Sukses

Lewat Terapi Sel Induk, Peneliti China Klaim Pasien Virus Corona Bisa Disembuhkan

Pasien yang selama ini dirawat intensif di Rumah Sakit Baoshan tersebut secara mengejutkan pulih setelah positif Virus Corona.

Liputan6.com, Kunming - Seorang wanita berusia 65 tahun asal Kunming, China mengalami kondisi pemulihan yang signifikan usai dinyatakan terinfeksi Virus Corona. Pasien yang selama ini dirawat intensif di Rumah Sakit Baoshan tersebut secara mengejutkan pulih setelah diberi terapi sel induk atau stem cell oleh para ilmuan di China, demikian dikutip dari laman SCMP, Senin (2/3/2020).

Dokter Hu Min, yang memimpin tim penelitian tersebut mengklaim bahwa pasien tersebut mampu berdiri dan kembali berjalan pasca diberi suntikan sel induk.

Sel punca alias stem cell merupakan sel induk atau sel murni yang bisa membelah diri berkali-kali sesuai keperluan. Kemampuannya ini pun dimanfaatkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan mengatasi suatu penyakit tertentu.

Stem cell bisa diperoleh dari empat sumber yakni embrio berusia 3-5 hari, tali pusar, jaringan tubuh pasien itu sendiri seperti lemak atau sumsum tulang belakang (sel punca dewasa) dan pluripotent stem cell hasil rekayasa genetika.

"Meskipun hanya satu kasus yang berhasil, itu bisa sangat penting dan menginspirasi praktik klinis serupa dalam merawat pasien Covid-19 atau Virus Corona yang sakit kritis," kata studi tersebut.

Meski demikian, cara pengobatan ini masih dianggap kontroversial menurut uji klinis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pasien lansia itu tiba di Kunming pada 21 Januari 2020 setelah melakukan perjalanan dari Wuhan, ibukota provinsi Hubei, China yang diduga menjadi pusat penyebaran wabah.

Seminggu kemudian dia jatuh sakit dengan demam ringan, kelelahan dan batuk. Mengikuti pedoman ketat yang ditetapkan oleh pemerintah untuk perawatan pasien coronavirus para dokter dianjurkan untuk memberikan obat antivirus dan antibiotik.

Kondisinya semula baik, namun tiba-tiba turun drastis beberapa hari kemudian. Saat kondisinya turun, keadaan organ-organ pada tubuh juga menurun. Sehingga dokter bergerak cepat dan berkonsultasi dengan komite etika rumah sakit dan keluarga pasien, terapi sel induk dimulai pada 9 Februari terhadap pasien yang terdampak Virus Corona tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertimbangan Untuk Melakukan Terapi Sel Induk

Para dokter mempertimbangkan untuk menggunakan terapi sel induk karena Covid-19 telah menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru, hati dan organ-organ lainnya.

Mulanya, pasien Kunming diberi suntikan pertama dari tiga suntikan pada 9 Februari 2020. Setelah tidak menunjukkan efek samping terhadap dosis awal itu, ia diberi suntikan selanjutnya. Pada 13 Februari, dia bisa bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan dengan bantuan petugas.

Dia diberikan suntikan terakhir pada 15 Februari, dan dua hari kemudian bisa meninggalkan unit perawatan intensif dan kembali ke bangsal biasa.

 

3 dari 3 halaman

Tetap Dilakukan Meski Kontroversial

Menurut Dokter Li Honghui, yang terlibat dalam percobaan mengatakan bahwa suntikan sel induk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam waktu tiga hari.

"Kami tidak bisa berpegang pada aturan, kami harus berani dan inovatif," ujar Li.

Teknologi sel punca muncul pada 1980-an tetapi tetap sangat kontroversial. Para ilmuwan pada mulanya mempertimbangkan untuk menggunakan embrio manusia sebagai sumber sel, tetapi gagasan itu dianggap kontroversi karena alasan etis.

Komunitas peneliti merespons dengan mengusulkan metode alternatif untuk memanen sel punca, seperti mengubah sel jaringan normal menjadi sel punca, tetapi upaya itu ternoda oleh serangkaian skandal di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang melibatkan pembuatan data eksperimental.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.