Sukses

Myanmar Bentuk Komite Penyidik Kasus Serangan Kendaraan WHO Pembawa Sample Corona

Kantor Kepresidenan Myanmar mengumumkan pembentukan komite penyidik untuk menginvestigasi serangan bersenjata terhadap kendaraan milik WHO.

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Kepresidenan Myanmar mengumumkan pembentukan sebuah komite penyidik untuk menginvestigasi serangan bersenjata terhadap kendaraan milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kendaraan itu diketahui membawa sampel Virus Corona COVID-19.

Penyerangan terhadap Kendaraan WHO yang membawa sampel alat usap (swab) Virus Corona COVID-19 ke laboratorium nasional di Yangon itu diserang di Kota Minbya di Negara Bagian Rakhine pada 20 April, menurut kantor kepresidenan itu. Insiden tersebut menewaskan sopir kendaraan dan menyebabkan seorang petugas kesehatan terluka.

Komite penyidik dengan empat anggota yang baru dibentuk itu dipimpin U Saw, Ketua Komite Urusan Hak Fundamental Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Myanmar, sebut perintah presiden itu, seperti dikutip dari Antara, Kamis (30/4/2020).

Lebih lanjut, komite tersebut bertugas melakukan investigasi lapangan di lokasi kejadian, mengumpulkan keterangan saksi, mencari informasi dan barang bukti, meminta pendapat para ahli, dan sebagainya.

Komite penyidik diberi hak untuk melakukan investigasi sesuai dengan Kode Prosedur Kriminal dan Undang-Undang Bukti yang berlaku di negara tersebut, serta mewawancarai anggota militer dan polisi maupun pejabat lainnya yang perlu dimintai keterangan demi membantu proses penyelidikan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Pertama COVID-19

Myanmar mengkonfirmasi kasus pertama Corona COVID-19 pada Senin, 23 Maret malam. Virus ini dikonfirmasi setelah berminggu-minggu meningkatnya skeptisisme atas klaim negara Asia Tenggara itu terbebas dari penyakit itu.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa 24 Maret, negara berpenduduk 54 juta orang itu merupakan wilayah dengan populasi terbesar di dunia yang tidak melaporkan satu pun kasus COVID-19 sejak pendemi tersebut ada beberapa bulan lalu.

Dengan hanya 214 orang yang diuji pada Senin malam, para pakar medis dan kelompok hak asasi manusia mendesak Myanmar untuk berdiri dan menghadapi krisis ini.

Kementerian Kesehatan Myanmar Senin malam mengonfirmasi seorang pria Myanmar berusia 36 tahun yang melakukan perjalanan kembali dari Amerika Serikat dan seorang pria Myanmar berusia 26 tahun yang kembali dari Inggris sebagai positif Covid-19.

"Kami akan menyelidiki semua orang yang berhubungan dekat dengan kedua orang ini," kata otoritas tersebut dalam sebuah pernyataan.

Pengumuman itu segera memicu panic buying di satu supermarket 24 jam di ibu kota komersial Yangon.

Myanmar adalah negara yang memiliki perbatasan secara langsung dengan China--tempat virus tersebut pertama kali mewabah.

Phil Robertson dari Human Rights Watch pekan lalu menyebut sikap pemerintah Myanmar "tidak bertanggung jawab," dengan mengatakan itu hanya memberi orang rasa aman yang salah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.