Sukses

Mengenal Tanzanite, Batu Permata Langka yang Terjual hingga Rp 42 Miliar

Tanzanite, batu cantik asal benua Afrika itu ternyata mulai populer tahun 1960-an. Berikut ini serba-serbi karakteristik dari batu biru langka yang membuat seorang pria Tanzania mendadak jadi miliarder.

Liputan6.com, Tanzania Seorang pria Tanzania mendadak jadi miliarder dalam semalam setelah menjual dua batu Tanzania - batu permata terbesar yang pernah ditemukan di negara itu.

Batu-batu permata tersebut memiliki berat 9,2 kg dan 5,8 kg. Memecahkan rekor temuan sebelumnya seberat 3,3 kg.

Saniniu Laizer menghasilkan 2,4 juta pound sterling atau sekitar Rp 42 miliar dari hasil penjualan batu yang diambil dari tambang milik negara.

Tanzania tak sepenuhnya kaya akan hasil tambang. Ada daerah yang sulit sekali untuk mendapatkan US$ 1.

Wilayah timur di benua Afrika lah yang banyak dengan tambang permata. Di daerah itu batu-batu permata seperti opal, safir, dan rubi sangat melimpah.

Kebanyakan dari harta Tanzania itu, dikirim ke Asia untuk diolah kembali, itu artinya orang-orang di Tanzania tidak banyak melihat akan kekayan negara mereka sendiri.

Hasil Bumi tanzania itu terjadi akibat interaksi miliaran tahun antara berbagai lempeng tektonik kerak Bumi yang menyatu di bawah wilayah tersebut. Ini disebut Great African Rift Valley dan sangat unik secara geologis. Beberapa tempat di Bumi memiliki konsentrasi sumber daya permata sama besarnya dengan Tanzania.

Mengutip National Geographic, Jumat (26/6/2020), tanzanite adalah batu eksotik yang berasal dari Tanzania, dan tidak dapat ditemukan di bagian dunia lainnya. Ada pula safir dan garnets atau batu delima, spinel, beryl, dan zirkon dengan warna tak biasa yang hanya dapat ditemukan di negara itu.

Batu Tanzanite ini juga digunakan oleh brand ternama, Tiffany, merek yang pertama kali menggunakan batu asal benua Afrika ini.

Batu cantik bewarna biru ini memiliki kandungan zoisite, seperti yang dikutip dari Geology.com. Tiffany and Co bisa saja menggunakan nama "blue zoisite" namun untuk mengenalkan batu ini kepada pasar agar lebih mudah diingat, mereka tidak menggunakan nama itu. Maka dari itu, nama tanzanite yang digunakan, nama itu juga menunjukan dari mana asal dari batu tersebut, yaitu Tanzania

Namun batu tanzanite ini baru dikenal kepada publik pada tahun 1960-an, tak lama kemudian tanzanite menjadi batu permata biru yang terkenal setelah safir. Tanzanite sendiri merupakan batu ulang tahun orang-orang pada bulan Desember.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mineral Zoisite

Mineral zoisite ini memiliki warna yang berbeda-beda, mereka bisa memiliki warna transparan, abu-abu, cokelat, merah muda, hijau, biru, dan ungu. Tanzanite sendiri memiliki warna biru hingga ungu. 

Jenis nama variasi warna ini tidak biasa. Nama "ruby" digunakan untuk spesimen merah hingga sedikit keunguan dari mineral korundum merah; nama "batu kecubung" digunakan untuk spesimen ungu kuarsa mineral; dan, nama "emerald" digunakan untuk spesimen hijau mineral beryl. Masing-masing mineral ini muncul dalam berbagai warna lain.

Para ilmuwan mencoba untuk menciptakan batu buatan dengan kandungan mineral zoisite ketika namanya populer di kalangan masyarakat. Dengan menambahkan panas selama membuat batu buatan, maka mereka dapat mendapatkan warna yang lebih natural. Warna natural yang dapat didapatkan adalah warna biru dan keabuan. 

Warna biru dari batu tanzanite ini didapatkan dari vanadium, yang ada dalam kandungan zoisite. Mereka merupakan termasuk empat batu permata bewarna biru yang terkenal di pasar Amerika bersama aquamarine, topaz, safir, dan tanzanite.

Tanzanite muncul dalam berbagai variasi dan saturasi warna yang akan menarik bagi hampir semua pembeli yang menyukai permata biru lainnya. 

Kebanyakan tanzanite memilikn saturasi rendah ke sedang. Meski warna ini tidak dianggap sebagai warna teratas, banyak orang lebih menyukainya dan dengan senang hati membayar harga yang lebih rendah. Tanzanite dalam warna yang lebih lembut ini sering menarik bagi pembeli yang suka aquamarine dan blue topaz.

Tak hanya itu, tanzanite adalah permata pleochroic yang berasal dari pleochroism -- sifat fisik di mana bahan tampak berbeda warna jika dilihat dari arah kristalografi yang berbeda. Beberapa spesimen tanzanite bisa berwarna biru bila dilihat dari satu arah, dan bervariasi dari ungu ke merah jika dilihat dari arah lain.

Pleochroism ini biasanya terjadi ketika proses pemotongan batu permata. Warna batu jadi akan bervariasi tergantung pada bagaimana meja batu memotong sumbu kristalografi secara kasar.

Warna paling sempurna untuk tanzanite adalah biru cerah. Pemotong harus memeriksa setiap potongan kasar dan menentukan apakah mereka dapat memotongnya dalam orientasi yang akan menghasilkan batu jadi dengan warna biru menghadap ke atas maksimum. Jika itu mungkin, mereka kemudian menentukan apakah mengubah orientasi potongan akan menghasilkan batu yang lebih besar dengan warna berkualitas kedua yang akan dijual dengan harga yang lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

Besar Tanzanite

Batu tanzanite sendiri dapat mencapai besar 50 karat, namun langka. Batu-batu kecil biasanya dipotong menjadi ukuran yang dikalibrasi untuk digunakan dalam perhiasan komersial. Potongan dengan warna terbaik adalah yang paling berharga dan sering masuk ke perhiasan kustom atau buatan desainer.

Namun, batu permata besar, utuh dengan warna yang terbaik sangat jarang ditemukan, karena biasanya ini akan dibeli oleh museum, bahkan para kolektor dan investor. Batu ini juga rentan tergores, berbeda dengan berlian yang kuat, batu tanzanite ini memiiki skala 6.5 pada kala Kekerasan Mohs, yang dinilai cukup rendah.

Namun orang dapat mengurangi tingkat kegoresannya melalui desain cincin yang dipakai. Tak hanya itu, batu ini juga sangat mudah untuk pecah. Tanzanite juga peka terhadap perubahan suhu mendadak, dan bila ini terjadi maka batu permata ini bisa saja rusak.

Karena banyak tambang ilegal untuk batu tanzanite, pada tahun 2003, TanzaniteOne Mining Ltd, penambang terkemuka tanzanite, dan perusahaan yang memotong, memproduksi, grosir dan eceran permata dan perhiasan tanzanite, mendirikan The Tanzanite Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan tanzanite.

Yayasan menyiapkan bahan-bahan pendidikan untuk pengecer dan konsumen, membantu dengan pelatihan staf ritel, dan membantu pengecer dengan promosi tanzanite. Yayasan ini juga berpartisipasi dalam Tucson Tanzanite Protocol, sebuah organisasi yang bekerja untuk memastikan bahwa tanzanite memiliki rute etis ke pasar, mirip dengan bagaimana Proses Kimberly bekerja untuk mencegah berlian konflik memasuki pasar berlian.

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.