Sukses

Matahari Lockdown Saat Pandemi Virus Corona COVID-19, Ini Penjelasannya

Apakah fase matahari ini berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan?

Liputan6.com, Jakarta - Muncul istilah Matahari lockdown? Apakah Matahari sedang terkena Virus Corona COVID-19?

Jawabannya, bukan. Berikut ini penjelasannya:

"Matahari sedang memasuki fase di mana Matahari lebih sedikit atau tidak sama sekali membentuk bintik matahari (sun spot). Bintik Matahari adalah bintik hitam di permukaan Matahari, yang menandakan adanya konsentrasi medan magnet yang kuat dan suhu yang lebih rendah dibandingkan daerah lain di sekitarnya," jelas pihak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui akun Instagram lapan_ri yang Liputan6.com kutip Rabu (20/5/2020).

"Jika pada suatu periode tidak muncul satu pun bintik Matahari, berarti aktivitas di Matahari bisa dikatakan minimum (Solar Minimum). Namun, jika bintik Matahari muncul dalam jumlah yang cukup banyak, artinya Matahari sedang dalam keadaan aktif (Solar Maximum)," imbuh pihak Lapan.

Menurut badan antariksa Indonesia itu, kemunculan bintik di Matahari bukan merupakan fenomena acak, melainkan memiliki pola yang teratur.

"Jumlah dan lokasi kemunculan bintik Matahari mengikuti suatu siklus dengan periode sekitar sebelas tahun. Siklus ini dikenal sebagai siklus Matahari," ujar Lapan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berbahaya?

Apakah fase Solar Minimum berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan?

Jawabannya, tidak.

"Baik Solar Minimum maupun Solar Maximum adalah siklus aktivitas matahari yang sudah terjadi sejak lama. Solar Minimum adalah fase minimum Matahari yang terjadi secara periodik setiap 11 tahunan dan tidak berdampak signifikan pada cuaca dan tidak terkait bencana," papar Lapan dalam Instagram resminya.

 

3 dari 3 halaman

Selamat Datang Siklus Matahari 25

Berikut ini penjelasan Lapan soal siklus Matahari yang tengah terjadi:

 

Matahari mulai kembali bangun dari tidurnya. Setelah lebih dari dua tahun terakhir terlihat sangat tenang.

Matahari perlahan-lahan mulai menampakkan tanda-tanda peningkatan aktivitas. Salah satu yang paling mudah dikenali sebagai penanda tingkat aktivitas Matahari adalah kemunculan bintik Matahari (sunspot).

Bintik Matahari adalah bintik hitam di permukaan Matahari yang menandakan adanya konsentrasi medan magnet yang kuat dan suhu yang lebih rendah dibandingkan daerah lain di sekitarnya. Jika pada suatu periode tidak muncul satu pun bintik Matahari, berarti aktivitas di Matahari bisa dikatakan minimum. Namun, jika bintik Matahari muncul dalam jumlah yang cukup banyak, artinya Matahari sedang dalam keadaan aktif.

Saat Matahari dalam keadaan aktif seperti inilah, ledakan-ledakan di Matahari dapat terjadi. Kemunculan bintik di Matahari bukan merupakan fenomena acak, melainkan memiliki pola yang teratur. Jumlah dan lokasi kemunculan bintik Matahari mengikuti suatu siklus dengan periode sekitar sebelas tahun. Siklus ini dikenal sebagai siklus Matahari.

Pada awal siklus, jumlah bintik Matahari sangat sedikit atau hampir tidak ada sama sekali. Seiring berjalannya waktu, bintik Matahari akan tampak bermunculan di lintang menengah Matahari dan mencapai puncaknya saat puncak siklus terjadi. Jarak antara dimulainya suatu siklus dan puncak siklus Matahari biasanya sekitar 4-5 tahun. Setelah masa puncak siklus berlalu, bintik Matahari perlahan-lahan mulai menghilang hingga awal siklus berikutnya datang.

Masa menurunnya kembali jumlah bintik Matahari sejak puncak siklus hingga akhir siklus berlangsung sekitar 6-7 tahun. Perbedaan masa naik dan masa turunnya jumlah bintik Matahari menyebabkan grafik siklus Matahari secara umum tidak simetri. Siklus Matahari terjadi sebagai konsekuensi adanya proses di bagian dalam Matahari yang sangat dinamis.

Salah satu teori yang mencoba menjelaskan penyebab siklus ini adalah teori dinamo. Teori dinamo telah mengalami perkembangan yang melahirkan berbagai teori pelengkap lain yang beragam. Intinya, gerakan plasma di dalam Matahari menghasilkan medan magnet yang dapat muncul di permukaan Matahari sebagai bintik Matahari.

