Sukses

Singapura Hadapi Lonjakan Kasus Baru Corona COVID-19, Total Salip Malaysia

Singapura mencatat 942 kasus baru virus corona, akumulasi melebihi total kasus Malaysia.

Liputan6.com, Singapura - Singapura, pada Sabtu 18 April 2020, mencatat 942 kasus baru virus corona.

Itu merupakan peningkatan harian terbesar di Negeri Singa, menjadikan akumulasi kasus berjumlah 5.992, melampaui negara tetangga Malaysia dengan total 5.305, demikian seperti dikutip dari South China Morning Post, Minggu (19/4/2020).

Angka yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan menunjukkan, dari total infeksi baru, 893 --atau 95 persen-- di antaranya adalah pekerja migran pemegang izin kerja yang tinggal di asrama, dengan hanya 14 persen infeksi di antara warga atau penduduk Singapura.

Peningkatan infeksi virus corona di antara total 323.000 pekerja migran di Singapura, yang hidup dalam lingkungan padat, telah menjadi tantangan terbaru dalam pertempuran negara kota melawan virus corona.

Pada hari Jumat, jumlah mereka sekitar 65 persen dari total infeksi di Singapura.

Associate professor Jeremy Lim dari Universitas Nasional Singapura - Saw Swee Hock School of Public Health mengatakan, lonjakan drastis dalam kasus-kasus itu tidak mengejutkan.

"Peningkatan kasus diharapkan, tetapi itu benar-benar tergantung pada berapa banyak asrama yang diuji dan proporsi kasus positif dari total yang diuji," katanya.

Leong Hoe Nam, seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura, mengatakan lonjakan kasus ini adalah hasil dari pencarian infeksi virus corona secara aktif.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Singapura Hadapi Puncak Kasus-Kasus Berikutnya

Singapura memiliki populasi 5,6 juta, jauh lebih kecil dari total populasi 31,5 juta jiwa negara tetangga Malaysia. Negara kota itu telah melakukan lebih dari 94.000 tes pada 14 April, atau sekitar 16.600 swab per 1 juta orang.

Malaysia menguji sekitar 11.500 orang per hari, dan pada akhir Maret telah menyediakan sekitar 1.000 tes per 1 juta orang - jauh lebih sedikit daripada Singapura.

"Dalam mencoba untuk menyingkirkan kasus-kasus tersebut, kami mencoba untuk membersihkan dan mensterilkan Singapura lagi ... Anda membayar harga yang mahal sekarang untuk meredam epidemi nanti," kata Leong Hoe Nam, seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura.

Ia juga menyarankan bahwa "puncak" untuk kasus-kasus di Singapura kemungkinan akan datang berikutnya 10 hingga 14 hari.

Meskipun angka-angka tersebut tampak menakutkan, ia mengatakan bahwa mayoritas kasus baru di Singapura, yang mayoritas pekerja migran, telah "diisolasi" di asrama, yang berarti risiko penularan komunitas lebih lanjut adalah "sangat, sangat kecil."

Akan tetapi, Associate professor Jeremy Lim dari Universitas Nasional Singapura mengatakan bahwa Singapura "memiliki banyak komunitas padat”, membuatnya lebih rentan terhadap transmisi komunitas, meskipun jumlah kasus di masyarakat umum tampaknya telah stabil pada 32 infeksi baru per hari dalam seminggu terakhir.

Lim mengatakan, sudah jelas pihak berwenang "berjuang untuk mengatasi wabah asrama pekerja migran." Kementerian tenaga kerja telah mengunci 12 dari 43 asrama besar negara itu, yang berarti para pekerja harus tinggal di kamar mereka dengan makanan yang dikirimkan kepada mereka.

"Kami mengidentifikasi lebih banyak kasus karena pengujian aktif, tetapi lebih penting dari itu, virus telah menyebar dan kemungkinan masih menyebar di asrama," kata Lim.

"Langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi wabah sudah tepat dan mudah-mudahan mereka akan segera mengendalikan wabah asrama."

Lim mengatakan minggu mendatang akan menjadi "kritis" bagi Singapura, tetapi menambahkan, kebijakan lockdown parsial yang telah diterapkan sejak 7 April tampaknya mengurangi penyebaran komunitas.

"Tetapi, jumlah Singapura akan tergantung pada apakah kita dapat menahan wabah di asrama pekerja migran dan juga meminimalkan penyebaran wabah di luar asrama," katanya.

"Oleh karena itu, kita harus tetap sangat waspada dan juga patuh pada tindakan 'memutus rantai penularan' dan mendukung pekerja asing kita, sehingga mereka juga bisa patuh pada langkah-langkah itu."

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Sabtu 17 April 2020 mengatakan dalam sebuah posting Facebook bahwa jumlah infeksi yang ditemukan di asrama pekerja migran diperkirakan akan meningkat, tetapi, di komunitas yang lebih luas, ada "beberapa tanda awal bahwa upaya memutus rantai penularan telah berhasil menurunkan kasus".

"Tapi kami masih khawatir tentang kasus-kasus tersembunyi yang beredar di populasi kami, yang membuat wabah terus berlangsung," kata Lee. "Beberapa hari ke depan akan menjadi kritis."

 

3 dari 3 halaman

Malaysia Memantau Singapura

Direktur jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah pada hari Jumat 17 April 2020 mengatakan, pihak berwenang sedang memantau situasi Singapura mengingat Malaysia juga menampung ribuan pekerja asing. Mereka juga berencana untuk memperluas pengujian pekerja migran tetapi belum mendeteksi adanya klaster kasus baru di antara mereka.

Malaysia pada Sabtu 18 April mencatat kenaikan kasus harian terendah selama sebulan terakhir, yaitu 54, setelah sebelumnya mencatat lompatan harian tiga digit.

Ini telah melaporkan sekitar 3.000 pasien sembuh, terhitung sekitar 56 persen dari total kasusnya. Di Singapura, 708 orang --atau 14 persen-- telah pulih.

Untuk mengatasi wabah ini, Malaysia telah memberlakukan pembatasan nasional terhadap pergerakan dan penutupan sekolah dan banyak toko sejak 18 Maret. Noor Hisham sebelumnya mengatakan dia memperkirakan infeksi akan memuncak pada pertengahan April sejalan dengan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.