Sukses

Di Balik Unjuk Rasa Tolak Stay at Home Saat Krisis Corona COVID-19 di AS

Ribuan warga di beberapa negara bagian Amerika Serikat berunjuk rasa, di tengah krisis akibat pandemi Virus Corona COVID-19.

Jakarta - Ribuan warga di beberapa negara bagian Amerika Serikat berunjuk rasa menolak anjuran stay at home, di tengah krisis akibat pandemi Virus Corona COVID-19 yang masih berlangsung di Negeri Paman Sam. Mengapa hal tersebut dilakukan?

Setelah beberapa bulan setelah kasus pertama COVID-19 dilaporkan, Amerika Serikat kini menjadi pusat penyebaran Virus Corona jenis baru yang terbesar di dunia. Sudah ada lebih dari 740 ribu kasus positif COVID-19 dengan jumlah kematian lebih dari 41 ribu orang.

Pada Kamis 16 April, dalam 24 jam, ada 4.591 warga Amerika Serikat yang meninggal. Menjadi angka kematian terbesar dalam sehari di negara tersebut.

Namun di tengah angka kematian yang tinggi, Presiden Donald Trump sudah membicarakan mengenai dibukanya kembali beberapa pusat bisnis pada 1 Mei mendatang.

Apakah semua negara bagian memiliki kasus COVID-19? Ya. Penularan antarwarga pertama kali diketahui pada Februari.

Pada pertengahan Maret, seluruh 50 negara bagian, 4 teritori dan daerah khusus 'District of Columbia', yang meliputi ibukota Washington, melaporkan adanya kasus Virus Corona jenis baru. Sekarang penularan terus terjadi di beberapa negara bagian, terutama di kawasan Tenggara.

New York, negara bagian dengan penduduk keempat terbesar, menjadi pusat penyebaran dengan 236 ribu kasus dan 17 ribu kematian. Rumah sakit di sana masih melaporkan adanya 2.000 ribu pasien COVID-19 setiap hari.

Negara bagian tetangga New York, New Jersey melaporkan adanya lebih dari 81 ribu kasus, dengan 4 ribu kematian. Sedangkan Massachusetts, Pennsylvania, California dan Michigan semuanya memiliki masing-masing 30 ribu kasus.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengapa Terjadi Unjuk Rasa?

Gubernur di setiap negara bagian bertanggung jawab memutuskan untuk melakukan lockdown atau karantina wilayah. Mereka kini menghadapi protes dari rakyatnya sendiri, karena penutupan tempat-tempat usaha mulai mempengaruhi kehidupan ekonomi lokal.

Para pengunjuk rasa mendesak pencabutan karantina dan agar bisnis dapat beroperasi kembali.

Hari Minggu, unjuk rasa dilaporkan terjadi di Texas, Indiana dan Wisconsin, setelah sebelumnya terjadi juga di Ohio, Texas, North Carolina, Kentucky, Virginia, Michigan, Minnesota dan Idaho.

Presiden Donald Trump tampaknya mendukung unjuk rasa, terlihat dengan unggahannya di Twitter yang mendesak pengunjuk rasa membebaskan Michigan, Minnesota, dan Virginia, yang semuanya diperintah gubernur dari Partai Demokrat.

Di negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat yang padat penduduk, seperti Detroit dan Seattle, dampak pandemik virus corona sangat terasa. Sementara di negara bagian yang banyak penduduknya tinggal di kawasan pertanian, dikuasai Partai Republik, jumlah kasus Virus Corona jenis baru lebih sedikit.

Namun unjuk rasa juga tetap terjadi di negara bagian yang dikuasai Partai Republik, termasuk di Texas dan di depan rumah Gubernur Indiana.

Warga Texas meneriakkan kata-kata "izinkan kami bekerja" di saat lebih dari 1 juta orang sudah melaporkan diri berstatus pengangguran, sejak krisis terjadi.

Apakah semua negara bagian menerapkan lockdown? Tidak semua. Pembatasan yang dilakukan berbeda-beda antar negara bagian.

Sebagai contoh, kebanyakan negara bagian menerapkan pembatasan tidak boleh berkumpul lebih dari 10 orang. Di California dan New York, warga hanya boleh keluar rumah untuk bekerja atau belanja kebutuhan pokok.

Restoran dan bar juga ditutup hampir di seluruh negara bagian, kecuali untuk layanan bawa pulang. Sekolah sudah ditutup sejak bulan Maret, dengan kemungkinan dibuka di akhir Mei.

Untuk pertama kalinya, warga bisa mendatangi beberapa pantai di Florida, namun masih ada pembatasan kegiatan dan jam buka. Negara bagian lain akan mulai melakukan transisi ke untuk membuka kembali akses dan mengizinkan sejumlah kegiatan dalam beberapa waktu mendatang.

 

3 dari 3 halaman

Kapan Pemulihan Ekonomi AS akan Dimulai?

 

Masih belum jelas. Masing-masing negara bagian akan melakukan pelonggaran tergantung keadaan di daerah masing-masing.

Menurut Departemen Tenaga Kerja di Amerika Serikat, 22 juta warga sudah mengajukan permintaan tunjangan sosial dalam empat minggu terakhir sampai 11 April.

Banyak pengamat ekonomi mengatakan Amerika Serikat akan memasuki masa resesi.

Presiden Trump ingin membuka negaranya sesegera mungkin dan meluncurkan apa yang disebut rencana 'Opening Up America Again' dalam tiga tahap.

Ia mengatakan negara bagian seperti Montana, Wyoming, dan North Dakota akan bisa melakukan pembukaan tahap pertama "segera mungkin karena mereka memenuhi semua kriteria". Para pakar kesehatan nasional mendukung rencana tersebut.

Jaringan televisi AS, Fox News melaporkan putri presiden, Ivanka, dan menantunya, Jared Kushner, akan masuk dalam dewan yang memimpin usaha pemulihan, bersama para menteri senior.

"Ketika seseorang menjadi presiden Amerika Serikat, otoritasnya total," kata Presiden Trump beberapa hari lalu merujuk pada kekuatannya untuk mengambil keputusan terkait membuka kembali negaranya.

Namun para pakar hukum mempertanyakannya, karena sistem federal yang dianut Amerika Serikat, dimana gubernur negara bagian yang berhak menentukan keputusan di wilayah masing-masing.

Presiden Trump kemudian mengakui hal tersebut dan mengatakan "terserah kepada gubernur negara bagian," kapan akan melonggarkan pembatasan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.