Adanya gerakan yang tidak seragam di bagian bawah permukaan dan di permukaan baik arah meridional maupun yang searah dengan rotasi Matahari menyebabkan medan magnet yang muncul mengalami dinamika pelemahan dan penguatan serta pembalikan medan magnet.

Dinamika inilah yang pada akhirnya mengendalikan proses berulangnya siklus Matahari. Sejak orang mulai mengamati kemunculan bintik Matahari secara rutin, jumlah bintik Matahari setiap harinya mulai didokumentasikan. Dari arsip data bintik Matahari inilah siklus Matahari mulai dikenal oleh para ilmuwan.

Siklus Matahari pertama yang berhasil diidentifikasi merupakan siklusMatahari yang berlangsung padasekitar tahun 1755 -1766. Sejaksaat itu, siklus Matahari dinamaidengan penomoran mengikutiurutan waktu kemunculannya.

Siklus Matahari terakhir yang berlangsung antara tahun 2008 –2020 dikenal sebagai siklus Matahari 24.

Selain diidentifikasi dari jumlah bintik yang muncul di matahari, periode awal dan akhir suatu siklus dapat diketahui dari lokasi dan orientasi medan magnetpada suatu bintik Matahari.

Pada saat awal siklus, bintik Matahari muncul di lintang menengah.Seiring dengan berjalannyawaktu, lokasi kemunculan bintikMatahari akan bergeser ke lintangyang lebih rendah. Pada masaakhir sebuah siklus, bintik Matahari muncul di lokasi dekatekuator Matahari. Selain itu,orientasi medan magnet pada suatu bintik Matahari juga memiliki pola yang sama dalam satu siklus dan hanya akan berubah pada siklus berikutnya.

Orientasi medan magnet ini memiliki arah yang berlawanan untuk belahan (hemisfer) utaradan belahan selatan Matahari. Orientasi medan magnet ini akan berbalik untuk setiap belahan pada siklus Matahari berikutnya. Melalui analisis perubahanorientasi medan magnet bintikMatahari yang muncul di belahan utara maupun selatan, orang dapat mengetahui saatberakhirnya suatu siklus.

Dengan menggunakan beberapa ciri pergantian siklus seperti yang telah disebutkan, para ilmuwan menyimpulkan bahwa siklus Matahari 25 akan atau bahkan mungkin telah dimulai.

Tanda pergantian siklus Matahari bahkan telah dideteksi sejak akhir Desember 2016 ketika sebuah bintik muncul di lintang menengah belahan Matahari bagian selatan dengan orientasimagnetik yang berkebalikan dengan bintik di siklus Matahari 24. Namun, sejak saat itu masih sering tampak bintik di dekatekuator dengan orientasi medan magnet yang mencirikan siklus 24.

Fase akhir suatu siklus memang sering ditandai denganbercampurnya kemunculansebagian bintik Matahari denganciri suatu siklus dan sebagian bintik dengan ciri siklus berikutnya. Baru pada akhir 2019, kemunculan bintik Matahari dengan ciri siklus Matahari 25 yang nyata semakin banyak.

Sementara itu, bintik dengan ciri siklus 24 semakin menghilang.

Beberapa kejadian ini menunjukkan indikasi yangsemakin jelas bahwa siklus Matahari 25 telah dimulai.

Penentuan awal suatu siklus Matahari memang bukan perkarayang kaku dalam sains. Adanya pencampuran fase kemunculan awal suatu siklus dan hilangnya tanda siklus sebelumnyamenyebabkan penentuan awal siklus bersifat cukup longgar.

Meskipun demikian, untuk keperluan ilmiah dalammenentukan panjang suatu siklus, sebagian ilmuwanmembentuk panel siklus Matahariyang berperan sebagai dewanuntuk menentukan konsensusmengenai siklus Matahari. Panel ini berisikan para fisikawan Matahari yang bergelut dengan tema-tema penelitian mengenaisiklus Matahari. Dengan mencermati keadaan Matahari, mereka membuat definisi awal siklus Matahari sebagai periodesetelah tercapainya titik terendah dalam tren rata-rata berjalan bilangan Matahari bulanan.

Berdasarkan keadaan Matahari hingga akhir tahun 2019, mereka memperkirakan bahwa awal siklus Matahari 25 terjadi pada April 2020. Lebih jauh lagi,berdasarkan hasil prediksi puluhan ilmuwan di dunia mengenai siklus Matahari 25, mereka memperkirakan bahwa siklus Matahari 25 akan mencapai puncaknya pada sekitar pertengahan 2025 dengan tinggi siklus akan tidak jauh berbeda dengan siklus Matahari 24.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.