Sukses

Astronom Temukan Ledakan Terbesar di Antariksa Sejak Big Bang

Astronom temukan ledakan besar yang berasal dari lubang hitam supermasif di pusat gugus Galaksi Ophiuchus.

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom di Pusat Internasional untuk Penelitian Astronomi Radio telah menemukan sebuah ledakan yang diketahui memecahkan rekor yang diciptakan lubang hitam 390 juta tahun cahaya dari Bumi.

Pasalnya, ledakan yang dideteksi itu dikatakan sebagai yang terbesar yang pernah diamati oleh para astronom di alam semesta sejak Big Bang. 

Direktur penelitian di Naval Research Laboratory di Washington DC Simona Giacintucci mengatakan bahwa ledakan ini mirip dengan bagaimana letusan Gunung St. Helens pada 1980 yang merobek puncak gunung, jika dikaitkan dalam beberapa hal.

Melansir dari CNN, Jumat (28/2/2020), ledakan itu berasal dari pusat kluster Galaksi Ophiuchus. Kluster galaksi adalah struktur terbesar yang diketahui di alam semesta, sementara gravitasi menyatukan kelompok-kelompok yang mengandung ribuan galaksi.

Profesor di Universitas Curtin dari Pusat Internasional untuk Penelitian Astronomi Radio Melanie Johnstron-Hollitt mengatakan, "Kami telah melihat ledakan di pusat galaksi sebelumnya, tetapi yang ini benar-benar sangat besar." Demikian dikutip dari Science Alert.

Selain melahap material, rupanya lubang hitam juga meledakkannya dalam bentuk jet atau balok material dan ini memecahkan rekor sebelumnya. Energi yang menciptakan ledakan itu, dikatakan lima kali lebih besar dari MS 0735 + 74, yang dulu dikenal sebagai ledakan terbesar dan paling kuat.

Para astronom melakukan pengamatan menggunakan empat teleskop berbasis darat dan luar angkasa. Beberapa di antaranya seperti Chandra X-ray Observatory NASA, observatorium ruang-sinar X-Newton Badan Antariksa Eropa XMM, Murchison Widefield Array (MWA) Australia, dan Teleskop Radio Raksasa Metrewave (GMRT) di India.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sudah Ada Petunjuknya Sejak 4 Tahun Lalu

Pada 2016, terdapat sebuah petunjuk yang menyarankan aktivitas terkait peristiwa yang saat ini terjadi. Hal itu diketahui ketika pengamatan yang dilakukan menggunakan teleskop Chandra mengungkapkan kemungkinan ledakan di gugus galaksi.

Astronom Norbert Werner dan rekan-rekannya memperhatikan bahwa tampaknya ada rongga dalam gas panas yang diciptakan oleh jet black hole pada 2016. Meskipun begitu, rongga itu begitu besar dan akan membutuhkan begitu banyak energi untuk terbentuk sehingga mereka berpikir itu tidak mungkin.

Sebuah studi baru telah mengungkapkan ledakan dan mengkonfirmasi rongga yang awalnya terdeteksi pada 2016. Studi tersebut diterbitkan pada Kamis (27/2) di The Astrophysical Journal.

Data sinar-X digabungkan dengan data panjang gelombang radio oleh teleskop berbasis darat, membantu mengkonfirmasi rongga karena berbatasan dengan wilayah yang dipenuhi emisi radio. Emisi radio itu diciptakan oleh elektron yang bergerak dengan kecepatan cahaya di jet yang bergerak menjauh dari lubang hitam.

Dikarenakan data radio saat ini tidak mengungkapkan aktivitas jet, ledakan telah berhenti. Seperti yang dikatakan, Tleskop Chandra sangat cocok untuk deteksi ini karena dapat memata-matai gas padat yang dingin melalui sinar-X.

"Seperti yang sering terjadi dalam astrofisika, kita benar-benar membutuhkan pengamatan panjang gelombang multiwa untuk benar-benar memahami proses fisik di tempat kerja," kata Melanie Johnston-Hollitt, direktur Murchison Widefield Array dan astrofisika di Pusat Internasional untuk Radio Astronomi di Australia.

Memiliki informasi gabungan dari sinar-X dan teleskop radio telah mengungkapkan sumber luar biasa ini, namun lebih banyak data akan dibutuhkan untuk menjawab banyak pertanyaan yang tersisa yang diajukan benda ini.

 

Reporter: Jihan Fairuzzia 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.