Sukses

Lockdown Corona COVID-19 Berakhir 19 April, Jerman Wajibkan Warga Pakai Masker

Jerman menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk membendung penyebaran Virus Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Jerman menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk membendung penyebaran Virus Corona COVID-19. Karantina wilayah itu akan berakhir pada 19 April.

Setelah lockdown berakhir, Jerman telah menyusun daftar aksi, termasuk kewajiban untuk mengenakan masker di depan umum, pembatasan pertemuan publik, dan pelacakan rantai infeksi Virus Corona jenis baru.

Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membuat aktivitas kehidupan di Jerman kembali normal, seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/4/2020).

Dalam proposal rancangan rencana aksi yang dikompilasi oleh dokumen Kementerian Dalam Negeri Jerman, menyatakan langkah-langkah tersebut harus mampu menjaga jumlah orang yang terinfeksi. Bahkan ketika aktivitas sosial secara bertahap boleh dilakukan.

Dengan demikian, harus ada mekanisme untuk melacak riwayat kontak orang yang positif Virus Corona COVID-19 dalam waktu 24 jam setelah diagnosis.

Apabila itu dapat dilaksanakan, sekolah di Jerman akan dapat dibuka kembali dan kontrol perbatasan yang ketat akan dilonggarkan.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pedoman Hidup atau Mati

Jerman menerapkan langkah berbeda dalam menangani pasien penyakit COVID-19, akibat terpapar Virus Corona jenis baru.

Asosiasi dokter Jerman menyetujui serangkaian pedoman etika untuk membantu membuat keputusan hidup atau mati ketika merawat pasien yang terinfeksi Virus Corona COVID-19.

"Jika kita berada dalam situasi sulit, yakni menentukan pasien mana yang harus diprioritaskan, maka kita harus siap untuk itu," ujar Uwe Janssens, Presiden Asosiasi Interdisipliner Jerman untuk Perawatan Intensif dan Kedokteran Darurat (DIVI).

Pandemi COVID-19 telah membuat sistem kesehatan di banyak negara tidak mampu mengatasi banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan tempat perawatan intensif dan alat bantu pernapasan.

Di Italia dan Spanyol, sumber daya tenaga medis yang terbatas pada akhirnya memaksa para dokter untuk memutuskan pasien mana yang harus mendapatkan perawatan terlebih dahulu. Para ahli memprediksi para pekerja medis di Jerman akan menghadapi situasi yang sama.

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.