Sukses

Panic Buying di Korea Utara, Dampak Rumor Kim Jong-un Meninggal?

Usai tersebarnya isu tentang meninggalnya Kim Jong-un, sejumlah dampak ekonomi langsung terjadi di Korea Utara.

Liputan6.com, Pyongyang - Keberadaan pemimpin Korea Utara itu, menyusul laporan yang belum dikonfirmasi bahwa ia menjalani operasi jantung, telah menjadi subyek banyak spekulasi di seluruh dunia pekan lalu. Tetapi ketidakhadirannya juga telah dicatat di ibu kota Pyongyang, di mana para elit yang mendukung rezimnya juga mendapat kabar angin.

Mereka juga telah bertanya tentang obrolan bahwa Kim Jong-un, yang telah berkuasa di Korea Utara selama hampir delapan setengah tahun - sekitar delapan tahun lebih lama daripada yang diberikan banyak analis kepadanya - adalah orang yang mati rasa.

Menurut laporan Washington Post, Senin (27/4/2020), sejak spekulasi tersebut beredar, terjadi panic buying di ibu kota, di mana penduduk setempat mengumpulkan segala sesuatu mulai dari deterjen dan beras hingga elektronik hingga minuman keras.

Mereka mulai mengambil semua produk impor terlebih dahulu, tetapi dalam beberapa hari terakhir telah terjadi pelarian pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri juga, seperti ikan kaleng dan rokok.

Selain itu, dilaporkan ada helikopter yang telah terbang dengan ketinggian rendah di Pyongyang, serta kereta api di Korea Utara dan juga di perbatasan di China utara telah terganggu.

Sedangkan menurut laporan South China Morning Post, fenomena tersebut terjadi sebagai dampak dari adanya pandemi Virus Corona COVID-19. Hal ini kemudian mengakibatkan naiknya harga-harga kebutuhan pokok di negara tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rumor Meninggalnya Pemimpin Korut Kerap Terjadi

Jika Kim Jong-un ternyata baik-baik saja, itu tidak akan menjadi pertama kalinya bahwa laporan kematian seorang pemimpin Korea Utara sangat dibesar-besarkan. Surat kabar Jepang dan Korea Selatan membunuh kakeknya, Kim Il-sung, dan ayahnya, Kim Jong-il, beberapa kali pada tahun-tahun sebelum salah satu dari mereka benar-benar meninggal.

Meninggalnya Kim Jong-un juga pernah dilaporkan pada tahun 2014, ketika kepergiannya dari pandangan publik selama enam minggu memicu pembicaraan tentang kematiannya oleh kudeta militer, serangan jantung atau konsumsi keju yang berlebihan.

Namun kali ini, rumornya terasa berbeda. Pembicaraan bahwa Kim Jong-un menjalani semacam operasi jantung telah memiliki dasar yang kuat, membuat pertanyaan besar tentang kebenaran kondisinya.

Beberapa analis setuju bahwa kali ini sepertinya lebih dari kabar burung biasa.

"Kami berpotensi menghadapi krisis serius," kata Andrei Lankov, sejarawan Korea Utara yang disegani. Lankov mengatakan dia yakin ada sesuatu yang "pasti salah" dengan Kim.

Yang lain mengatakan ada penjelasan yang masuk akal untuk hilangnya ia dari publik.

Mungkin Kim melewatkan upacara pada 15 April untuk menandai kelahiran kakeknya, hari terpenting dalam kalender Korea Utara karena kekhawatiran tentang Virus Corona baru.

"Mungkin dia mempraktikkan social distancing.," kata Alexandre Mansourov, seorang profesor studi keamanan di Universitas Georgetown dan analis kepemimpinan Korea Utara yang sudah lama. Dia bilang dia tidak melihat alasan untuk khawatir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.