Sukses

Naiknya Permukaan Laut Tempatkan Desa Myanmar di Garis Depan Perubahan Iklim

Sungai Sittaung di pantai tenggara Myanmar mendekat ke arah Desa Ta Dar U disertai dengan gelombang pasang yang kuat dari Teluk Mottama yang mengikis tepiannya.

Liputan6.com, Myanmar - Tiga tahun lalu, para penduduk desa Ta Dar U, di Myanmar menyaksikan Sungai Sittaung di pantai tenggara Myanmar mendekat ke arah mereka disertai dengan gelombang pasang yang kuat dari Teluk Mottama yang mengikis tepiannya.

Akibat hal tersebut, 1.500 penduduk Ta Dar U terpaksa pindah agar terhindar dari hanyut.

Mereka membongkar rumah-rumah kayu mereka, dan pindah beberapa kilometer ke pedalaman. Pindahan ini membuat mereka jauh dari ladang subur yang telah mereka tanam selama beberapa dekade.

“Di mana kami sekarang melihat air, tanah pertanian kami dulu,” kata petani Tint Khaing. “Itu sangat besar, hampir tiga jam berjalan kaki. Kita semua kehilangan tanah pertanian kita ke laut.”

Dilansir Channel News Asia, Kamis (27/2/2020), Ta Dar U adalah satu di antara ratusan desa di garis depan krisis iklim Myanmar, di mana pola cuaca ekstrem dan naiknya permukaan laut telah memperkuat dan mempercepat erosi alami.

Pemerhati lingkungan menganggap Myanmar sangat rentan terhadap perubahan iklim. Myanmar adalah satu di antara tiga negara teratas yang terkena dampak cuaca ekstrem antara 1998 dan 2018 pada Indeks Risiko Iklim Global, yang diterbitkan oleh Germanwatch.

Permukaan laut diproyeksikan naik sekitar 13 cm pada 2020 dan beresiko pada sekitar 2,5 juta penduduk pesisir, demikian kata Myint Thein, seorang konsultan air tanah yang berpusat di AS dan anggota komite sumber daya air alami Myanmar.

“Banjir akan menjadi yang terburuk selama musim hujan dan air pasang, menyeret air asin ke tanah,” katanya.

Erosi cepat telah melanda 10 desa dalam empat tahun terakhir, kata Jos van der Zanden, kepala penasihat teknis untuk Proyek Teluk Mottama, sebuah organisasi berbasis di Swiss yang memberikan bantuan kepada penduduk desa yang kehilangan tempat tinggal.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nasib Warga Desa Ta Dar U

Setelah rumah mereka terpendam ke laut, orang-orang desa Ta Dar U, yang kebanyakan merupakan petani padi, tersebar di seluruh delta.

Air asin mencemari tanah mereka dan mereka terpaksa mengambil pekerjaan baru, dengan peluang keberhasilan yang sedikit.

Hampir 200 siswa sekarang harus bepergian selama berjam-jam setiap hari menuju ke sekolah setelah sekolah mereka, yang dulu berdiri di dekat pusat kota, hanyut menjadi tumpukan puing-puing di tepi sungai.

“Jika erosi berlanjut pada tingkat ini, masa depan siswa akan memudar juga,” kata Myo Min Thein, satu-satunya guru di sekolah darurat, yang mengatakan dia sedang berjuang untuk mengajar 26 siswa, usia 4 hingga 14.

3 dari 3 halaman

Menyusun Rencana untuk Atasi Kenaikan Air

Departemen perubahan iklim Myanmar telah menyusun rencana untuk mengatasi kenaikan air tetapi tidak terlibat dalam proses pemindahan mereka, kata wakil direktur Thin Thuzar Win, dikutip dari Channel News Asia.

Seorang pejabat dari Departemen Manajemen Bencana mengatakan tidak memiliki program khusus bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat erosi bantaran sungai. Pun pejabat pemerintah daerah tidak menanggapi permintaan komentar.

Desa-desa dataran rendah harus segera dipindahkan ke daerah yang setidaknya 7m di atas permukaan laut, kata Myint Thein.

“Itu akan mahal tetapi harus dilakukan,” katanya. “Lingkungan telah berubah, jadi orang-orang harus belajar beradaptasi.”

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.