Sukses

Soal Suriah, Erdogan Minta Dukungan Nyata dari Uni Eropa dan NATO

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta dukungan nyata dari Uni Eropa dan NATO untuk menyelesaikan permasalahan Suriah.

Liputan6.com, Brussels - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuntut lebih banyak dukungan dari sekutu NATO dan Uni Eropa-nya atas perang di Suriah ketika memerangi kemarahan di Idlib, dan krisis pengungsi terjadi di perbatasan Turki-Yunani.

Melansir Al Jazeera, Selasa (10/3/2020), Erdogan berada di Brussels untuk mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa dan para pemimpin NATO, setelah ketegangan meningkat atas nasib puluhan ribu pengungsi yang mencoba memasuki Yunani yang menjadi anggota UE. Hal itu terjadi setelah pihak Ankara mengatakan bulan lalu bahwa mereka tidak lagi akan berusaha menahan mereka di tanah mereka sendiri. 

Setelah pembicaraan pada hari Senin dengan Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg, Erdogan mengatakan dia ingin mitra Barat Turki untuk berbuat lebih banyak untuk mendukung negaranya mengatasi jutaan pengungsi dari Suriah.

"Krisis yang berasal dari Suriah, dengan aspek keamanan dan kemanusiannya, mengancam wilayah kami dan bahkan seluruh Eropa," kata Erdogan. "Tidak ada negara Eropa yang memiliki kemewahan untuk tetap acuh tak acuh."

Ribuan orang berkumpul di perbatasan Turki dengan Yunani yang menjadi anggota UE sejak pemerintah Erdogan berhasil mengatasi ancaman yang sudah berlangsung lama dan mengumumkan tidak akan lagi mencegah para migran menyeberang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harapkan Dukungan Konkret

Presiden mengambil tindakan tersebut, setelah puluhan tentara Turki tewas dalam pertempuran intensif di wilayah barat laut Suriah, Idlib di tengah serangan pemerintah yang didukung oleh kekuatan udara Rusia  untuk merebut kembali kubu pemberontak terakhir dalam perang sembilan tahun.

"Kami mengharapkan dukungan konkret dari semua sekutu kami dalam pertarungan yang dilakukan Turki sendirian ... NATO berada dalam periode kritis di mana ia perlu menunjukkan dukungan dengan jelas," kata Erdogan kepada wartawan yang berdiri di samping Stoltenberg.

Negara-negara Uni Eropa telah bersatu di belakang Yunani, yang juga merupakan anggota NATO, dan menggambarkannya sebagai "perisai" yang melindungi perbatasan Eropa dengan dunia luar.

Mereka mendesak pemimpin Turki untuk menghentikan keberangkatan pengungsi dan migran dan menegosiasikan kesepakatan baru di mana anggota Uni Eropa akan berbuat lebih banyak untuk meringankan situasi kemanusiaan di perbatasan Suriah.

"Peristiwa di perbatasan Yunani-Turki jelas menunjuk pada tekanan yang bermotivasi politik pada perbatasan eksternal UE," kata ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sebelum berbicara dengan Erdogan.

"Menemukan solusi untuk situasi ini akan membutuhkan pelepasan tekanan yang diletakkan di perbatasan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.