Sukses

Keluar ICU, PM Inggris Boris Johnson Pulih dari Virus Corona COVID-19

PM Inggris Boris Johnson dinyatakan telah pulih dari Virus Corona COVID-19, namun masih berada dalam pengawasan rumah sakit.

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sempat dilarikan ke unit perawatan intensif (ICU) karena sakit akibat Virus Corona jenis baru atau COVID-19. Namun, pada Kamis 9 April malam waktu London, kondisinya dinyatakan telah pulih dari COVID-19, namun masih berada dalam pengawasan rumah sakit.

"Perdana Menteri telah dipindahkan malam ini dari ICU ke ruang rawat biasa dan akan tetap mendapat pengawasan ketat selagi dirinya berada di masa awal pemulihan. Beliau sangat amat merasa baik," kata juru bicara kantor pemerintahan, Jumat (10/4/2020).

Pemimpin negara berusia 55 tahun itu dinyatakan positif terjangkit Virus Corona jenis baru pada 27 Maret lalu dan menjalani isolasi mandiri di kediamannya di Downing Street. Pada Minggu 5 April, Boris Johnson dilarikan ke Rumah Sakit St Thomas akibat terus mengalami demam tinggi dan batuk, hingga satu hari kemudian dirawat di ICU.

Johnson menjadi pemimpin negara pertama di dunia yang dirawat di rumah sakit karena Virus Corona COVID-19, membuatnya terpaksa menyerahkan sementara urusan negara, yang juga tengah menghadapi wabah penyakit itu, kepada Menteri Luar Negeri Dominic Raab.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Komentar Donald Trump

Dalam sebuah cuitan di Twitter, Raab menyebut peningkatan kondisi kesehatan Boris Johnson sebagai "kabar yang ingin didengar oleh semua orang". Sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga turut berkomentar dengan menyebut itu sebagai kabar baik, seperti dilansir Antara.

Walaupun demikian, keterangan resmi dari pemerintah tidak menyertakan secara rinci kapan Boris Johnson akan kembali mengemban tugas negara, dan Raab juga menekankan pentingnya membiarkan dia berfokus pada pemulihan diri.

Mengenai pembatasan yang dilakukan Inggris, Raab sebelumnya menyatakan, terlalu dini untuk mengangkat status tersebut karena Inggris belum mencapai puncak wabah COVID-19.

Sejauh ini, angka kematian akibat COVID-19 di negara itu mencapai hampir 8.000 kasus, meningkat sebanyak 881 kasus dari jumlahnya pada satu hari sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.