Sukses

Angka Kematian Warga Dunia Akibat Corona COVID-19 Melewati Seperempat Juta Orang

Amerika bagian Utara dan negara-negara Eropa menyumbang sebagian besar kematian baru dan kasus Virus Corona COVID-19 yang dilaporkan dalam beberapa hari terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Kematian warga global akibat Corona COVID-19 mencapai 250.000 pada Senin, 4 Mei 2020. Sementara itu, wabah ini dilaporkan telah menginfeksi lebih dari 3,5 juta.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (5/5/2020), Amerika bagian Utara dan negara-negara Eropa menyumbang sebagian besar kematian baru dan kasus yang dilaporkan dalam beberapa hari terakhir.

Secara global, ada 3.062 kematian baru dan 61.923 kasus baru selama 24 jam terakhir, menjadikan total kasus Virus Corona sebanyak 3,58 juta.

Hal itu dengan mudah melebihi perkiraan 140.000 kematian di seluruh dunia pada tahun 2018 yang disebabkan oleh campak, dan membandingkan dengan sekitar 3 juta hingga 5 juta kasus penyakit parah yang disebabkan setiap tahun oleh influenza musiman, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara itu, kasus Corona COVID-19 saat ini jauh dari flu Spanyol 1918, yang menginfeksi sekitar 500 juta orang.

Kala itu, flu Spanyol menewaskan sedikitnya 10 persen pasien, para ahli khawatir data yang tersedia sedang meremehkan dampak sebenarnya dari pandemi.

Kekhawatiran datang ketika beberapa negara mulai mengurangi penguncian ketat yang telah dikreditkan dengan membantu menahan penyebaran virus.

"Kami dapat dengan mudah memiliki gelombang kedua atau ketiga karena banyak tempat tidak kebal," kata Peter Collignon, seorang dokter penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Canberra.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Longgarkan Aturan Lockdown

Kendati demikian, beberapa negara di Eropa yang terdampak parah pandemi, akan melonggarkan aturan lockdown setelah mengalami penurunan jumlah kasus baru Virus Corona COVID-19.

Dikutip dari laman Fox News, salah satu dari negara tersebut adalah Spanyol.

Meski demikian, masker akan tetap menjadi barang wajib yang harus digunakan oleh warga di negara tersebut.

Terutama bagi mereka yang berada di ruang publik dan angkutan umum. Masa lockdown di Spanyol pertama kali dilaksanakan pada 14 Maret 2020.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pemerintahnya akan memberikan 6 juta masker ke berbagai lokasi transportasi, serta tambahan 7 juta masker kepada pemerintah setempat.

Untuk pertama kalinya dalam tujuh minggu, sebagian besar orang dewasa pada hari Sabtu diizinkan keluar untuk berolahraga, berjalan atau olahraga antara pukul 06:00 sampai 10:00, dan antara pukul 20:00 sampai 23:00.

Di bawah aturan "la cuarentena" -- atau karantina dalam bahasa Spanyol -- orang hanya diperbolehkan keluar rumah untuk mengunjungi toko kelontong atau apotek, untuk berjalan-jalan sebentar dengan anjing mereka atau pergi bekerja, jika bekerja dari rumah tidak memungkinkan.

Pada tanggal 26 April, anak-anak Spanyol di bawah usia 14 diizinkan keluar untuk pertama kalinya dalam 44 hari selama satu jam kegiatan yang diawasi oleh orangtua.

Per Senin 4 Mei, Spanyol masih tercatat sebagai negara kedua paling banyak terinfeksi COVID-19 di dunia, dengan setidaknya 217.466 kasus Virus Corona baru yang dikonfirmasi. Posisinya nomor dua di bawah Amerika Serikat.

Meski demikian kasus aktif penularan Virus Corona jenis baru di Spanyol dilaporkan worldometers.info/coronavirus sebanyak 71.240.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.