Sukses

WHO Tegaskan Flu Babi G4 Bukan Virus Baru

Peneliti di China menemukan jenis baru dari flu babi yang bisa memicu pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti di China menemukan jenis baru dari flu babi yang bisa memicu pandemi. Flu babi itu dinamakan G4 dan merupakan keturunan genetik H1N1.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan flu babi G4 bukanlah virus baru.

"Saya pikir, penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa ini bukan virus baru, ini adalah virus yang sedang dalam pengawasan," kata Dr. Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, di Jenewa, seperti dilansir Xinhua, Kamis (2/7/2020).

"Ini adalah temuan dari pengawasan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun," imbuhnya.

Virus flu babi H1N1 yang mirip burung Eurasia, ungkapnya, telah diawasi otoritas China dan oleh jaringan pengawasan influenza global di seluruh dunia, serta pusat-pusat kerja sama WHO.

"Virus ini sudah berada di bawah pengawasan sejak 2011 dan bahkan, publikasi terbaru merupakan publikasi dari semua data pengawasan selama ini dan dengan jelas melaporkan tidak hanya tentang evolusi virus tersebut dalam populasi babi, tetapi juga dalam hal paparan okupasi terhadap pekerja dari waktu ke waktu," jelas Ryan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tetap Waspada

Sebuah tim peneliti asal China telah meneliti virus influenza yang ditemukan pada babi dari 2011 hingga 2018, dan menemukan varian genotipe 4 virus H1N1 yang mirip burung Eurasia (G4 EA H1N1), menurut sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan oleh jurnal Amerika Serikat, Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Ryan menekankan, "Kita harus tetap selalu waspada. Kita perlu terus melakukan pengawasan yang sangat baik pada genotipe G4 ini dan kami berharap hal itu akan terus berlanjut dalam beberapa bulan dan tahun mendatang."

"Ini pekerjaan yang sangat penting ... dilakukan di bawah kerja sama dengan pusat kolaborasi WHO di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, serta pusat kerja sama lain di seluruh dunia, termasuk pusat kolaborasi WHO untuk influenza di CDC (AS) di Atlanta, dan sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya sistem pengawasan dan respons influenza global," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Sudah Menyebar ke Manusia

Dilaporkan South China Morning Post, G4 merupakan jenis flu babi yang tingkat infeksinya paling tinggi di antara jenis flu babi lain yang diteliti di China. Virus itu juga sudah menyebar ke manusia.

Berdasarkan tes peneliti, sudah ada 10,4 persen pekerja di industri babi sudah terinfeksi. Selain itu, 4,4 persen masyarakat sudah tertular.

Para peneliti masih belum menemukan bukti apakah flu babi jenis baru ini bisa menular antar manusia. Mereka khawatir ada penambahan risiko pandemi bagi manusia.

Penulis penelitian itu lantas meminta ada tindakan untuk memonitor pekerja yang bekerja di industri babi agar waspada terhadap penyakit zoonotis baru.

Sejak 2011 hingga 2018, peniliti di China melakukan tes nasal swabs kepada 30 ribu babi di 10 provinsi China untuk meneliti virus-virus flu babi. Totalnya kini ada 179 virus flu babi yang diisolasi.

Kebanyakan virus flu babi itu adalah jenis baru. Peneliti lantas melakukan eksperimen ke hewan lain, seperti ferret (sejenis musang), untuk mengetahui dampak virus itu. Hasilnya, G4 tenyata yang paling berbahaya dan bisa menghasilkan gejala yang lebih serius.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.