagalan ini.

Tetapi untuk In-Space Missions yang baru dimulai, kegagalan misi Electron adalah kekecewaan besar. Platform Faraday-1 adalah untuk memamerkan layanan baru perusahaan.

Faraday-1 adalah sejenis "car pool" satelit yang memungkinkan pihak ketiga untuk menerbangkan muatan ke orbit tanpa persyaratan untuk membangun dan mendanai seluruh pesawat ruang angkasa sendiri.

Mereka hanya perlu menyewa "kursi" dengan In-Space.

Raksasa dirgantara Eropa Airbus bahkan telah mengambil slot di Faraday-1 untuk mencoba teknologi radio baru. Disebut Prometheus, peralatan ini akan melakukan survei frekuensi radio, memindai dunia untuk suar marabahaya dan kegiatan radar militer.

In-Space, yang berbasis di Borden, Hampshire, mencuit di Twitter: "Tim In-Space benar-benar terpukul atas berita ini. Dua tahun kerja keras dari sekelompok insinyur brilian yang berkomitmen hilang dalam asap."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.