Sukses

Jumlah Pasien Corona COVID-19 di Amerika Serikat Paling Banyak di Dunia

Dalam laporannya, Johns Hopkins University dan The New York Times menyebutkan bahwa jumlah pasien positif Virus Corona COVID-19 di AS melampaui China dan Italia.

Liputan6.com, New York - Jumlah warga Amerika Serikat yang terpapar Corona COVID-19 dilaporkan menjadi yang paling tertinggi di dunia untuk saat ini.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (27/3/2020) dalam laporannya Johns Hopkins University dan The New York Times menyebutkan bahwa jumlah pasien positif Virus Corona COVID-19 di AS melampaui China dan Italia.

Johns Hopkins mengatakan AS memiliki 82.404 kasus, sedangkan Times mengatakan setidaknya ada 81.321 orang yang dinyatakan positif COVID-19.

Sementara itu, kasus positif Corona COVID-19 di Italia berada pada angka 80.539 dan China di 81.285, menurut penghitungan AFP pada Kamis, 26 Maret 2020.

Rumah sakit di Amerika Serikat dilaporkan semakin kewalahan dengan COVID-19 dan 40 persen orang AS berada di bawah perintah lockdown untuk mencegah penyebaran penyakit.

Setidaknya 1.178 orang telah meninggal karena COVID-19 di AS, menurut Johns Hopkins.

Sementara kematian tetap lebih tinggi di tempat lain, para ahli mengatakan jumlah infeksi baru menunjukkan bahwa lebih banyak orang Amerika akan meninggal akibat virus ini.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta agar tak ada lagi aksi kebencian terhadap warga keturunan Asia di negaranya. Belakangan, muncul video-video viral bernuansa rasis yang menimpa warga Asia di AS akibat penyebaran Virus Corona (COVID-19).

Presiden Trump berkata warga Asia di AS adalah orang-orang luar biasa. Ia mengaku prihatin melihat aksi kebencian terhadap warga keturunan Asia dan berjanji memberi perlindungan.

"Sangat penting agar kita betul-betul melindungi masyarakat Amerika keturunan Asia di Amerika Serikat, dan seluruh dunia. Mereka adalah orang-orang luar biasa, dan penyebaran Virus ini bukan keselahan mereka dalam cara, bentuk, atau wujud apa pun," tegas Donald Trump via Twitter seperti dikutip Selasa (24/3/2020).

"Mereka bekerja secara dekat dengan kita untuk menyingkirkan virus itu. Kita akan berhasil bersama!" ujarnya dalam twit lanjutan.

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Sedikit Melunak

Retorika Trump sedikit melunak ketimbang sebelumnya yang mengkritik China atas penyebaran COVID-19. Trump menyebut "Virus China" sebagai balasan karena jubir Kementerian Luar Negeri China menuduh AS sebagai penyebar virus tersebut.

Ia juga tak menyesal memakai istilah "Virus China" dan menyebutnya akurat. Sementara, China meminta agar semua orang menggunakan istilah yang sesuai ketentuan WHO.

Posisi China saat ini adalah menolak bahwa COVID-19 berasal dari negara mereka meski awalnya ditemukan di Wuhan. Dubes China di AS Cui Tiankai meminta agar publik tak berspekulasi dan membiarkan ilmuwan mencari tahu asal virusnya.

"Kita harus punya jawaban dari mana virus itu awalnya berasal. Tapi ini pekerjaan ilmuwan, bukan diplomat, bukan untuk spekulasi jurnalis, karena spekulasi seperti itu tak akan membantu siapa pun. Itu sangat merugikan," ujar Dubes Cui.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.