Sukses

Bukan China, Biang Virus Wuhan dalam Novel Peramal Wabah Corona Ternyata...

Buku karya penulis thriller AS, yang sempat membuat geger dunia di tengah wabah Virus Corona karena memprediksi pandemi dalam novelnya yang rilis pada 1981 silam, mengungkap hal unik lain.

Liputan6.com, Jakarta - Buku karya penulis thriller Amerika Serikat Dean Koontz, yang sempat jadi sorotan di tengah wabah Virus Corona karena memprediksi pandemi dalam novelnya yang rilis pada 1981 silam, mengungkap hal unik lain.

Dalam edisi awal The Eyes of Darkness, Koontz menuliskan bahwa virus yang menyebabkan pandemi global di dalam novelnya itu berasal dari Rusia, bukan China, demikian seperti dikutip dari the South China Morning Post, Minggu (8/3/2020).

Versi mainstream novel Koontz, menceritakan bagaimana dunia dihantam oleh pandemi global yang disebabkan virus 'Wuhan-400' yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei China. Novel itu membuat geger publik beberapa waktu terakhir, terutama ketika dihubung-hubungkan sebagai 'prediktor' epidemi virus corona baru tahun ini, yang juga berasal dari Wuhan --dan memicu banyak pejabat kesehatan mengomentari bahwa kedua hal tersebut hanya kebetulan semata.

“Mereka menyebut benda itu 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar kota Wuhan, dan itu adalah galur keempat dari organisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian itu,” tulis Koontz dalam buku itu.

Namun, Wuhan bahkan tidak disebutkan dalam The Eyes of Darkness. Edisi pertama buku itu, yang ditulis dengan nama samaran Koontz, Leigh Nichols, berkaitan dengan virus bernama Gorki-400 yang dibuat oleh Rusia dan muncul dari "kota Gorki".

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan Mengubah Gorki, Rusia Menjadi Wuhan, China

Perubahan ke Wuhan terjadi ketika buku itu dirilis dalam bentuk bersampul di bawah nama Koontz sendiri pada tahun 1989. Tahun rilis ulang buku ini sangat penting --1989 menandai akhir Perang Dingin. Dan dengan runtuhnya Uni Soviet, negara itu tidak lagi komunis.

"Mulai tahun 1986, hubungan antara AS dan Uni Soviet mulai membaik," kata Jenny Smith, salah satu pendiri toko buku indie Bleak House Books di Hong Kong dan seorang siswa sejarah Rusia.

"Mikhail Gorbachev datang pada tahun 1985 dan sangat tertarik untuk menjadikan Uni Soviet masyarakat yang lebih terbuka dan meningkatkan hubungan. Pada tahun 1988, Rusia adalah teman dan bukan musuh."

Di tengah kondisi seperti, tidak bijak rasanya jika seorang penulis dari AS menggambarkan kembali Rusia sebagai tokoh jahat, sehingga The Eyes of Darkness membutuhkan penjahat baru. Namun, dari begitu banyak negara dengan tempat dengan fasilitas lab senjata biologis, semisal Prancis, Inggris dan Jepang, semuanya adalah sekutu AS.

"(Maka) "China adalah satu-satunya tempat yang terlintas dalam pikiran saya yang akan memiliki program (senjata biologis) aktif dan kemungkinan ada kecurigaan yang mendalam [di AS] terhadap China yang mencakup banyak hal dalam periode ini," kata Smith, yang menulis PhD-nya tentang teknologi Soviet di Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat.

Novel Koontz terbit segera setelah Demonstrasi mahasiswa 1989 dan penumpasan Tiananmen yang berdarah di Beijing. Itu adalah periode ketika ada desas-desus berputar-putar tentang kebocoran dan penutupan di fasilitas senjata biologis, kata Smith, dan AS akan menyadari penindasan rumor ini.

3 dari 3 halaman

Perubahan Mentalitas Pasca-Perang Dingin

Peralihan nama dan asal-muasal virus dari Gorki-400 di Rusia ke Wuhan-400 di China mencerminkan perubahan mentalitas setelah Perang Dingin, kata Smith.

"Semua orang berpikir dalam hal dua kekuatan besar - Amerika dan Uni Soviet, orang baik dan orang jahat. Sangat mudah untuk melihat bagaimana Anda bisa menggantikan satu orang jahat dengan yang lain, Gorki dengan Wuhan," kata Smith.

Tidak diketahui apakah Koontz sendiri yang meminta perubahan ini atau penerbitnya membuatnya. Email ke Koontz, agen sastra, dan penerbitnya tidak dijawab.

Adapun Gorki yang dirujuk dalam buku itu, bisa jadi salah satu dari sejumlah kota Rusia dengan nama serupa. Yang terbesar, tepat di sebelah selatan Moskow, adalah rumah bagi 3.500 orang saat ini. Bandingkan dengan Wuhan, dengan populasi saat ini berjumlah lebih dari 11 juta --bahkan pada tahun 1989, populasi Wuhan mencapai 3,3 juta.

Edisi revisi The Eyes of Darkness membawa buku itu lebih dekat ke kemungkinan perannya sebagai 'peramal' wabah tahun ini, tetapi, sebagian besar, novel itu masih jauh dari apa yang terjadi dalam wabah Covid-19 --menjadikannya kebetulan semata. Secara signifikan, terinfeksi Wuhan-400 pada novel Koontz sama dengan hukuman mati (Anda pasti akan tewas dibuatnya), sementara hanya 2 persen dari kasus Covid-19 yang mengakibatkan kematian.

"Ini mungkin berjalan sebagai fiksi ilmiah, tetapi itu tidak mustahil seperti yang terjadi di masa lalu dan orang-orang akan menyadarinya," kata Smith. "Pikirkan tentang menutup-nutupi antraks - banyak dari kisah-kisah ini lebih aneh daripada kehidupan nyata."

Sementara itu, pembaca juga menunjuk ke bagian dalam sebuah buku oleh almarhum Sylvia Browne, seorang penulis Amerika yang mengaku sebagai peramal, yang meramalkan wabah virus internasional tahun ini.

"Sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang diketahui," tulis Browne dalam buku End of Days.

"Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah kenyataan bahwa penyakit itu akan tiba-tiba menghilang begitu tiba, menyerang 10 tahun kemudian, dan kemudian menghilang sepenuhnya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.