Sukses

WHO Imbau Negara Asia Tenggara Tingkatkan Persiapan Hadapi Virus Corona

Negara-negara di Asia Tenggara diimbau oleh WHO untuk dapat meningkatkan respons kemampuan menghadapi Virus Corona.

Liputan6.com, New Delhi - Indonesia baru-baru ini melaporkan adanya kasus positif Virus Corona pada Senin 2 Maret 2020. Hal ini berdekatan dengan India dan Thailand yang juga melaporkan temuan kasus terbaru terhadap penyakit tersebut.

Melihat hal ini, melalui rilisnya pada Rabu 4 Maret, WHO kemudian meminta kepada para negara di wilayah Asia Tenggara untuk menguatkan dan meningkatkan kesiapan terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi, serta memastikan adanya langkah pencegahan. 

"Prioritas utama negara harus siap untuk meluncurkan respons cepat terhadap kasus pertama, cluster pertama, dan bukti pertama transmisi komunitas. Langkah-langkah penahanan dini bisa membantu dalam menghentikan transmisi," kata Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO Wilayah Asia Tenggara.

Dari 11 negara di Asia Tenggara, 7 di antaranya telah mengonfirmasi adanya temuan Virus Corona dengan rincian sebagai berikut: Indonesia (2), Vietnam (16), Thailand (43), Singapura (110), Malaysia (50), Filipina (3), Kamboja (1). Sedangkan negara lainnya seperti Myanmmar, Laos, Brunei Darusallam dan Timor Leste, hingga kini dilaporkan tidak ada Virus Corona positif. 

"Risiko Virus Corona baru sangat tinggi di seluruh dunia dan di wilayah Asia Tenggara. Lebih banyak kasus mungkin akan terjadi. Mengidentifikasi kasus-kasus ini dengan cepat, mengisolasi mereka dan mengikuti kontak mereka adalah inisiatif penting untuk membantu membatasi penularan dari orang ke orang. Kecepatan respons kita lah yang sangat penting, yang hanya mungkin jika kita siap," katanya lagi. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

3 Langkah Utama

Tiga hal yang menurutnya dapat menjadi tiga prioritas utama untuk menilai kesiapan negara. Pertama, melindungi kesehatan para pekerja, melibatkan para komunitas masyarakat dan memberikan mereka informasi yang cepat dan akurat supaya mereka bisa mengambil tindakan (terutama bagi yang berisiko tinggi) serta melakukan yang terbaik untuk menahan epidemi di negara paling rentan. 

Virus ini dapat menyebabkan gejala ringan, seperti flu, dan juga penyakit yang lebih parah. Pasien punya berbagai gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Berdasarkan data saat ini,secara global 81% kasus tampaknya memiliki penyakit ringan, sekitar 14% tampaknya berkembang menjadi parah, dan sekitar 5% berada dalam kondisi kritis.

Masyarakat dapat melindungi diri mereka sendiri dan mencegah penyebaran virus dengan mempraktikkan kebersihan tangan,menutupi hidung dan mulut ketika batuk dan bersin, menjaga jarak dari orang lain dari mereka yang sakit, katanya.

Pencegahan dan pengendalian infeksi sangat penting dalam fasilitas kesehatan untuk COVID-19.

Menjabarkan langkah-langkah kesiapsiagaan dan respons serta kapasitas WHO di wilyah Asia Tenggara, Dr Khetrapal Singh mengatakan, WHO membantu negara-negara dalam kesiapsiagaan dan tanggapan perencanaan, dalam koordinasi dengan organisasi mitra lainnya; sesuai pedoman global yang diperbarui.

3 dari 3 halaman

Kapasitas Pengujian COVID-19

Sembilan dari 11 negara sekarang memiliki kapasitas untuk menguji COVID-19.

WHO mendukung negara dengan persediaan untuk laboratorium. Untuk negara-negara yang tidak dapat melakukan pengujian, WHO membantu pengiriman sampel mereka ke laboratorium rujukan global. Tiga di antaranya berada di wilayah dua di Thailand dan satu di India.

Hampir 300.000 pieces alat pelindung diri yang terdiri dari topi, kacamata, masker bedah, sarung tangan dll, telah dipasok ke negara-negara anggota, dan hampir 200.000 lebih sedang dalam proses pembelian.

WHO sedang melakukan pelatihan web untuk negara-negara di area riskan terkait kesiapsiagaan dan respon seperti pengawasan, pengujian di laboratorium, manajemen klinis kasus, pencegahan infeksi dan mengendalikan serta mengkomunikasikan penyakit ke masyarakat, dll.

Secara global, WHO terus-menerus menganalisis data, karena semakin banyak informasi masuk, dan berfungsi erat dengan para ahli global untuk lebih memahami transmisi, faktor risiko, dan sumber infeksi.

Pada 28 Februari, WHO mengangkat penilaian risiko untuk wabah COVID-19 secara internasional dari "tinggi" ke "sangat tinggi" hampir sebulan setelah Virus Corona baru dinyatakan dalam status darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional, karena menjadi bentuk peringatan tingkat tertinggi WHO.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.