Sukses

Eks Astronaut Ini Jadi Perempuan AS Pertama ke Tempat Terdalam Laut dan Antariksa

Mantan astronaut Kathy Sullivan menjadi orang pertama yang menjelajah tempat terdalam laut.

Liputan6.com, Kepulauan Mariana - Hanya ada delapan orang yang telah masuk dalam Challenger Deep (Penyelaman Terdalam), tantangan memasuki bagian terdalam laut. Sementara ada lebih dari 550 orang yang telah pergi ke luar angkasa.

Seperti dikutip dari CNN, Kamis (11/6/2020), mantan astronaut Kathy Sullivan menjadi orang pertama yang telah melakukan keduanya.

Pada Minggu 7 Juni 2020, astronaut dan ahli kelautan NASA, Kathy Sullivan mengunjungi Challenger Deep, yang berada di kedalaman 10.928 meter (35.853 kaki) di Samudra Pasifik barat, sebagai bagian dari Ekspedisi Cincin Api yang diselenggarakan oleh perusahaan petualangan yang dipesan lebih dahulu EYOS Expeditions dan spesialis teknologi bawah laut Caladan Oceanic.

Menjelang ekspedisi, EYOS mengundang tiga penjelajah pemberani, yang mereka sebut "Spesialis Misi," untuk menjelajah ke dasar Palung Mariana, tempat Challenger Deep berada.

Palung Mariana atau Palung Marianas adalah palung yang paling dalam yang pernah diketahui. Lokasi terdalamnya berada di kerak Bumi.

Sullivan dan tim melakukan perjalanan ini sekitar 200 mil dari sisi palung, dengan Guam adalah daratan terdekat. 

Sullivan bersama tiga penejalah lainnya berhasil melakukan perjalanan ini selama sepuluh jam, dan masih akan ada penjelajahan lainnya dalam pekan ini. 

"Saya tahu, bahwa Challenger Deep ini adalah fitur batimetri pada grafik, fitur tektonik, dan fitur seismik. Tapi itu semua pemahaman berbasis data. Untuk melihatnya secara langsung - itu membuat semua perbedaan di dunia," kata mantan astronaut NASA itu. 

"Tidak ada ahli biologi kelautan yang dapat menolak undangan ini!," ujarnya.

Menjelang penjelajahan ini ketiga orang tersebut harus mengikuti sesi briefing penuh mengenai misi dan jadwal inisiatif penelitian.

Namun sesi pelatihan yang dijalani oleh para penjelajah ini sangat berbeda. Menurut Rob McCallum, pendiri EYOS Expeditions dan pemimpin ekspedisi Ring of Fire mengatakan bahwa sisi latihan fisik para penjelajah ini tidak seperti latihan naik gunung Everest atau pergi ke luar angakasa.

"Orang-orang ini semua berjiwa petualang, tetapi Anda tidak harus menjadi atlet untuk berpartisipasi," kata McCallum kepada CNN Travel. "Ini adalah sesuatu yang baru, tetapi bukan sesuatu yang harus ditakuti."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mimpi Kecil Sullivan

Menjadi seorang penjelajah adalah mimpi dari kecil milik Sullivan. 

"Saya telah mengikuti penjelajahan astronaut awal seperti Jacques Cousteau dan astronaut lainnya. Mereka adalah orang-orang yang sangat penasaran. Mereka adalah orang-orang pintar yang bisa mengetahui bagaimana cara membuat sesuatu terjadi," kenangnya. 

"Rasa ingin tahu itu, rasa petualangan, keingintahuan yang mendorong penjelajah. Aku bisa merasakan hal itu bergema di dalam diriku ketika aku menyaksikannya."

Seorang kapten Angkatan Laut AS, Sullivan pertama kali belajar tentang Challenger Deep dan Palung Mariana selama kuliah di Universitas California, Santa Cruz.

