Sukses

Chile Akan Buka Kembali Mal Setelah 3 Bulan Tutup karena Corona COVID-19

Warga Chili yang bepergian ke mal harus mengenakan masker wajah, mengizinkan suhu tubuhnya diukur dan tidak boleh berkumpul dalam kelompok akibat Corona COVID-19.

Liputan6.com, Santiago - Chile akan mulai membuka lagi mal-mal untuk pertama kalinya pada hari Jumat (1/5), tiga bulan setelah memberlakukan lockdown nasional karena pandemi Virus Corona.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (1/5/2020) warga yang bepergian ke mal harus mengenakan masker wajah, mengizinkan suhu tubuhnya diukur dan tidak boleh berkumpul dalam kelompok.

Pada Rabu kemarin, Wali Kota Las Condes Joaquin Lavin, memulai pendekatan terukur untuk membuka kembali aktivitas, dimulai dengan para pekerja yang mengetes ketentuan sanitasi dan keselamatan.

Ia mengatakan bahwa mal-mal akan menerima kedatangan orang-orang untuk melihat efektivitas langkah tersebut dan kemudian tutup pada hari Jumat untuk mengevaluasi hasilnya.

Lavin mengatakan keputusan untuk membuka mal untuk umum akan didasarkan pada hasil uji coba pembukaannya.

Ketika mal itu buka, aturan social distancing masih tetap diberlakukan dan toko-toko hanya akan mengizinkan sejumlah orang berada dalam toko pada satu waktu.

Chile berencana membuka kembali lebih dari 100 mal dalam beberapa pekan mendatang sementara negara tersebut melonggarkan berbagai restriksi untuk memperlambat penyebaran Virus Corona.

Juga Jumat, yurisdiksi yang dianggap berisiko sedang hingga rendah dalam penyebaran COVID-19 akan ditempatkan di bawah karantina umum yang bersifat lebih longgar.

Sejauh ini Chile melaporkan 14.885 kasus Corona COVID-19 dan 216 kematian karenanya.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Virus Corona Mewabah di Penjara-penjara di Amerika Latin

Sementara itu ada tantangan lain yang di hadapi oleh negara-negara di Amerika Latin. Penyebaran Virus Corona baru mengguncang penjara Amerika Latin yang dikenal penuh sesak, sulit diatur, sehingga mengancam akan berubah menjadi neraka.

Penjara Puente Alto di pusat kota Santiago, Chili, sejauh ini mencatat kasus penularan Covid-19 terbesar di Amerika Latin, dengan lebih dari 300 orang dilaporkan terinfeksi. Sebanyak 1.100 narapidana di penjara itu ketakutan. Aturan menjaga jarak sosial sulit dilakukan di penjara.

"Mereka semua saling melakukan kontak fisik satu sama lain," kata perawat penjara, Ximena Graniffo.

Segala upaya untuk mengurangi kontak fisik sesama narapidana gagal di El Salvador selama akhir pekan. Ketika itu, pihak penjara mengumpulkan para narapidana di halaman, meskipun mereka mengenakan masker, saat etugas melakukan pemeriksaan di sel-sel mereka.

Presiden Nayib Bukele memerintahkan tindakan keras setelah lebih dari 20 orang tewas dibunuh di negara itu pada Jumat (24/4). Para penyelidik mengatakan perintah pembunuhan itu datang dari para pemimpin geng yang berada dipenjara.

Penjara Amerika Latin menampung 1,5 juta narapidana, dan fasilitas itu sering seolah-olah dikuasai oleh tahanan sendiri karena korupsi, intimidasi dan staf penjaga yang tidak memadai. Anggaran yang minim juga menciptakan kondisi ideal untuk penyebaran virus. Misalnya, seringkali sabun dan air yang tersedia tidak memadai, serta kondisi sel yang terlalu penuh.

Sejauh ini, para pejabat di Amerika Latin telah melaporkan hampir 1.400 kasus COVID-19 yang dipastikan di antara para tahanan dan staf penjara. Kasus terburuk terjadi di penjara Peru, dengan 613 narapidana terpapar Virus Corona dan sedikitnya 13 kematian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.