Sukses

Usai Bentrok dengan China, PM India Bakar Semangat Militer di Perbatasan

PM India Narendra Modi memotivasi para militer di Lembah Galwan.

Liputan6.com, Leh - Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan semangat kepada prajurit militer di perbatasan India di kota Leh, Ladakh. Ia menengok prajurit yang dirawat di rumah sakit militer usai bentrokan dengan militer China di Lembah Galwan beberapa pekan lalu.

Dalam kunjungannya, PM Modi memberikan pujian kepada para prajurit militer dalam melindungi wilayah India di daerah yang menantang secara geografis.

"Keberanian kalian lebih besar daripada ketinggian tempat kalian ditempatkan. Tekad kalian lebih kuat dari pada lembah tempat kalian berjalan setiap hari. Lengan kalian sekuat batu di sekitar kalian. Tekad kalian sekuat gunung di sekitarnya," ujar PM Modi dalam pidato resminya dari PIB India, Minggu (5/7/2020).

"Dari Leh-Ladakh ke Kargil dan Siachen, dari puncak bersalju Rezang La ke aliran air dingin lembah Galwan, setiap puncak, setiap gunung, setiap sudut, setiap kerikil adalah kesaksian dari kekuatan para prajurit India," lanjutnya.

PM Modi mengumumkan India terus mengembangkan senjata modern dan infrastruktur militer. Ia menyebut keberanian prajurit India telah terbukti baik pada perang dunia atau upaya menjaga perdamaian.

"Kita selalu bekerja untuk perlindungan kemanusiaan. Kalian semua adalah pemimpin yang telah menetapkan tujuan, tradisi, dan budaya India yang mulia ini," ujarnya.

Lebih lanjut, PM Modi juga menyindir gagasan kolonialisme. Ia menegaskan bahwa zaman ekspansi kolonial telah berakhir dan sekarang adalah era untuk melakukan pengembangan di tengah perubahan zaman yang cepat.

Modi berkata semangat kolonialisme di masa lalu telah menimbulkan banyak kerusakan.

"Pada abad-abad sebelumnya, ekspansionisme telah melakukan kerusakan terbesar terhadap kemanusiaan dan telah mencoba untuk menghancurkan manusia. Obsesi dengan ekspansi selalu menjadi ancaman bagi perdamaian dunia," tegasnya.

Bentrokan antara prajurit India dan China terjadi pada 15 Juni lalu di Lembah Galwan yang merupakan daerah perbatasan kedua negara. Totalnya ada 20 prajurit India yang meninggal.

Prajurit China dilaporkan juga tewas, namun militer China tak mengungkap jumlahnya. Pemerintah China sudah meminta agar insiden di Lembah Galwan bisa diselesaikan lewat jalur diskusi bilateral.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perundingan Masih Berlanjut

Komandan militer China dan India melakukan pertemuan, dekat wilayah perbatasan yang mereka sengketakan untuk kembali berunding. Pertemuan tersebut dilakukan menyusul bentrokan yang terjadi antarmiliter dari kedua belah pihak beberapa waktu lalu. 

Setelah kedua negara saling mengerahkan pasukan dari kedua sisi, Komandan Angkatan Darat India Korps 14, Letnan Jenderal Harinder Singh, dan Mayor Liu Lin, Komandan wilayah militer Xinjiang Selatan, akhirnya bertemu pada Selasa 30 Juni. 

Pertemuan yang digelar di pos terdepan Chushul yang dikuasai India, dekat danau Pangong Tso itu diketahui merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan selama 11 jam pada 22 Juni.

Kedua negara sepakat untuk mencoba meredakan ketegangan dalam pertemuan pertama itu, yang meningkat akibat bentrokan mematikan pada 15 Juni.

Dalam insiden bentrokan yang terjadi di Lembah Galwan, setidaknya ada 20 tentara India yang terbunuh dan China kini masih memiliki sejumlah korban yang tidak ditentukan jumlahnya.

Kedua negara bersengketa mengenai perbatasan di kawasan tersebut dan belum mencapai kesepakatan untuk garis kontrol aktual yang memisahkan kedua belah pihak.

Kendati demikian, hal itu semakin meningkatkan risiko ketegangan.

Selain itu, insiden ini juga telah memicu sentimen nasionalis pada kedua negara, yang mungkin membuat penyelesaian lebih sulit untuk dicapai, demikian seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (1/7/2020). 

Menurut profesor studi China di Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi, Nehru Srikanth Kondapalli, pembicaraan yang diadakan itu berlangsung sedikit lebih awal dari yang diperkirakan.

Karenanya, hal itu dikatakan menandai pertemuan pertama yang digelar pada 22 Juni lalu tidak diselesaikan dengan keputusan yang positif.

"Para pemimpin dari kedua pihak tidak tenang, dan tidak banyak keputusan tentang kesepakatan yang tidak terjadi. Alih-alih menyelesaikan konflik, kedua pihak justru akan lebih masif lagi dalam mengeluarkan kekuatan," katanya.

Selain itu, menurutnya, setelah pertemuan pimpinan militer dari kedua negara tersebut, para diplomat menunjukkan reaksi yang "kaku".

Duta besar China untuk India, Sun Weidong, mengatakan kepada The Press Trust of India, pasukan India adalah pihak yang harusnya disalahkan karena melewati wilayah teritorial China. 

Sementara tanggapan dari Duta besar India untuk China, Vikram Misri, memperingatkan kemungkinan adanya "riak dan dampak" bagi hubungan antarkedua negara.

Di seluruh India, muncul seruan untuk boikot barang-barang dari China. Karena itu, bisnis-bisnis impor di pelabuhan-pelabuhan India dilaporkan sedang mengalami penundaan. 

Pemerintah India juga telah mengeluarkan larangan bagi 59 aplikasi dari China pada Senin 29 Juni, termasuk platfrom video kreatif yang populer seperti TikTok, termasuk Baidu Maps dan WeChat. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.