Sukses

Inggris Minta Warganya Tinggalkan Indonesia karena Corona COVID-19

Inggris meminta warganya tinggalkan Indonesia akibat Virus Corona (COVID-19).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kerajaan Inggris meminta warga negaranya untuk segera tinggalkan wilayah yang terdampak Virus Corona COVID-19. Kini, warga Inggris yang berada di Indonesia juga diminta segera memesan tiket pesawat untuk pergi dari Indonesia. 

Berdasarkan informasi resmi Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, warga Inggris diharapkan segera mengatur jadwal kepulangan. Ini sebagai antisipasi apabila layanan penerbangan internasional berkurang atau menjadi semakin mahal.

"Pemerintah Indonesia mengumumkan lebih banyak kasus COVID-19. Ada peningkatan risiko bahwa sistem kesehatan di sini akan berada dalam tekanan. Akses kepada layanan kesehatan dan darurat bagi warga Inggris kemungkinan terbatas. Jumlah penerbangan keluar dari Indonesia berkurang tiap hari berkurang, jadi Anda mungkin tak bisa meninggalkan Indonesia ketika kamu merencanakannya. Penerbangan dan evaluasi medis kemungkinan menjadi sulit didapatkan, atau menjadi sangat mahal jika Anda tidak segera pergi (dari Indonesia)," tulis pernyataan Kedubes Inggris seperti dikutip pada Jumat (27/3/2020).

Bagi warga Inggris yang masih ingin bertahan di Indonesia maka diminta untuk patuh terhadap aturan setempat. 

Juru bicara Kedubes Inggris John Nickell membenarkan bahwa pesan terkait Virus Corona itu memang berasal dari kedutaan. Ia menyebut keluarga dari pegawai Kedubes Inggris sudah meninggalkan Indonesia. 

Meski demikian, kebijakan Inggris ini tak hanya untuk Indonesia, melainkan semua negara yang terdampak Virus Corona. 

"Sebetulnya kebijakan ini untuk semua negara. (Saat ini) Lebih baik tetap di rumah dan tidak travel," ujarnya saat dikonfirmasi Liputan6.com.

Kebijakan ini juga tak berlaku bagi pegawai Kedubes Inggris yang disebut Nickell masih bertahan di Indonesia. 

Inggris saat ini sedang melaksanakan lockdown akibat Virus Corona, tetapi bandara masih tetap buka. Total kasus pasien tersebut di Inggris sudah mencapai lebih dari 11 ribu orang. Pangeran Charles menjadi salah satu orang yang positif kena virus.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Lockdown Inggris

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menetapkan lockdown selama tiga minggu untuk menangkal Virus Corona (COVID-19). Warga tak boleh keluar rumah, kecuali untuk keperluan pokok.

"Virus Corona adalah ancaman terbesar yang dihadapi negara ini selama beberapa dekade dan negara ini tidak sendirian. Di seluruh dunia, kita melihat dampak buruk dari pembunuh tak terlihat ini," ucap PM Johnson pada pengumuman yang diunggah di Twitter pada Senin malam (23/3) waktu Inggris. 

Ia berkata butuh usaha nasional untuk meredam penyebaran virus ini jika tidak ingin membebani sistem kesehatan. Karantina wilayah alias lockdown dipilih Johnson agar mengurangi jumlah orang yang sakit.

"Pada malam ini, saya harus memberikan rakyat Inggris sebuah instruksi sederhana. Kalian harus tetap di rumah, karena hal kritisnya adalah kita harus menghentikan penyebaran penyakit ini di antara keluarga," ucap PM Johnson.

Selama tiga minggu ke depan, warga Inggris hanya boleh keluar untuk belanja hal-hal pokok: olahraga individu, mendapatkan layanan kesehatan, dan pulang-pergi kerja yang tak bisa dilakukan dari rumah.

PM Johnson juga meminta warga agar tidak menemui teman atau anggota keluarga yang tidak tinggal satu rumah selama lockdown. Jika membeli makanan, warga diminta memilih delivery saja.

Bisnis-bisnis yang tidak esensial, seperti toko baju dan elektronik, diminta tutup. Tempat publik, seperti perpustakaan, taman bermain, dan tempat gym juga tutup.

"Dan kita akan menyetop kegiatan sosial, termasuk pernikahan, pembaptisan, tetapi tak termasuk pemakaman. Taman-taman akan tetap buka untuk olahraga, tetapi kumpul-kumpul akan dibubarkan," ujar PM Johnson.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.