Sukses

5 Negara Ini Tengah Kewalahan Hadapi Pandemi Corona COVID-19

Berikut adalah 5 negara yang kewalahan karena Virus Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta- Krisis pandemi Virus Corona COVID-19 tengah membuat banyak negara kewalahan baru - baru ini. 

Mulai dari India, dimana pemberlakuan lockdown membuat jutaan warga telantar dan tanpa makanan, lalu juga jumlah kematian yang melonjak di Ekuador. 

Selain India dan Ekuador, di Inggris juga dilaporkan adanya keterbatasan stok untuk APD hingga kebijakan daur pemakaiannya yang menuai kritik. 

Negara selanjutnya yang mengalami kewalahan karena pandemi Virus Corona COVID-19 adalah Jepang, yang dilaporkan mengalami lonjakan kasus baru, dan terbatasnya jumlah ventilator hingga ICU. 

Negara lainnya adalah Afrika, yang disebut oleh WHO dapat menjadi pusat baru pandemi Vrus Corona COVID-19. 

Berikut adalah 5 wilayah di dunia yang kewalahan karena Virus Corona COVID-19, seperti dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber (19/4/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. India Kewalahan dalam Menerapkan Lockdown

Kebijakan India untuk menerapkan karantina kewilayahan sebagai penanganan pandemi Virus Corona telah menyebabkan jutaan orang telantar dan tanpa makanan, BBC melaporkan.

India menerapkan kebijakan 'lockdown' sebagai bentuk pencegahan atas Virus Corona secara pro-aktif dan dievaluasi secara bertahap, menambahkan bahwa masalah yang dihadapi oleh jutaan penduduknya akan menjadi bahan peninjauan ulang pemerintah.

Populasi India sebesar 1,3 miliar diberikan pemberitahuan lockdown tiga pekan secara mendadak. Mereka mengetahuinya hanya kurang dari empat jam sebelum kebijakan itu diumumkan pada Selasa 24 Maret 2020.

Baca selengkapnya...

3 dari 6 halaman

2. Ekuador Kewalahan Hadapi Lonjakan Pasien Meninggal

Jumlah korban resmi Virus Corona di Ekuador adalah 403, tetapi angka-angka baru dari satu provinsi menunjukkan ribuan telah meninggal.

Pemerintah mengatakan, 6.700 orang tewas di provinsi Guayas dalam dua minggu pertama April, jauh lebih banyak daripada 1.000 kematian di sana dalam periode yang sama, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (19/4/2020).

Guayas adalah rumah bagi Guayaquil - kota terbesar di Ekuador, negara Amerika Selatan yang paling terpukul oleh Virus Corona.

Baca selengkapnya...

4 dari 6 halaman

3. Stok APD di Inggris Minim, Kebijakan Daur Pakai Dikritik

Pedoman baru Pemerintah Inggris seputar alat pelindung diri (APD) di tengah pandemi Virus Corona menuai kritik. Kekhawatiran yang dikemukakan adalah bahwa kebijakan tersebut dapat menempatkan tenaga medis dan pasien dalam risiko.

Petugas kesehatan telah disarankan untuk menggunakan kembali APD atau memakai perlengkapan yang berbeda jika stok di Inggris menipis, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (19/4/2020).

Serikat pekerja yang mewakili dokter dan perawat telah menyatakan keprihatinan tentang pedoman Public Health England yang diperbarui.

Baca selengkapnya...

5 dari 6 halaman

4. Jepang Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus Baru

Dokter di Jepang telah memperingatkan bahwa sistem medis negara itu bisa runtuh di tengah gelombang baru kasus Virus Corona.

Ruang gawat darurat tidak dapat mengobati beberapa pasien dengan kondisi kesehatan serius karena beban tambahan yang disebabkan oleh virus, kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Minggu (19/4/2020).

Satu ambulans yang membawa seorang pasien dengan gejala Virus Corona ditolak oleh 80 rumah sakit sebelum dia mendapat fasilitas yang bisa merawatnya.

Baca selengkapnya...

6 dari 6 halaman

5. WHO: Negara-Negara Afrika Bisa Jadi Pusat Baru Pandemi

Afrika dapat menjadi episentrum berikutnya dari wabah Virus Corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan.

Para pejabat PBB juga mengatakan, kemungkinan pandemi di benua itu akan membunuh sedikitnya 300.000 orang di Afrika dan mendorong hampir 30 juta orang ke dalam kemiskinan.

"Jika Anda melihat proporsi orang yang bepergian, Afrika memiliki lebih sedikit orang yang bepergian secara internasional," kata Direktur WHO Afrika, Matshidiso Moeti, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (18/4/2020).

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.