Sukses

Shenzhen Jadi Kota Pertama di Tiongkok yang Larang Konsumsi Anjing dan Kucing

Virus Corona jenis baru membuat Kota Shenzhen di China memberlakukan aturan untuk melarang konsumsi anjing dan kucing.

Liputan6.com, Shenzhen - Shenzhen telah menjadi kota di China yang pertama melarang penjualan dan konsumsi daging anjing serta kucing.

Hal ini terjadi setelah pandemi Virus Corona COVID-19 dikaitkan dengan daging satwa liar, yang kemudian mendorong pemerintah China untuk melarang perdagangan dan konsumsi hewan liar. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (3/4/2020). 

Shenzhen melangkah lebih jauh, memperluas larangan untuk anjing dan kucing. Undang-undang baru ini akan mulai berlaku pada 1 Mei.

Tiga puluh juta anjing per tahun dibunuh di seluruh Asia untuk diambil dagingnya, kata Humane Society International (HSI).

Namun sebenarnya, praktik memakan daging anjing di Tiongkok tidaklah umum lantaran mayoritas orang China tidak pernah melakukannya dan mengatakan mereka tidak mau.

"Anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan telah menjalin hubungan yang lebih dekat dengan manusia daripada semua hewan lain, dan melarang konsumsi anjing dan kucing serta hewan peliharaan lainnya adalah praktik umum di negara-negara maju dan di Hong Kong dan Taiwan," kata pemerintah Kota Shenzhen. 

"Larangan ini juga menanggapi permintaan dan semangat peradaban manusia."

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penggunaan Empedu Beruang Masih Boleh

Organisasi advokasi hewan HSI memuji langkah ini.

"Ini benar-benar bisa menjadi momen penting dalam upaya untuk mengakhiri perdagangan brutal ini yang membunuh sekitar 10 juta anjing dan 4 juta kucing di China setiap tahun," kata Dr Peter Li, spesialis kebijakan China untuk HSI.

Namun, pada saat yang sama dengan putusan ini, China menyetujui penggunaan empedu beruang untuk mengobati pasien Virus Corona jenis baru.

Empedu beruang - cairan pencernaan yang terkuras dari beruang hidup telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Bahan aktif, asam ursodeoxycholic, digunakan untuk melarutkan batu empedu dan mengobati penyakit hati. Tetapi tidak ada bukti bahwa itu efektif melawan Virus Corona dan prosesnya menyakitkan dan menyusahkan bagi hewan

Brian Daly, juru bicara Yayasan Hewan Asia, mengatakan kepada AFP: "Kita seharusnya tidak mengandalkan produk-produk satwa liar seperti empedu beruang sebagai solusi untuk memerangi virus mematikan yang tampaknya berasal dari satwa liar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.