Sukses

Studi Ini Ungkap Teknik Melihat Gelombang Otak Saat Berbicara

Sebuah studi menarik membagikan cara melihat gelombang otak seseorang ketika sedang berbicara.

Liputan6.com, Jakarta- Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Neuroscience membagikan penemuan menarik mereka.

Langkah maju telah dibuat para ilmuwan dalam kemampuan mereka memecahkan kode mengenai apa yang dikatakan seseorang, hanya dengan melihat gelombang otak mereka ketika sedang berbicara, seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/4/2020). 

Untuk mentransfer pola otak ke dalam kalimat di waktu nyata, mereka melatih algoritma, dan dengan tingkat kesalahan kata serendah 3%.

Apa yang disebut "antarmuka mesin otak" ini pada sebelumnya memiliki keberhasilan terbatas dalam mendekodekan aktivitas saraf.

Hanya kode fragmen kata-kata yang diucapkan atau sebagian kecil dari kata-kata dalam frasa tertentu dapat dipecahkan pada upaya di bidang ini sebelumnya.

Doktor Joseph Makin, spesialis pembelajaran mesin dari University of California, San Fransisco (UCSF), dan rekan-rekannya berusaha untuk meningkatkan keakuratan.

Selama alat rekaman elektroda merekam aktivitas otak mereka, empat partisipan membaca kalimat dengan keras. Aktivitas otak dimasukan ke sistem komputasi, di mana fitur yang sering muncul menciptakan representasi dalam data tersebut. 

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keterbatasan Penerjemahan

Kemungkinan pada keterkaitan pola-pola ini adalah dengan fitur berulang untuk berbicara seperti vokal, konsonan atau perintah ke bagian mulut.

Untuk membentuk kalimat, bagian lain dari sistem menerjemahkan representasi kata demi kata.

Namun, penelitian ini bebas untuk diakui terbatas oleh penulis. Kata-kata yang terbatas untuk diterjemahkan pada 30-50 kalimat adalah contohnya.

Para peneliti dalam makalah Nature Neuroscience mereka menuliskan, "Meskipun kita harus menyukai dekoder untuk belajar dan mengeksploitasi keteraturan bahasa, itu tetap menunjukkan berapa banyak data yang diperlukan untuk memperluas dari bahasa kecil kita ke bentuk bahasa Inggris yang lebih umum."

Tetapi para peneliti itu juga menambahkan bahwa dekoder tidak hanya mengklasifikasikan kalimat berdasarkan strukturnya.

Hal ini diketahui oleh para peneliti karena kinerjanya ditingkatkan dengan menambahkan kalimat ke kumpulan pelatihan yang tidak digunakan dalam tes itu sendiri.

Ini membuktikan bahwa antarmuka mesin mengidentifikasi kata-kata tunggal, bukan hanya kalimat, menurut para ilmuan. Yang berarti pada prinsipnya, ini mungkin untuk memecahkan kode kalimat yang tidak pernah ditemukan dalam satu kumpulan pelatihan.

hasil pengkodean meningkat, dan menunjukkan bahwa teknik ini dapat ditransfer antar orang, ketika sistem komputer dilatih pada aktivitas otak dan pembicaraan dari satu orang sebelum melatih partisipan lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.