Awalnya, Sullivan berencana untuk belajar Bahasa Rusia, dia pun mengambil beberapa kelas sains "hal itu sangat bertentangan dengan keinginannya" yang selamanya mengubah persepsinya tentang lautan. 

"Tiba-tiba, ada begitu banyak sejarah, begitu banyak kisah eksplorasi, dan kemudian semua pengetahuan tentang bagaimana laut bekerja secara geologis, arus dan makhluk-makhluk. Semuanya membuat saya terpesona."

Tertarik dengan dunia laut, Sullivan mengambil gelar PhD di  Dalhousie University di mana dirinya mengambil mata kuliah riset mengenai Atlantik Utara.

"Ketika saya menjalani studi, saya menemukan bahwa saya benar-benar menyukai perencanaan, desain, dan pelaksanaan ekspedisi," katanya.

Jadi ketika dirinya mendengar NASA sedang merekrut, dia  mencoba masuk pada kesempatan untuk menjadi operator ekspedisi.

Jadi setelah lulus pada tahun 1978, dirinya masuk ke NASA dan menjadi perempuan pertama yang berjalan di luar angkasa di Space Shuttle Challenger pada tahun 1984. 

Sullivan juga mengambil bagian dalam dua misi lainnya - Space Shuttle Discovery pada 1990 dan Space Shuttle Atlantis pada 1992 - selama kariernya di NASA.

Setelah itu Sullivan menjabat sebagai administrator Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional dan menulis sebuah buku, "Handprints on Hubble: An Astronaut's Story of Invention."

"Kami ingin perempuan pertama menyelam Deep Challenger dan menjadi seseorang yang benar-benar akan menggunakan kesempatan untuk kepentingan lautan," ujar McCallum. 

"Katy memiliki sejarah pengalaman yang sempurna, dan menjadi manusia kedelapan yang melakukan ini, itu adalah eksplorasi yang murni."

 

3 dari 5 halaman

Menjelajah ke Tempat Terdalam Laut

Pada Minggu, 7 Juni lalu Sullivan memulai misi Challenger Deep bersama ilmuwan Victor Vescovo yang merupakan pendiri Caladan Oceanic dan seorang penjelajah. Vescovo juga memiliki rekam perjalanan yang mengagumkan. Vescovo adalah orang pertama yang mengunjungi puncak setiap benua, kedua kutub, dan titik terdalam samudera.

Sebelum melakukan perjalanan yang sesungguhnya, tim EYOS mengirim beberapa percobaan pendaratan ilmiah untuk memahami konidisi suhu air, salinitas untuk membuat referensi untuk membantu navigasi. Karena dalam lautan yang terdalam tidak ada sinar matahari yang cukup.

Begitu mesin telah mendarat, tim menyesuaikan trim dan pemberat dari submersible untuk mengontrol daya apung, kemudian bersiap untuk turun ketika submersible mulai turun. Alat tersebut adalah Limiting Factor, mereka sudah beberapa kali mengikuti perjalanan Challenger Deep ini. Mereka diproduksi oleh Triton Submarines. 

Selama meneliti dalam lautan, para penjelajah juga mengumpulkan sample dari dasar lautan untuk di teliti lebih lanjut. Karena masih ada banyak misteri mengenai dasar laut yang belum diketahui. 

"Eksplorasi terestrial sangat maju, tetapi saya pikir lautan menawarkan kesempatan untuk menjelajahi perbatasan terakhir. Lautan belum dimanfaatkan," kata McCallum.

"Sangat sedikit yang kami ketahui tentang kehidupan bawah laut di kedalaman 6.000 meter, sehingga kita tidak tahu seperti apa pertanyaan yang ingin ditanyakan. Apalagi untuk memahami jawabanya, hampir setiap perjalanan kami menghasilkan penemuan baru di dunia sains, baik itu biologis atau geografis atau geologis. Pada dasarnya kami pathfinder ke perbatasan terakhir eksplorasi di Bumi."

