Sukses

Amerika Serikat Mulai Uji Coba Vaksin Virus Corona Buatannya pada Manusia

Uji coba Vaksin Virus Corona pertama kali dilakukan pada manusia telah dimulai di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Washington D.C - Uji coba manusia pertama untuk mengevaluasi kandidat vaksin terhadap Virus Corona COVID-19 telah dimulai di Seattle. Hal ini disampaikan oleh pejabat kesehatan AS pada Senin 16 Maret. Temuan ini kemudian meningkatkan harapan dalam perang global melawan penyakit tersebut.

Tetapi mungkin perlu satu tahun hingga 18 bulan sebelum vaksin Virus Corona COVID-19 dapat tersedia. Uji coba ini telah melewati lebih banyak fase uji coba untuk membuktikannya berhasil dan aman.

Melansir Channel News Asia, Selasa (17/3/2020), vaksin ini disebut mRNA-1273 dan dikembangkan oleh para ilmuwan dan kolaborator National Institutes of Health (NIH) AS di perusahaan bioteknologi Moderna, yang berbasis di Cambridge, Massachusetts.

"Uji coba label terbuka akan mendaftarkan 45 sukarelawan dewasa sehat berusia 18 hingga 55 tahun selama sekitar 6 minggu," kata NIH. "Peserta pertama menerima vaksin investigasi hari ini."

Hingga saat ini, belum ada vaksin atau perawatan yang disetujui untuk melawan penyakit Virus Corona COVID-19.

"Menemukan vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2 adalah prioritas kesehatan masyarakat yang mendesak," kata Anthony Fauci, kepala penyakit menular di NIH, menggunakan nama teknis untuk virus yang diyakini berasal dari kelelawar

"Studi Fase 1 ini, diluncurkan dalam kecepatan rekor, merupakan langkah pertama yang penting untuk mencapai tujuan itu."

Percobaan di Seattle ini akan mempelajari dampak dari dosis yang berbeda, yang diberikan oleh injeksi intramuskular di lengan bagian atas. Peserta akan  dimonitor untuk efek samping yang dirasakan seperti nyeri atau demam.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kompetisi Global

Farmasi dan laboratorium penelitian di seluruh dunia kini sedang berlomba untuk mengembangkan perawatan dan vaksin untuk virus corona baru.

Pengobatan antivirus yang disebut remdesivir, yang dibuat oleh Gilead Sciences yang berbasis di AS, sudah dalam tahap akhir uji klinis di Asia dan dokter di China telah melaporkan bahwa obat itu terbukti efektif dalam memerangi penyakit ini.

Tetapi hanya uji coba secara acak yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengetahui dengan pasti apakah itu benar-benar membantu atau apakah pasien akan pulih tanpa itu.

Satu lagi perusahaan farmasi AS bernama Inovio, yang membuat vaksin berbasis DNA, mengatakan akan memasuki uji klinis bulan depan.

Regeneron sedang mencoba untuk mengisolasi antibodi yang melawan Virus Corona yang dapat diberikan secara intravena untuk memberikan kekebalan sementara, dan berharap untuk memulai uji coba manusia pada musim panas.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 80 persen kasus COVID-19 ringan, 14 persen parah dan sekitar lima persen hasilnya kritis, mengakibatkan penyakit pernapasan parah yang menyebabkan paru-paru terisi dengan cairan yang pada gilirannya mencegah oksigen dari mencapai organ.

Pasien dengan kasus ringan sembuh dalam satu atau dua minggu, sementara kasus parah bisa memakan waktu hingga enam minggu atau lebih.

Perkiraan terbaru menunjukkan sekitar satu persen dari semua orang yang terinfeksi meninggal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.