Sukses

Penyintas Corona COVID-19 Dapat Sertifikat Kebal, Pemerintah Chile Tuai Kritik WHO

Pemerintah Chile mengusulkan adanya kartu pengenal bagi mereka yang telah sembuh dari penyakit Virus Corona COVID-19, namun kemudian menuai kontroversi.

Liputan6.com, Santiago - Pemerintah Chile mengatakan akan melanjutkan rencana kontroversial untuk mengeluarkan sertifikat kepada orang-orang yang telah pulih dari Virus Corona COVID-19. Namun, keputusan tersebut tak berjalan mulus karena dikatakan bahwa sertifikat dapat memunculkan adanya kepercayaan palsu dan justru membantu penyebaran virusnya secara lebih luas.

Mengutip BBC, Senin (27/4/2020), dokumen-dokumen itu akan diberikan kepada orang-orang untuk memungkinkan mereka kembali bekerja, kata Wakil Menteri Kesehatan Paula Daza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "tidak ada bukti" bahwa orang yang terkena virus corona kebal dan tidak akan terinfeksi lagi.

"Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari COVID-19 dan memiliki antibodi dilindungi dari infeksi kedua," kata WHO dalam catatan singkat pada hari Jumat.

Badan itu berpendapat bahwa apa yang disebut "sertifikat kekebalan" bahkan bisa berbahaya, karena mereka dapat membuat orang mengabaikan nasehat kesehatan masyarakat dan karena itu meningkatkan risiko penularan penyakit.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Pemerintah Chile

Wakil Menteri Kesehatan Chile Paula Daza mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu: "Salah satu hal yang kita tahu adalah bahwa seseorang yang sudah terkena penyakit memiliki kemungkinan lebih rendah untuk menjadi sakit lagi."

Dia menambahkan bahwa sertifikat tersebut tidak akan mengonfirmasi bahwa orang memiliki kekebalan terhadap COVID-19, tetapi lebih menyatakan bahwa mereka telah sembuh dari penyakit dan telah menyelesaikan masa isolasi.

Hingga saat ini, Chile telah melaporkan 189 kematian terkait virus dan lebih dari 13.000 kasus yang dikonfirmasi, menurut data dari Johns Hopkins University.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.