4 dari 5 halaman

Perjalanan Dengan Lift Ajain

Ketika kapal selam itu memulai perjalanannya ke kedalaman laut, Sullivan dan Vescovo duduk bersama dalam kabin ringkas yang nyaman. Meski mereka dalam satu kabin, kabin tersebut masih memungkinkan orang untuk bergerak. 

"Ini seperti penerbangan jarak jauh dalam Ekonomi atau Ekonomi Premium," kata Sullivan.

Ketika kapal selam mulai masuk ke kedalaman, mereka mengatakan suhu di kabin menjadi lebih dingin. 

"Dua hal benar-benar berbeda dalam pengalaman pergi ke luar angkasa atau turun ke laut. Salah satunya adalah intensitas energi. Maksud saya, Anda pada dasarnya mengendarai bom ketika Anda mengikat roket dan meluncurkan planet. Ini sangat energik, keras, berisik, banyak akselerasi. "

Masuk ke dalam laut ini seperti naik elevator ajaib. 

"Ini sangat, sangat tenang, katanya." Anda tidak mengenakan pakaian antariksa yang canggung; Anda pada dasarnya bisa mengenakan pakaian jalanan jika Anda mau. Dan ini adalah keturunan yang lambat, halus, stabil."

Dalam perjalanannya, mereka menyaksikan bagaimana cahaya matahari mulai pudar dalam laut dengan menikmati makanan kecil. 

"Makan siang di 31.000 kaki di bawah permukaan laut. Tidak semua orang melakukan itu?" ujarnya.

Perjalananya ini sangat menarik, karena dapat menyaksikan kehidupan laut yang berbeda di bawah laut. 

Setelah sekitar empat jam, mereka akhirnya mencapai dasar parit dan memiliki sekitar 15 menit untuk memeriksa dengan kapal permukaan, menyesuaikan diri, memeriksa sistem pendukung mereka dan kemudian menikmati saat ini.

5 dari 5 halaman

Era Baru Eksplorasi

Setelah 1,5 jam berada di bawah laut, Sullivan dan McCalum memulai perjalanan nya kembali ke permukaan.

Untuk menghibur diri dalam perjalanan, Sullivan menyiapkan film berjudul "The Man Who Would Be King" yang dirilis pada tahun 1957.

Saat kembali ke kapal DSSV Pressure Drop di Samudra Pasifik, Sullivan membuat panggilan mengejutkan. 

Dikoordinasikan dengan bantuan dari sesama astronot, dia mengatur untuk berbicara dengan astronot Bob Behnken dan Doug Hurley yang meluncur dari Kennedy Space Center pada 30 Mei di atas pesawat ruang angkasa SpaceX Crew Dragon.

Mereka saling bertukar informasi mengenai temuan dari mereka masing-masing. Keduanya didanai oleh perusahaan swasta, kedua ekspedisi telah berkontribusi pada kemajuan ilmiah dan teknik. 

"Kami memiliki sejumlah kesamaan. Maksudku, Bob Behnken dan Doug Hurley terbang ke stasiun ruang angkasa dengan kapsul ruang angkasa baru yang dapat digunakan kembali," jelas Sullivan. 

"Itu membutuhkan banyak inovasi baru, kecerdikan dan bakat sektor swasta untuk mewujudkannya. Dan kami baru saja kembali dari titik terdalam di lautan dunia di satu-satunya kapal selam yang sebelumnya telah digunakan [Limiting Factor," ujar Sullivan.

"Don Walsh dan Jacques Piccard pertama kali menjelajahi Challenger Deep pada 1960. Kami butuh 52 tahun sebelum ada yang kembali ke sana. Dan inilah kita. Sekarang kita akan tiga kali dalam 10 hari. Itu perubahan radikal."

Menurut Sullivan sangat penting melakukan perjalanan ini, karena akan membuka banyak pengetahuan terhadap manusia.

 

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini