Liputan6.com, Jakarta - Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin 18 Mei 2020 bahwa mayoritas populasi dunia masih rentan terhadap Virus Corona COVID-19. Perjalanan masih panjang karena risiko masih tinggi.
"Virus ini merupakan musuh yang berbahaya, dengan kombinasi sejumlah elemen yang berbahaya. Virus ini efisien, cepat, dan mematikan," papar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pembukaan Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly/WHA) ke-73 seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (19/5/2020).
Baca Juga
Menanti Ketegasan Pemerintah Memasukkan Sampah Puntung Rokok Sebagai Limbah B3
Tak Hanya Stunting, Obesitas Juga Jadi Masalah Gizi Serius pada Anak, Berikut Ciri-ciri dan Pencegahannya
Kemenkes, UNDP, dan WHO Berkolaborasi Bangun Sistem Kesehatan Indonesia yang Tahan terhadap Perubahan Iklim, Ini yang Dilakukan
Di kawasan yang terdampak paling parah sekalipun, proporsi populasi yang memiliki antibodi tidak lebih dari 20 persen, dan di sebagian besar lokasi hanya kurang dari 10 persen, kata Tedros lagi.
Advertisement
"Dengan kata lain, mayoritas populasi dunia masih rentan terhadap virus ini," tuturnya. "Risikonya masih tinggi dan perjalanan kita masih panjang."
Terdapat lebih dari 4,5 juta kasus terkonfirmasi Corona COVID-19 yang dilaporkan kepada WHO, dengan 300.000 lebih korban jiwa.
Dampak kesehatan dari virus ini jauh melampaui penyakit dan kematian yang disebabkannya, ujar Tedros. Dia menambahkan bahwa situasi ini lebih dari sekadar krisis kesehatan, karena perekonomian global diprediksi akan mengalami kontraksi paling tajam sejak era Depresi Besar.
"Semua negara menghadapi berbagai tantangan saat berupaya menangani virus ini, baik yang kaya maupun miskin, besar maupun kecil," katanya.
Tedros menuturkan bahwa WHO sudah memberikan peringatan sejak awal. Menurutnya, ketika organisasi yang berbasis di Jenewa itu mengumumkan status darurat kesehatan global terkait infeksi Virus Corona COVID-19 pada 30 Januari, jumlah kasus yang tercatat masih di bawah 100 dan belum ada kematian yang dilaporkan di luar China.
"Kita semua mendapat pelajaran dari pandemi ini," ujarnya. "Setiap negara dan organisasi harus meninjau respons mereka dan belajar dari pengalaman."
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Evaluasi Independen
Tedros mengatakan akan memulai evaluasi independen sedini mungkin guna meninjau ulang pengalaman dan pelajaran yang diperoleh, serta menyusun rekomendasi demi meningkatkan kesiapan dan respons pandemi nasional maupun global.
Dia juga mendesak negara-negara anggota untuk memperkuat WHO.
"Dunia tidak membutuhkan rencana baru, sistem baru, mekanisme baru, komite baru atau organisasi baru," tuturnya. "Dunia perlu memperkuat, menjalankan, dan mendanai semua sistem dan organisasi yang sudah ada, termasuk WHO."
Advertisement
Mengambil contoh saat negara-negara bersatu di bawah bendera WHO 40 tahun silam dalam memerangi penyakit cacar, Tedros menyatakan bahwa "ketika solidaritas mengalahkan ideologi, apa pun bisa terjadi," sebab COVID-19 menguji, memperkuat, dan menempa ikatan persahabatan antarnegara.
Majelis Kesehatan Dunia ke-73 dimulai pada Senin dalam bentuk diskusi daring selama dua hari yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Diskusi itu berfokus pada respons selanjutnya terhadap pandemi COVID-19. Selesai
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement