Sukses

Inggris Alami Angka Kematian Harian Corona COVID-19 Terendah Sejak Maret

Pejabat kesehatan di Inggris juga mengatakan bahwa Sistem Pemberitahuan Pasien Corona COVID-nya tidak beroperasi untuk sementara.

Liputan6.com, London - Jumlah orang yang telah meninggal di Inggris setelah dites positif COVID-19 naik 170 menjadi 34.636, kata menteri bisnis Alok Sharma pada Minggu, 17 Mei 2020.

Meski demikian, ini adalah kenaikan terendah dalam angka kematian harian resmi sejak 24 Maret lalu, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (18/5/2020).

Peningkatan yang dilaporkan pada hari Minggu turun tajam dari kenaikan 468 dalam kematian yang dilaporkan 24 jam sebelumnya dan terendah sejak Inggris melakukan penguncian untuk menekan penyebaran virus pada 23 Maret.

Namun, pada akhir pekan jumlah kematian yang tercatat lebih rendah dari jumlah yang dilaporkan selama seminggu.

Pejabat kesehatan di Inggris juga mengatakan bahwa Sistem Pemberitahuan Pasien Corona COVID-nya tidak beroperasi untuk sementara waktu pada hari Sabtu.

"Konsekuensi dari situasi ini karena itu dapat tercermin dalam jumlah kematian yang dilaporkan hari ini," kata NHS Inggris.

Peningkatan jumlah kematian di Inggris akibat virus memuncak di angka 1.172 pada 21 April menurut data resmi.

Statistik pemerintah lainnya yang mencakup kematian karena dugaan kasus menunjukkan bahwa jumlah korban Inggris lebih dari 40.000.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyediaan Vaksin

Sharma mengatakan, 243.303 orang di Inggris sejauh ini dinyatakan positif virus, meningkat 3.142 sejak Sabtu.

Sharma juga mengatakan bahwa Universitas Oxford dan produsen obat AstraZeneca telah mencapai kesepakatan lisensi global untuk vaksin yang sedang dikerjakan para ilmuwan Oxford.

Jika vaksin terbukti berhasil, AstraZeneca akan memproduksi secara massal 100 juta dosis hingga 30 juta dosis tersedia untuk orang-orang di Inggris pada bulan September.

"Inggris akan menjadi yang pertama mendapatkan akses," kata Sharma, seraya menambahkan bahwa pemerintah menyediakan tambahan 84 juta pound (US $ 101,67 juta) dalam pendanaan untuk para peneliti Inggris yang bekerja pada vaksin potensial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.