Sukses

Atasi Infodemik, WhatsApp dan Youtube Batasi Penyebaran Hoaks Soal Corona COVID-19

Perusahaan informasi raksasa yaitu Whatsapp dan Youtube membatasi adanya penyebaran informasi palsu terkait Virus Corona COVID-19.

Jakarta - Di tengah krisis dunia menghadapi pandemi Virus Corona COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut adanya 'infodemic', yakni banyaknya informasi yang keliru yang beredar.

Layanan media sosial, seperti WhatsApp dengan 2 miliar pengguna di dunia, mulai membatasi jumlah pesan yang bisa di-forward, atau diteruskan kembali

Sekarang pengguna WhatsApp hanya bisa meneruskan satu pesan sekali saja, seperti dilansir dari laman ABC Australia, Rabu (8/4/2020). 

Perusahaan milik Facebook ini mengambil langkah menyusul tingginya penyebaran pesan mengenai berbagai nasihat kesehatan yang tidak benar sejak dimulainya krisis Virus Corona COVID-19.

"Apakah forwarding (meneruskan pesan) hal yang buruk ? Tentu saja tidak. Kami tahu banyak pengguna yang menyebarkan pesan yang berguna, selain video lucu, meme, atau doa yang dirasakan banyak orang bermanfaat," pihak WhatsApp mengatakan.

"Tetapi kami melihat adanya peningkatan tajam penyebaran pesan dimana para pengguna mengatakan merasa kewalahan dan bisa menyebabkan penyebaran informasi tidak benar.""Kami merasa penting sekali untuk memperlambat penyebaran pesan-pesan ini, sehingga WhatsApp tetap menjadi tempat untuk pembicaran pribadi."

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Youtube Lakukan Hal Serupa

WhatsApp tidak sendirian dalam usaha membatasi penyebaran informasi keliru, terutama berkenaan dengan Virus Corona COVID-19 saat ini.

YouTube sekarang sudah melarang atau menghapus video yang menghubungkan gejala Virus Corona COVID-19 dengan jaringan telekomunikasi generasi lima (5G).

Menurut laporan BBC, teori konspirasi ini menyebutkan adanya hubungan langsung antara menara jaringan 5G dengan wabah COVID-19.

Bahkan di Inggris terjadi sejumlah serangan kepada beberapa orang yang bekerja untuk membangun menara 5G di berbagai tempat.

Dalam wawancara langsung yang dimuat di YouTube hari Senin, David Icke, salah seorang penganut teori konspirasi dan tahun lalu dilarang masuk ke Australia, mengatakan adanya hubungan langsung 5G dengan krisis kesehatan sekarang ini.

Menyusul kritikan terhadap YouTube, dimana video tersebut sudah ditonton oleh 65 ribu orang, YouTube mengatakan kepada ABC bahwa video itu akan dicabut, selain juga video lain yang mendukung pendapat bahwa antena telekomunikasi ikut menyebarkan COVID-19.

"Kami memiliki kebijakan yang jelas melarang video yang mempromosikan metode medis yang belum terbukti guna mencegah penyebaran virus," kata YouTube.

"Sekarang video apapun yang bertentangan dengan apa yang sudah dijelaskan oleh WHO dan layanan kesehatan negara melanggar kebijakan YouTube."

"Ini termasuk teori konspirasi yang mengatakan gejala Virus Corona COVID-19 disebabkan oleh 5G."

Facebook dan Twitter juga sudah melakukan hal yang sama dengan menghapus berbagai informasi medis yang tidak akurat.

Mereka melarang informasi yang tidak benar mengenai Virus Corona COVID-19, termasuk saran-saran pengobatan alternatif yang bisa dilakukan untuk mencegah Virus SARS-CoV-2 .

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.