Sukses

Januari 2020 Jadi Bulan Pertama Terpanas Sepanjang 141 Tahun

Dalam 141 tahun catatan sejarah iklim, tidak ada Januari lain yang sepanas 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam 141 tahun catatan sejarah iklim, tidak ada Januari lain yang memiliki suhu sepanas 2020. Hal itu diungkap pihak Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat.

Rata-rata suhu daratan dan permukaan laut pada Januari 2020 adalah 2,05 derajat Fahrenheit (1,14 derajat Celsius), yang berarti angka tersebut berada di atas rata-rata suhu Januari, yang merupakan bulan pertama, untuk abad ke-20.

"Empat Januari terpanas telah terjadi sejak 2016; sedangkan 10 Januari terpanas semua terjadi sejak 2002," demikian dikutip dari Fox News, Minggu (23/2/2020), para ilmuwan di Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA mencatat dalam laporan mereka.

Di beberapa bagian Rusia, Skandinavia, dan Kanada bagian timur, suhu melebihi rata-rata lama sebesar 9 derajat Fahrenheit ketika rekor baru dibuat.

"Banyak panas regional yang harus dilalui," kata NOAA dalam laporannya, dan menambahkan bahwa tidak ada daratan atau lautan yang pernah mengalami suhu dingin pada Januari.

Saksikan video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Salju Berkurang Secara Global

Cuaca panas itu juga menunjukkan bahwa salju berkurang secara global.

Di belahan bumi utara, cakupan salju berada di bawah rata-rata 1981-2010, dengan NOAA mengamati lapisan salju Januari terkecil ke-18 dalam catatan 54 tahun.

Luas es laut Kutub Utara juga 5,3 persen di bawah rata-rata dari 1981-2010, dan es laut Antarktika 9,8 persen di bawah rata-rata, menurut NOAA.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Desember 2019 lalu, para peramal pemerintah mencatat bahwa Arktik memanas lebih dari dua kali lebih cepat dari seluruh dunia karena perubahan iklim.

3 dari 3 halaman

Tahun Terpanas Kedua

Januari terpanas datang di tahun terpanas kedua dalam catatan “adalah salah satu indikasi bahwa semuanya sedang memanas secara dramatis,” kata ilmuwan iklim University of Illinois, Don Wuebbles kepada Associated Press.

Kejadian serupa tampaknya akan berlanjut pada Antarktika di bulan ini.

Pekan lalu, suhu di benua yang terkenal akan salju, es, dan penguin mencapai rekor tertinggi baru. Pada 9 Februari, suhu 69,35 derajat berhasil direkam, beberapa hari setelah sempat mencapai 64,9 derajat.

Rekor sebelumnya 63,5 derajat (17,5 C) juga pernah ditetapkan pada Maret 2015.

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.