Sukses

Terkuak, Kematian PDP dengan Gejala Corona Tembus 2.200 Jiwa di Indonesia

Jumlah kematian Virus Corona (COVID-19) di Indonesia tercatat ada 784, akan tetapi pasien PDP meninggal mencapai hampir 3 kali lipat.

Jakarta - Angka kematian akibat Virus Corona (COVID-19) di Indonesia tercatat ada 784 orang. Namun, transparansi data Indonesia sempat disorot ilmuwan luar negeri, hingga Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kini terkuak bahwa jumlah meninggal Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sudah melewati 2.200 orang. Angka itu jauh di atas angka kematian COVID-19 yang dirilis pemerintah, yakni 784 orang. 

Dilaporkan ABC Australia, Rabu (29/4/2020), ada lebih 2.212 orang Indonesia meninggal dengan gejala COVID-19, tetapi mereka tidak dicatat sebagai korban penyakit akibat virus corona, demikian hasil studi yang dilakukan di 16 provinsi.

Tiga pakar medis mengatakan angka tersebut menandakan jumlah korban jiwa di Indonesia akibat virus corona kemungkinan akan jauh lebih banyak daripada angka resmi saat ini, yang telah mencapai lebih dari 770 orang.

Jumlah tes Virus Corona di Indonesia termasuk yang paling rendah di dunia, karenanya banyak pakar penyakit menular mengatakan sulit untuk mendapat angka penularan yang akurat.

Pada kematian 2.212 pasien PDP itu, terdapat gejala akut penyakit COVID-19

Data didapatkan setiap harinya, atau setiap pekan, dari rumah sakit, klinik, dan pejabat yang mengawasi pemakaman.

Kantor berita Reuters kemudian mengolahnya dengan memeriksa situs resmi pemerintahan, berbicara dengan pejabat, dan meninjau laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Angka kematian sebanyak 2.212 ini adalah tambahan dari angka kematian lebih dari 690 orang yang sudah dinyatakan positif tertular virus corona di 16 provinsi dan secara resmi dicatat sebagai korban meninggal akibat pandemi virus corona.

Pemerintah Ogah Berkomentar

Anggota tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan Reuters.

Tapi ia menolak mengomentari angka kematian akibat virus corona di kalangan warga dengan status PDP.

Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang PDP belum diuji, karena antrean panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang saat ini kekurangan staf.

Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis, katanya.

"Jika ada ratusan sampai ribuan sampel yang perlu diuji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup," kata Wiku kepada Reuters.

Sementara itu pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan mereka yang meninggal memiliki gejala seperti Virus Corona baru dan tak ada penyebab lain kematian.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laporan Terkait Pemakaman

ABC Indonesia pernah memuat laporan di balik angka kematian Indonesia saat pandemi Virus Corona jenis baru.

Di bulan Maret lalu diketahui jumlah pemakaman di DKI Jakarta naik, seperti yang diakui Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

Data statistik Dinas Pertamaman dan Hutan Kota DKI Jakarta yang membawahi pemakaman, mencatat ada 4.400 penguburan terjadi pada bulan Maret 2020.

Dari lebih dari 630 kematian, mereka tidak bisa memastikan jika seluruhnya adalah jenazah pasien yang tertular Virus Corona jenis baru.

"Semua jenazah kami makamkan sesuai prosedur untuk COVID-19, yaitu menggunakan kantong dan dimasukkan ke dalam peti," jelas Suzi Marsitawati, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

"Namun kami tidak berhak menyatakan bahwa jenazah itu positif COVID-19 atau tidak, karena tugas kami hanya memakamkan," ujarnya awal April lalu. 

Hingga Rabu 29 April, tercatat ada lebih dari 9.500 kasus Virus Corona jenis baru di Indonesia, dengan 210 tes yang sudah dilakukan per sejuta orang.

Sementara tes di Vietnam mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dan Australia sudah melakukan 100 kali lebih banyak.

"Tingkat infeksi dan kematian yang sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan populasi," kata Dr Iwan Ariawan, pakar epidemiologi lainnya dari Universitas Indonesia.

Daeng Faqih, ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mendesak pemerintah untuk mengungkap jumlah PDP yang meninggal tetapi tidak dites Virus Corona jenis baru.

Akhir pekan kemarin, kantor perwakilan WHO di Indonesia mengatakan kematian PDP tetap harus diungkapkan, meski pemerintah mengaku tidak pernah tahu jika angkanya harus dipublikasikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.